Nasional

Rais Syuriyah PBNU Sayangkan Keikhlasan Masyarakat Dieksploitasi untuk Danai Teroris

Selasa, 9 November 2021 | 09:15 WIB

Rais Syuriyah PBNU Sayangkan Keikhlasan Masyarakat Dieksploitasi untuk Danai Teroris

Rais Syuriyah PBNU, KH Ahmad Ishomuddin. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Geram atas tindakan penyalahgunaan dana filantropi yang diperuntukan jaringan terorisme, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Ahmad Ishomuddin mengatakan bahwa tindakan tersebut ironis karena keikhlasan para penderma tidak digunakan dengan selayaknya.


"Tentulah amat ironis jika keikhlasan anggota masyarakat dieksploitasi untuk kepentingan pribadi, dikorupsi, apalagi jika terbukti disalahgunakan untuk mendanai kegiatan terorisme,” ujarnya lewat keterangan tertulis yang dikirim kepada NU Online, Selasa (9/11/2021).


Menurut Kiai Ishom, bantuan sosial yang jumlahnya banyak rentan disalahgunakan. Hal itu terbukti dengan kasus tertangkapnya pejabat Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal (BM) Abdurahman bin Auf (ABA) di Lampung.

 

Tentu banyaknya celah penyelewengan dana ini patut menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dan menjadi catatan bagi masyarakat. Pentingnya akurasi data dan ketepatan distribusi menjadi kunci untuk menghindari hal serupa terjadi di masa depan.


“Sepatutnya setiap penggalangan dana dari masyarakat wajib mematuhi prinsip transparansi yang bisa diaudit agar secara pasti diketahui oleh semua pihak, terkait berapa nominal yang terkumpul dan jelas pendistribusiannya, serta penggunaannya bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Kiai muda asal Lampung ini.


Selain itu, ia mengingatkan pentingnya membangun sistem anti penipuan, kecurangan, penggelapan, tipu daya, tidak jujur, korupsi, menyalahgunakan, menyimpang, dan melawan hukum di lembaga-lembaga filantropi.

 

Sistem ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan publik, pasalnya orang yang memberikan donasi sifatnya sukarela, artinya basisnya kepercayaan kepada filantropi.


“Selain harus transparan, lembaga tersebut juga harus punya sistem sendiri. Karena mereka (donatur) dengan ikhlas mengamanatkan donasinya itu kepada perorangan atau lembaga yang mengatasnamakan diri untuk suatu kegiatan filantropi,” terangnya.


Selama ini, penggalangan dana menggunakan kotak amal umumnya memang banyak dipraktikkan dan banyak dijumpai di tempat-tempat atau fasilitas umum.

 

Bahkan, kata kiai Ishom, untuk menarik simpati masyarakat tak jarang kotak-kotak amal tersebut dilengkapi potongan-potongan ayat Qur’an atau hadits. Terlepas dari itu semua, menurutnya, masyarakat perlu lebih jeli lagi dalam mendonasikan hartanya.


“Semua itu wajar untuk dicurigai, karena saat ini sudah semakin banyak orang yang makan dengan (menjual) agama, mengeksploitasi keikhlasan pihak lain yang berdonasi untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, terbukti sama sekali bukan untuk kemaslahatan umat manusia,” ungkapnya.


Karenaya, ia mengingatkan kembali agar masyarakat berhati-hati dalam menyumbang dana sosial. Masyarakat diminta mengecek pengurus lembaga filantropi serta penyaluran dana. Agar dana tersebut tak disalahgunakan untuk kepentingan terorisme.


“Tujuannya agar dana filantropi tidak disalahgunakan, apalagi untuk mendanai teroris. Kontrol yang intens dari anggota masyarakat dan pengawasan dari pihak yang berwenang, yakni dari pihak pemerintah, adalah sesuatu yang niscaya,” tandas Kiai Ishom.


Ratusan kotak amal untuk pengkaderan teroris JI

Diketahui, pada Rabu (3/11/2021) Densus 88 menemukan sebanyak 791 kotak amal dari sebuah rumah di Jalan Mahoni I, LK I, RT 06, Way Halim Permai, Way Halim, Bandar Lampung, yang digunakan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal (BM) Abdurahman bin Auf (ABA) untuk mendanai kegiatan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI).


Dari jumlah tersebut, di antaranya 76 kotak amal kaca berkaki, 706 kotak amal dari bahan kaca, 29 kotak amal dari bahan kayu, dan satu bendel akta pendirian organisasi.


Penggalangan dana itu belakangan diketahui bertujuan untuk agenda jihad global. Selain itu, JI membutuhkan dana guna pengkaderan generasi berikutnya. Tak hanya itu, JI juga diketahui memberikan beasiswa terhadap 10 orang terpilih di pesantren binaannya tersebut.


Sebagai informasi, LAZ ABA memiliki program dakwah, pendidikan, kesehatan, santunan sosial, solidaritas dunia Islam, pemberdayaan ekonomi umat dan tanggap bencana.

 

Seluruh kegiatan itu disebutnya menggunakan metode fund raising untuk menyerap dana berupa sumbangan sukarela dan infaq.


Kontributor: Syifa Arrahmah

Editor: Fathoni Ahmad