Nasional

Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi

NU Online  ·  Kamis, 7 Agustus 2025 | 21:02 WIB

Redaktur NU Online Sampaikan Peran Strategis Media Bangun Citra Positif Lembaga Filantropi

Redaktur Eksekutif NU Online Mahbub Khoiron. (Foto: dok. LAZISNU)

Jakarta, NU Online

Salah satu faktor penting yang turut mendukung kesuksesan lembaga filantropi seperti NU Care-LAZISNU adalah citra positif di mata publik. Memang ada banyak variabel yang saling terkait dalam hal ini, mulai dari manajemen internal yang solid, strategi marketing atau fundraising yang efektif, hingga pemanfaatan teknologi digital yang canggih.


Namun di atas semua itu, keberhasilan penghimpunan dana sangat bergantung pada bagaimana lembaga tersebut dipersepsikan oleh masyarakat. Di sinilah peran media menjadi sangat krusial. Media menjadi jembatan antara program-program lembaga dan masyarakat luas.


Demikian beberapa poin utama yang disampaikan Redaktur Ekesekutif NU Online, Mahbib Khoiron saat kegiatan Smart Amil bertema Teknik Menjalin Komunikasi dan Relasi dengan Jurnalis Media akhir Juli 2025.


“Tanpa media, publik tidak akan tahu apa saja yang sudah dilakukan atau akan dilakukan oleh LAZISNU,” kata Mahbib dalam dokumen kegiatan yang diakses NU Online, Kamis (7/8/2025).


Dalam konteks media, lanjut Mahbib, istilah media memiliki makna yang luas, mulai dari media massa, media elektronik, hingga media sosial.


Selanjutnya, media tidak hanya menyampaikan informasi, tapi juga membangun kepercayaan publik (public trust).


"Kepercayaan ini adalah kunci keberlanjutan donasi. Semakin baik citra lembaga, maka semakin besar pula kepercayaan publik, dan pada akhirnya semakin luas pula dampak sosial yang bisa dihasilkan untuk kemaslahatan umat,” terangnya.


Dia menegaskan tentang pentingnya media agar peserta yang kebanyakan pengurus serta manajemen LAZISNU dari tingkat Pusat hingga PCNU, bahwa publik atau masyarakat tidak akan tahu apa yang tidak kita kabarkan.


“Maka jangan berharap program-program hebat yang kita miliki akan diketahui secara organik oleh masyarakat tanpa upaya sosialisasi yang intensif dan terarah,” ujarnya.


Media bukan sekadar alat, tapi juga bisa dianggap sebagai bentuk amal baik dalam menyampaikan nilai-nilai positif kepada publik. Seperti halnya lembaga filantropi besar lainnya, mereka melakukan publikasi dengan sangat baik, konsisten, dan profesional demi menyampaikan capaian dan dampak program mereka.


Memahami dunia jurnalis

Namun, Mahbib juga mengatakan bahwa untuk bisa bekerja sama secara efektif dengan media, lembaga filantropi perlu memahami bahwa para jurnalis hidup di dunia yang berbeda dari dunia filantropi.


“Jika lembaga filantropi fokus mencari donatur dan menyalurkan dana, maka jurnalis fokus mencari fakta dan nilai berita,” kata Mahbib.


Oleh karena itu ada beberapa hal yang perlu dipahami terkait cara kerja jurnalis:

1. Fakta dan nilai berita adalah prioritas

Konten yang dikirim ke media harus mengandung fakta yang jelas dan nilai berita yang kuat, misalnya menyangkut kepentingan publik, kemanusiaan, kebaruan, atau kedekatan.


2. Tenggat waktu sangat ketat

Media bekerja dengan deadline yang ketat. Di era digital, sebuah berita bisa dianggap “basi” hanya dalam hitungan jam, bahkan menit. Misalnya, jika terjadi peristiwa bom pagi hari, maka berita yang baru dikirim siang atau sore sudah dianggap sangat terlambat. Itulah sebabnya, ketika peristiwa terjadi, media sering kali langsung merilis berita singkat dalam dua atau tiga paragraf, lalu dilanjutkan dengan liputan yang lebih mendalam.


3. Seleksi redaksi sangat ketat

Redaksi media akan menyeleksi setiap konten yang masuk. Mereka memiliki standar khusus mengenai mana konten yang layak tayang, mana yang perlu dikoreksi, dan mana yang harus ditolak. Jadi jika ada kiriman artikel atau berita yang tidak dimuat, itu bukan semata-mata karena tidak bagus, melainkan karena tidak lolos seleksi berdasarkan standar redaksi mereka.