Nasional

Prof Quraish Jelaskan Definisi Haji Mabrur itu Menepati Janji

Senin, 13 Juni 2022 | 22:00 WIB

Prof Quraish Jelaskan Definisi Haji Mabrur itu Menepati Janji

Profesor Muhammad Quraish Shihab. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online
Pendiri Pusat Studi Al Qur’an (PSQ), Profesor Muhammad Quraish Shihab menjelaskan bahwa kata mabrur berasal dari kata barra-yabarru, artinya tunduk, taat, atau menaati. Dengan demikian, definisi haji mabrur diperuntukkan bagi orang-orang yang mampu menepati janji.


“Kita melaksanakan ibadah (haji) ini bagaikan berjanji kepada Allah. Itu tersurat dalam kalimat talbiyah labbaikallahumma labbaik,” jelas Prof Quraish dalam tayangan video di kanal YouTube Narasi TV, dikutip NU Online, Senin (13/6/2022).


Menurut Prof Quraish, mabrur atau diterimanya ibadah haji seorang muslim bukan sekadar sah dari sisi pelaksanaannya saja. Misalnya, thawaf bermakna memasukkan diri ke dalam lingkungan Tuhan yang Maha Esa.


“Setelah haji, Anda berjanji bahwa sisa hidup Anda akan selalu masuk dalam lingkungan-Nya,” ucap pakar tafsir Al Qur’an dan Hadits itu.


Selanjutnya, ia mencontohkan sa’i atau usaha (lari-lari kecil) yang lambangnya dimulai dari bukit Shofa dan berakhir di bukit Marwah. Shofa artinya suci dan Marwah artinya puas.


“Sa’i berarti Anda berjanji akan berusaha dengan titik tolak dari kesucian secara sungguh-sungguh. Itu sebabnya, ada lari-lari. Lalu puas dengan hasil setelah usaha maksimal,” papar penulis Tafsir Al-Misbah itu.


Aktivitas haji lainnya, lanjut Prof Quraish, melempar jumrah (batu) yang artinya jamaah berjanji, sejak saat ini akan jadikan setan sebagai musuh dan menjauh darinya.


“Kalau Anda menepati janji, maka haji Anda mabrur. Bukan sekadar sah saat pelaksanaanya di sana. Haji mabrur ditentukan setelah kembali dari Mekkah. Dan ingat, Anda berjanji pada Tuhan, bukan pada manusia,” ungkap tokoh berdarah campuran Arab-Bugis itu.


Lebih lanjut, ia juga mengingatkan bahwa semua perbuatan harus dibarengi dengan niat yang baik, termasuk ketika akan melaksanakan ibadah haji. Niat tidak harus diucapkan. Tetapi kalau diucapkan akan membantu memantapkan niat.


“Niat melakukan perjalanan haji harus diluruskan mulai sekarang. Karena semua amal tergantung pada niatnya,” ujar Prof Quraish.


Caranya, lanjut dia, pelajari tentang tata cara ibadah haji, supaya tidak salah dalam praktiknya nanti. “Tetapi kalau sudah usaha lantas masih salah, insyaallah akan dimaafkan, diampuni, jangan khawatir,” terang penulis buku Secercah Cahaya Ilahi itu.


Ia menambahkan bahwa segala sesuatu bersumber dari hati. Tetapi, apa yang ada di hati harus diupayakan dengan pengamalan. Sesuai antara apa yang diucapkan dengan perbuatan.


“Sekuat kemampuan dalam keyakinan. Upayakan sekuat tenaga, kalau kurang-kurang, sadari lalu perbaiki diri. Jangan sudah menyadari itu salah, tetapi berlanjut dalam kesalahan. Itu yang menyebabkan su’ul khatimah,” tutur Prof Quraish.


“Jadilah haji yang mabrur dengan berupaya membuktikan apa yang dijanjikan. Meskipun pada hakikatnya, mabrur atau tidak hanya Tuhan yang tahu,” pungkasnya.


Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Musthofa Asrori