Nasional MUTIARA HATI

Pentingnya Sikap ‘Diam’ menurut Prof Quraish Shihab

Jumat, 22 Mei 2020 | 16:30 WIB

Pentingnya Sikap ‘Diam’ menurut Prof Quraish Shihab

Prof Muhammad Quraish Shihab. (Foto: via Narasi TV)

Jakarta, NU Online
Bersikap diam kadang dibutuhkan manusia dalam kondisi tertentu. Bahkan sikap ini dianjurkan oleh agama bagi masyarakat umum. Apalagi saat kontroversi dan kegaduhan kerap terjadi di media sosial. Kebanyakan tidak menyelesaikan masalah, tapi justru mempruncing persoalan sebab berkata apa yang tidak diketahui dan dipahaminya.

Terkait sikap tersebut, Quraish Shihab menguraikan bahwa kelapangan dada adalah hiasan. Sedang diam pada tempatnya adalah keselamatan.

"Karena itu bila Anda berbicara jangan bertele-tele. Hanya sekali orang menyesal karena diam. Tapi siapa yang banyak bicara, menyesalnya berkali-kali," ujar Quraish Shihab dalam program Mutiara Hati SCTV.

Quraish Shihab juga mengungkap bahwa bicara masa kini, tidak hanya melalui lidah seseorang, namun juga lewat sebuah tulisan.

"Ada orang berkata, diam adalah emas dan berbicara adalah perak. Itu kalau bicaranya tepat. kalau tidak, maka hati-hatilah," ucap Pendiri Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) ini. 

Quraish Shihab menegaskan bahwa banyak yang terjerembab di neraka karena lidahnya dan saat ini tentu karena jari-jarinya lewat informasi bohong, fitnah, caci maki, dan kebencian yang diciptakan serta disebarkan di media sosial. 

Penulis Tafsir Al-Misbah ini mengatakan, untuk setiap informasi yang akan disampaikan pada tuntunan agama perlu diuji. Pada saat informasi tersebut dapat dibenarkan, maka tahan dulu untuk merenungkan dampaknya.

Apabila informasi tersebut tidak menimbulkan dampak negatif, maka diajukan lagi pada pertimbangan nalar untuk memperoleh pembenarannya.

"Kalau nalar memperkenankan, maka kita boleh menyampaikan informasi. Tetapi pertimbangkan apakah itu akan dibagikan untuk umum atau hanya kepada orang tertentu. Itulah rumus agama menyangkut informasi," tegas Quraish Shihab. 

Menurutnya, seandainya informasi tidak sesuai dengan rumus seperti di atas, maka diam adalah rumus yang tepat dan benar. 

Sikap diam juga identik dengan rasa tenang. Ia mengungkap pengalaman seorang bijak yang sangat merindukan ketenangan. "Aku merindukan ketenangan, maka aku tidak akan mendapatkannya kecuali meninggalkan apa yang bukan urusanku," katanya. 

Pada saat dia merasa terasing di bumi, lanjut Quraish Shihab, orang bijak ini mengatakan bahwa dirinya merasa jauh lebih terasing saat berkumpul di tengah teman yang buruk. 

"Dan aku menemukan tiada yang lebih sulit dikalahkan daripada lawan jenis yang berperangai buruk," ucapnya. 

Kemudian dia berkata, "Dan aku memandang kepada seluruh yang merendahkan manusia, lalu kutemukan, tiada yang lebih merendahkannya melebihi rasa butuh."

Pewarta: Fathoni Ahmad
Editor: Abdullah Alawi