Nasional

Tahun Baru 2021, Masyarakat Diimbau Waspadai Aksi Teroris

Senin, 28 Desember 2020 | 17:30 WIB

Tahun Baru 2021, Masyarakat Diimbau Waspadai Aksi Teroris

Ketua Lakpesdam PBNU H Rumadi Ahmad. (Foto: Dok. NU Online)

Jakarta, NU Online 
Aksi terorisme di Indonesia dipastikan belum ada tanda berhenti. Gerakan yang kerapkali menewaskan korban jiwa tersebut kembali mendapat sorotan publik setelah aparat kepolisian menangkap jaringan terorisme Jamaah Islamiyah (JI) di Lampung dan Semarang, Jawa Tengah, baru-baru ini. 


Menumpas kekejaman pelaku teroris memang tidak mudah. Sebab, para pelaku tersebut meyakini apa yang dilakukannya adalah bagian dari ajaran agama. Doktrin dan pemahaman salah kaprah tersebut diduga diwariskan kepada masyarakat dan anak-cucu mereka. Wajar jika pemahaman radikal dan aksi terorisme selalu muncul di Indonesia. 


Persoalan terorisme menjadi perhatian khusus bagai beberapa pihak. Selain pemerintah, elemen masyarakat seperti Nahdlatul Ulama (NU) ikut terlibat mengawal gerakan-gerakan yang sudah dipola secara sempurna tersebut. 


Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakpesdam PBNU), H Rumadi Ahmad, ikut memberikan tanggapan atas tertangkapnya sejumlah tokoh teroris di Indonesia. Menurut dia, tertangkapnya gembong teroris oleh kepolisian harus diapresiasi seluruh warga bangsa.


Rumadi menjelaskan, ada hal yang harus menjadi perhatian. Bahwa tertangkapnya para teroris oleh pemerintah menandakan paham radikal yang dipelajari sebagian warga Indonesia masih tumbuh subur. Masyarakat pun diimbau agar mewaspadai gerakan-gerakan teroris. Apalagi menghadapi pergantian tahun 2020 ke 2021. Biasanya, para teroris tersebut memanfaatkan momentum ketika ingin melakukan aksinya. 


“Kita semua terus waspada apalagi menjelang tahun baru. Jangan pernah memberi angin kepada jaringan teroris. Masyarakat harus memberi dukungan dan bahu membahu dengan aparat keamanan untuk membongkar dan melemahkan gerakan terorisme,” kata H Rumadi dalam keterangan resmi yang diterima NU Online, Senin (28/12) malam. 


Selanjutnya, Lakpesdam PBNU mendorong Kementerian Agama (Kemenag) untuk mengurai kasus yang menyerempet paham keagamaan masyarakat tersebut dengan cara menindaklanjuti temuan polisi soal kotak amal teroris di minimarket. Jika terbukti lembaga yang diduga kuat berafiliasi dengan organisasi teroris, maka harus mendapat sanksi tegas dari pemerintah. 


“Kemenag harus memberi sanksi kepada lembaga amil zakat yang terindikasi menjadi tempat pengumpulan dana jaringan teroris,” tegas pria asal Jepara Jawa Tengah ini. 


Terus waspada
Rumadi menegaskan, terorisme masih memberi ancaman nyata kepada masyarakat. Untuk itu, masyarakat tidak boleh lengah. Harus terus waspada dan hati-hati terhadap gerakan yang mencurigakan. 


Seperti kita ketahui, Densus 88 Antiteror Polri telah berhasil menangkap dan membongkar jaringan terorisme. Teranyar, aparat mengungkap adanya tempat pelatihan jaringan Jama’ah Islamiyah (JI) di sejumlah titik di Semarang, Jawa Tengah. 


Penangkapan disangkakan kepada 23 teroris dari kelompok JI. Mereka ditangkap di delapan lokasi yakni di  Lampung Selatan, Lampung Tengah, Bandar Lampung, Pringsewu, Metro, Jambi, Riau dan Palembang. Dua dari 23 orang yang ditangkap merupakan Panglima Askari JI, yakni Taufik Bulaga alias Upik Lawanga dan Zulkarnain alias Arif Sunarso.


“Keberhasilan Polri membongkar jaringan tersebut patut diapresiasi karena bisa memberi rasa aman kepada masyarakat,” tandas dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.


Sementara itu, pengamat terorisme yang juga dosen di Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSJ) Universitas Indonesia (UI) Syaroni Rofi’i mengatakan, kepolisian harus benar-benar mengungkap kepada publik tentang profil organisasi teroris termasuk bagaimana cara mereka menyebar paham ajarannya. 


Menurut Rofi’i, sampai detik ini hanya pihak aparat yang mengetahui secara detail di mana saja pusat gerakan mereka. Jika tidak diungkap, persoalan itu hanya akan menjadi informasi yang meresahkan. 


“Sekali lagi, ini harus diungkap secara terbuka. Sampaikan kepada masyarakat bagaimana ajaran yang mereka tanamkan. Lalu, bagaimana mereka mengatur strategi ketika ingin melancarkan aksinya,” ucap alumnus Istanbul University ini. 


Pewarta: Abdul Rahman Ahdori
Editor: Musthofa Asrori