Nasional

PCINU Tiongkok Gelar Seminar Nasional Bahas Peran Diplomasi Santri

Rabu, 15 November 2023 | 18:00 WIB

PCINU Tiongkok Gelar Seminar Nasional Bahas Peran Diplomasi Santri

PCINU Tiongkok menggelar seminar nasional untuk membahas peran diplomasi santri. Seminar digelar di Auditorium Prof Bachtiar Effendy, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta pada Selasa (14/1/2023). (Foto: dok PCINU Tiongkok)

Jakarta, NU Online

Rais Syuriah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tiongkok Ahmad Syaifuddin Zuhri menjelaskan, PCINU Tiongkok yang mayoritas anggotanya berasal dari kalangan santri memiliki peran strategis dalam hubungan diplomatik antara Indonesia dan Tiongkok.


"Peran santri sangat penting dalam hubungan Indonesia dan Tiongkok terutama dalam menghilangkan persepsi-persepsi negatif yang masih menghinggapi di sebagian masyarakat Indonesia maupun masyarakat di Tiongkok,” ungkap dia pada Seminar Nasional Diplomasi Santri Dalam Relasi Indonesia-Tiongkok Terkini di Auditorium Prof Bachtiar Effendy, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Jakarta pada Selasa (14/1/2023).


Zuhri yang juga Direktur Sino-Nusantara Institute itu menjelaskan, PCINU Tiongkok telah dibentuk sejak 2017. Kemudian menjadi pihak yang memposisikan diri untuk dapat melakukan interaksi di level elite maupun masyarakat langsung antar-kedua negara tersebut.


Ia menuturkan, peran dan aktivitas santri Indonesia di Tiongkok juga mulai dilirik para peneliti untuk dijadikan bahan kajian riset. Peneliti yang melirik aktivitas santri Indonesia itu tak hanya berasal dari Indonesia, tapi juga di luar negeri.


Pada 2019, lanjutnya, PCINU Tiongkok telah menerbitkan buku Santri Indonesia di Tiongkok yang dicetak ulang pada awal 2023. Buku tersebut memuat pengalaman santri dalam kehidupan dan praktik keagamaan di Tiongkok.


“Santri yang belajar di Tiongkok saat ini ada ratusan, baik yang belajar dengan biaya mandiri maupun beasiswa. Santri dengan berbagai macam latar belakang disiplin keilmuan seperti kedokteran, sains teknologi, humaniora, dan lain sebagainya ini menjadi agen ganda. Tak hanya sebagai pelajar yang studi tapi juga menjadi duta bangsa untuk memperkuat hubungan kedua negara,” urai dia.


Seminar nasional yang digelar atas kerja sama PCINU Tiongkok dengan Program Studi Hubungan Internasional FISIP UIN Jakarta itu juga menghadirkan tiga narasumber lainnya, yakni Kepala LKBN ANTARA Biro Beijing 2017-2023 M Irfan Ilmie, Dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta Atep A Rofiq, dan Peneliti Pusat Riset Kewilayahan BRIN Saiful Hakam.


“Santri sekarang tidak hanya yang menimba ilmu di pesantren, tapi mempunyai makna luas, termasuk saat ini banyak santri juga belajar berbagai ilmu di negeri asing dan juga berinteraksi dengan masyarakat dunia,” ucap Dekan FISIP UIN Jakarta Prof Dr Dzuriyatun Thoyyibah.


Dosen Hubungan Internasional UIN Jakarta Atep A Rofiq menyoroti pentingnya diplomasi santri lintas sektor, khususnya dalam isu-isu lingkungan hidup, ekonomi, sosial, dan kebudayaan. Diplomasi santri dianggap sebagai kontributor penting dalam membangun perdamaian dunia. Santri sebagai aktor diplomasi non-negara juga berperan dalam memperkuat hubungan antara Indonesia dan Tiongkok di level people-to-people.


Rofiq menekankan bahwa keterlibatan santri dalam pertukaran budaya dapat menjadi kunci untuk memahami dan meningkatkan hubungan bilateral.


“Santri tidak hanya sebagai peserta pendidikan agama, tetapi juga sebagai pelaku perdamaian aktif yang terlibat dalam membangun jembatan keharmonisan antarnegara,” tuturnya.


Sementara itu, Kepala LKBN ANTARA Biro Beijing 2017-2023 M Irfan Ilmie, berbagi pengalaman dalam meliput dan tinggal di Tiongkok, melihat hubungan Indonesia-Tiongkok dari perspektif ekonomi, politik, dan budaya.


Ia memberikan gambaran mendalam terkait dinamika kemitraan kedua Indonesia dan Tiongkok di berbagai sektor seperti ekonomi, politik, dan budaya.


“Dulu, peran dalam diplomasi sepenuhnya terletak pada negara-negara dan para investor yang memiliki akses. Namun, tiba-tiba ada santri. Peran santri dalam diplomasi ini menciptakan dimensi baru, mengubah paradigma bahwa hubungan antarnegara tidak hanya terbatas pada tingkat pemerintah dan investor, melainkan juga melibatkan individu (people to people) biasa yang terlibat dalam pertukaran budaya dan kemitraan yang berarti,” jabarnya.


Peneliti BRIN Saiful Hakam menyatakan bahwa santri memiliki peran istimewa dalam menghapus mispersepsi antara Indonesia dan Tiongkok.


“Dengan pengetahuan Islam yang lebih tinggi dan organisasi pesantren yang terstruktur, santri dianggap sebagai pemain kunci dalam menghilangkan stereotip dan persepsi buruk antara kedua negara. Ketika santri masuk ke Tiongkok itu seperti membuka kotak pandora,” tuturnya.


Kegiatan yang digelar secara hybrid itu dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai kalangan, mahasiswa, akademisi, pengusaha Indonesia dan Tiongkok. Kegiatan ini digelar dalam rangka memperingati Hari Santri 2023.