Nasional HARI SANTRI

Pesan Menag untuk para Santri Pegiat Media

Sabtu, 21 September 2019 | 13:00 WIB

Pesan Menag untuk para Santri Pegiat Media

Menag H Lukman Hakim Saifuddin bersama Direktur PD Pontren Ahmad Zayadi dalam Kopdar Santrinet Nusantara di Ballroom Hotel Artotel, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (20/9).

Jakarta, NU Online
Moderasi beragama adalah upaya untuk memberikan pemahaman agama yang moderat. Tidak terlalu mengandalkan teks dan mengesampingkan akal serta konteks di satu sisi, atau menuhankan akal dan mengesampingkan teks di sisi yang lain.
 
Demikian disampaikan Menteri Agama RI H Lukman Hakim Saifuddin dalam Kopdar Santrinet Nusantara, Jumat (20/9), di Ballroom Hotel Artotel, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat.
 
Titik tekan moderasi beragama, lanjut pria berkacamata itu, adalah pemahaman orang dalam beragama, bukan agamanya.
 
Ia juga mengingatkan kepada puluhan santri yang merupakan admin dan pegiat media sosial itu agar menahan diri: tidak terjebak saling serang, menyalahkan, atau menebar kebencian.
 
Putra Menag KH Saifuddin  Zuhri ini pun mencontohkan Gus Nadir -Prof Nadirsyah Hosen- dalam bermedia sosial, yang lebih memberikan pemahaman dan cara pandang yang mencerahkan, tidak menyerang dan menabuh gendang permusuhan.
 
“Angka 4 itu tidak hanya datang dari 2x2. Tapi juga bisa dari 2+2, 10-6, dan berbagai jalan. Tugas santrilah memberikan alternatif pandangan dan pemahaman dalam membuat konten. Seperti dalam kitab Bidayatul Mujtahid yang merangkum pelbagai pandangan, aqwāl," ungkap pria yang juga mahir membuat puisi ini, memberi logika.
 
Menjawab ‘keluhan’ peserta dalam forum ini, Menag juga sepakat agar ke depannya kementerian yang diembannya membantu para santri pegiat medsos ini dengan program-program yang matang dan terencana.
 
“Banyak jurnal ilmiah bagus yang itu bisa dijadikan konten narasi, meme atau video-animasi yang lebih populer dan bisa diterima banyak kalangan,” ungkap Menag dalam acara bertajuk Pengarusutamaan Konten Perdamaian ini.
 
Ia berpesan, agar para admin dan pegiat medsos mampu berdamai dengan dirinya sendiri, sehingga dalam membuat konten tidak dengan kebencian, melainkan dengan cinta. Meskipun itu ditujukan pada kelompok yang berbeda.
 
“Dalam sejarahnya -sebagaimana kita tahu bersama- Rasulullah ketika dilempari batu atau dihina tidak menyerang balik. Ia memilih membalas dengan cinta,” pungkasnya.
 
Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Ditjen Pendis Kemenag RI untuk menyambut Hari Santri 2019. Setidaknya, 86 admin dan pegiat media hadir dari berbagai wilayah di Indonesia.
 
 
Kontributor: Ahmad Naufa
Editor: Musthofa Asrori