Nasional FORUM R20

Sekjen Liga Muslim Sebut Banyak Problema Sosial Berakar dari Agama

Kamis, 3 November 2022 | 05:32 WIB

Sekjen Liga Muslim Sebut Banyak Problema Sosial Berakar dari Agama

Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) Syekh Mohammed Al-Issa saat pembukaan G20 Religion Forum (R20) di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua Bali, Rabu (02/11/2022). (Foto: NUO/Suwitno)

Nusa Dua, NU Online
Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia atau Muslim World League (MWL) Syekh Mohammed Al-Issa menjelaskan, banyak problem sosial berangkat dari akar yang merujuk pada agama. Karenanya, diperlukan langkah nyata dalam upaya menyelesaikan aneka persoalan tersebut, yakni melalui keterlibatan pemimpin agama.


Hal disampaikannya saat pembukaan G20 Religion Forum (R20) International Summit of Religious Leaders, yang mengangkat tema "Revealing and Nurturing Religion as a Source of Global Solutions: A Global Movement for Shared Moral and Spiritual Values", di Hotel Grand Hyatt, Nusa Dua Bali, Rabu (02/11/2022).


“Begitu banyak persoalan yang merujuk pada agama itu sendiri,” katanya.


Meski begitu, Syekh Al-Issa meyakini bahwa sejatinya persoalan itu dipicu oleh sebab adanya keyakinan keliru yang memfungsikan agama sebagai komoditas kepentingan tertentu. 


“Pada hakikatnya, permasalahannya adalah bagaimana seseorang memahami agamanya,” terang dia. 


“Ada keyakinan yang salah bahwa agama menjadi identitas,” lanjutnya.


Berkenaan dengan itu, ia menyebut inisiasi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Liga Muslim Dunia dalam penyelenggaran Religion Forum (R20) dinilainya sebagai upaya strategis. Forum R20 dianggapnya dapat membangun jembatan yang mempertemukan Timur dan Barat menuju budaya harmonis di era global.


“Saya ingin menyampaikan, inisiatif pada hari ini adalah membangun sebuah jembatan Timur dan Barat untuk dunia yang saling memahami dan peradaban yang lebih toleran di antara kita bersama,” terang Syekh Al-Issa. 


Dirinya melanjutkan, forum dialog antar pemuka agama itu bakal mengungkap dan menyelaraskan pandangan akan perbedaan di bawah satu payung yakni persaudaraan.


“Persatuan dan kesatuan sebagaimana yang diinginkan Allah swt di atas bumi ini,” ungkapnya.


Inisiatif ini, sambungnya, memerlukan tanggung jawab para pemimpin agama dan secara khusus kepada organisasi penyelenggara pelaksana R20, yang merupakan bagian dari pada G20. 


“Kita ingin memperlihatkan tanggung jawab bahwa begitu banyak usaha yang akan dilakukan,” ujarnya.


Ia berharap, forum dialog pemimpin agama-agama R20 dapat menelurkan berbagai rekomendasi tentang bagaimana hidup berdampingan dalam kebhinekaan. 


Seperti diketahui, Forum R20 akan mempertemukan para pemimpin agama dan sekte-sekte dunia dengan peserta utama dari negara-negara anggota G20 dan negara nonanggota presidensi G20. Total negara negara yang terkonfirmasi hadir pada perhelatan R20 sebanyak 32 negara dengan 464 partisipan. Forum tersebut akan menghadirkan 40 pembicara dari lima benua. Forum R20 tahun ini, dengan Indonesia inisiator sekaligus tuan rumah, memfokuskan pada beberapa isu.


Pertama, historical grievances atau kepedihan sejarah, pengungkapan kebenaran, rekonsiliasi, dan pengampunan. Kedua, mengidentifikasi dan merangkul nilai-nilai mulia yang bersumber dari agama dan peradaban besar dunia.


Ketiga, rekontekstualisasi ajaran agama yang usang dan bermasalah. Keempat, mengidentifikasi nilai-nilai yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menjamin koeksistensi damai. Terakhir, ekologi spiritual.


Forum R20 akan diselenggarakan secara tersinambung menyesuaikan dengan urutan presidensi G20, yakni di India pada 2023, di Brazil pada 2024, dan di Afrika Selatan pada 2025.


Pewarta: Nuriel Shiami Indiraphasa
Editor: Syaifullah Ibnu Nawawi