Nasional

Rektor UNU Blitar: Indonesia Jadi Percontohan Kerukunan Umat Beragama

Kamis, 17 November 2022 | 08:30 WIB

Rektor UNU Blitar: Indonesia Jadi Percontohan Kerukunan Umat Beragama

Rektor UNU Blitar menjelaskan bahwa terselenggaranya R20 menjadikan Indonesia sebagai percontohan bagi kerukunan umat beragama. (Foto: NU Online)

Blitar, NU Online

Terselenggaranya Religion 20 atau R20 yang digagas oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menjadikan Indonesia sebagai role model kerukunan umat beragama. Pada acara yang menghadirkan para pemimpin agama di belahan dunia tersebut memberikan pesan bahwa NU memiliki sumbangsih besar kepada jagat raya.


Penegasan tersebut disampaikan Prof Mohammad Mukri, Rektor Universitas Nahdlatul (UNU) Blitar, Jawa Timur, beberapa waktu berselang. Hal tersebut disampaikannya saat memberikan kuliah umum dalam puncak peringatan Hari Santri tahun 2022 Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Blitar dan pelepasan Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNU Blitar.


“Indonesia menjadi percontohan umat beragama di berbagai negara di dunia sebab dapat hidup damai dengan rasa toleransi yang tinggi,” katanya.


Dijelaskannya bahwa gen bangsa Indonesia adalah kerajaan Majapahit, yakni dengan semboyannya bineka tunggal ika yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu jua.  Karena sejak dari kerajaan Majapahit, Indonesia sudah diajarkan untuk menghargai perbedaan. Sehingga nilai-nilai ukhuwah insaniah atau persaudaraan sesama manusia dan ukhuwah wathaniyah atau sesama bangsa sudah tertanamkan. 


"Selain itu, agama hadir sebagai rahmatan lil alamin, dalam artian memberikan solusi. Jadi, kalau ada orang yang mengajarkan agama kok jadi masalah, berarti itu tidak benar," jelasnya. 


Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga menerangkan, R20 yang digagas menunjukkan bahwa NU hadir tidak hanya mengurus kepentingan jamaah dan jamiyah, tetapi untuk umat di seluruh dunia. Sehingga melalui R20, NU memiliki kesadaran bahwa tatanan dunia itu harus semakin tertata, saling mendukung, serta menghargai satu sama lain.


"Hal ini selaras dengan pidato yang disampaikan KH Ahmad Shiddiq,  tentang pentingnya ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah bashariyah. Jadi bersaudara bukan semata-mata karena seagama saja," terangnya. 


Kiai yang pernah menjadi Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung ini juga menyatakan bahwa NU adem lan ngademi dalam artian damai dan mendamaikan. 


"Kalaupun ada orang NU radikal, yakin ngajinya belum selesai. Sebab, di NU pasti ada solusi, ada tawaran karena dalam ideologi Ahlusunnah wal Jama'ah an-Nahdliyah memegang prinsip ukhuwah," tandasnya. 

 

Kontributor: Ika Nur Fitriani
Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi