Nasional

Redam Konflik, Perlu Tingkatkan Kerjasama Antarwarga

Selasa, 20 Agustus 2019 | 07:15 WIB

Redam Konflik, Perlu Tingkatkan Kerjasama Antarwarga

Para peneliti BLA Jakarta memaparkan risetnya tentang toleransi umat beragama. (Foto: Humas BLAJ)

Jakarta, NU Online
Kepala BLA Jakarta Nurudin Sulaiman mengatakan, untuk meredam konflik di tingkatan masyarakat akar rumput, tak terkecuali letupan yang terjadi di Papua Barat, Surabaya dan Malang, perlu ditingkatkan kerjasama atau gotong royong. 
 
Hal tersebut dikatakannya di sela seminar penelitian bertajuk Toleransi dan Kerjasama Umat Beragama di Wilayah Sumatera. Seminar tersebut dihelat di Hotel Oria Jl KH Wahid Hasyim No 85 Gondangdia Menteng Jakarta Pusat, Selasa (20/8).
 
“Saya lihat Papua ini sebenarnya tidak ada masalah soal kerukunan antarumat beragama. Jadi, jika ada pihak yang menarik kasus di Surabaya kemarin ke persoalan hubungan antarumat beragama jelas tidak relevan,” ujarnya. 
 
Menurut Nurudin, berdasarkan survei indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) 2018 yang dilakukan Balitbang Kemenag, lima provinsi memiliki skor di atas rata-rata. Nusa Tenggara Timur (78,9); Sulawesi Utara (76,3); Papua Barat (76,2), Bali (75,4); dan Sulawesi Barat (74,9).
 
“Artinya, kerukunan di daerah ini sebenarnya bagus. Jadi, jika sekarang ada letupan konflik itu bukan persoalan antaragama. Saya lebih melihatnya sebagai persoalan kriminal murni,” tandasnya.
 
Jika kita lihat survei lainnya yaitu indeks karakter siswa menurut provinsi, lanjut Nurudin, Papua Barat berkategori tinggi dengan skor 70,46. Sementara indeks gotong-royong untuk provinsi di timur Indonesia ini skornya 67,31. “Pada titik ini, saya mendorong ditingkatkannya kerjasama antarwarga,” tegas Nurudin.
 
Doktor administrasi publik jebolan UI ini menambahkan, indeks karakter yang disurvei meliputi lima hal. Yakni religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong royong, integritas, dan karakter. “Dari data tersebut, kerjasama memang wajib ditingkatkan,” ungkapnya.
 
Saat ditanya korelasi seminar penelitian yang sedang dipresentasikan, Nurudin mengatakan bahwa hal tersebut memiliki siginifikansi dengan isu kekinian. Faktanya, umat beragama di Sumatera cenderung baik. “Kerukunan di daerah ini masih sesuai dengan hasil survei KUB,” ujarnya.
 
Ia melihat ada model-model kerukunan yang kuat yang bisa direplikasi dari kelima daerah ini. Misalnya, dalihan na tolu (tungku berkaki tiga) sebagai falsafah hidup dalam tatanan kekerabatan yang bisa ditemukan di Tapanuli Selatan, Sumut.
 
Seminar tersebut menghadirkan narasumber Prof Dr HM Ridwan Lubis (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Sebelumnya, lima peneliti mempresentasikan temuannya berdasarkan daerah yang ditelitinya.
 
Kelima peneliti dan daerah penelitian tersebut adalah Ismail (Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan); Rudi Harisyah Alam (Tapanuli Selatan, Sumatera Utara), Marpuah (Kota Banda Aceh), Daniel Rabitha (Lampung Selatan, Lampung); dan Muhammad Agus Noorbani (Tanjung Jabung, Jambi).

Pewarta: Musthofa Asrori