Nasional

Peran Bu Nyai Penting untuk Jaga Kemandirian Pesantren

Senin, 25 November 2019 | 13:30 WIB

Peran Bu Nyai Penting untuk Jaga Kemandirian Pesantren

Pembukaan Silaturahim Daerah di Gelanggang Olahraga (GOR) Mbah Muqoyim, Pondok Buntet Pesantren, Astanajapura, Cirebon, Jawa Barat, Ahad (24/11).

Cirebon, NU Online
Ibu-ibu Nyai Jawa Barat menggelar Silaturahim Daerah di Gelanggang Olahraga (GOR) Mbah Muqoyim, Pondok Buntet Pesantren, Astanajapura, Cirebon, pada Ahad (24/11). Kegiatan tersebut mengusung tema Meneguhkan Bakti Bu Nyai dalam Mewujudkan Keadilan dan Perdamaian di Jawa Barat.
 
Dalam kegiatan tersebut, Ketua Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (RMI PBNU) KH Abdul Ghofar Rozin mengungkapkan pentingnya peran serta Ibu Nyai dalam mewujudkan kemandirian pesantren.
 
“Peran Bu Nyai Nusantara sangat penting. Tanpa Bu Nyai kiai tidak berdaya,” katanya saat memberikan sambutan sebelum membuka kegiatan tersebut secara resmi.
 
Gus Rozin, sapaan akrabnya, menyampaikan bahwa RMI NU sebagai lembaga asosiasi pesantren NU, melalui para bu nyainya, harus menjaga kemandirian dalam tiga hal. Pertama, jelasnya, mandiri tradisinya. Tradisi pesantren tidak boleh berubah. Artinya, harus mandiri seperti apa adanya. Kekhasan pesantren karena keberagamannya, bukan karena keseragamaannya.
 
“Keberagaman cita rasa kiai itu merupakan kekhasan pesantren. Tradisi keilmuan yang sudah berusia ratusan tahun tidak boleh hilang,” katanya.
 
Kedua, mandiri secara politik. Artinya, pendirian pesantren harus tetap terjaga. “Kita dorong terus menerus supaya terjaga. Kemudian pesantren bisa jadi subjek politik di level daerah maupun nasional. Pesantren mempunyai pendirian yang kuat,” jelasnya.

Namun, jelas Gus Rozin, dua kemandirian itu perlu ditopang dan diawali dengan kemandirian ekonomi. Kemandirian ini pula yang membuka jalan perdamaian dan keadilan yang menjadi tema dan visi Bu Nyai Jawa Barat di Tanah Pasundan ini.
 
“Ini bisa menjadi pembuka pintu terhadap dua kemandirian lain. Yang bisa membuat keadilan perdamaian. Tidak ada perdamaian keadilan kecuali kita kuat,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah itu.
 
Terlebih saat ini menurut data yang dimiliki oleh RMI PBNU, ada 63 persen santri putri dari total sekitar 6 juta santri yang belajar di 23 ribu lebih pondok pesantren. Untuk mewujudkan kemandirian pesantren sebagaimana yang dicita-citakan, mereka perlu diberdayakan.
 
Gus Rozin pun meminta Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah yang hadir dalam kegiatan tersebut untuk memberdayakan mereka.
 
“Saya kira Bu Nyai Menteri akan bisa mendorong percepatan, mempercepat bu nyai mengoptimalkan diri di dalam pemberdayaan pesantren,” katanya.
 
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Ketua PP RMI PBNU KH Abdul Ghofar Rozin dan Menaker Ida Fauziyah. Kegiatan inijuga dihadiri oleh Mustasyar PBNU sekaligus Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren KH Adib Rofiuddin, Ketua PBNU H Eman Suryaman, Ketua PW RMI NU Jawa Barat KH Amin Maulana, Bupati Cirebon H Imron Rosyadi, dan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Cirebon KH Abdul Aziz Syaerozi.
 
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin