Nasional

Tak Tercatat Sejarah, Pesantren Punya Peran Besar dalam Transformasi Gerakan Mahasiswa 

Jumat, 6 Agustus 2021 | 02:00 WIB

Tak Tercatat Sejarah, Pesantren Punya Peran Besar dalam Transformasi Gerakan Mahasiswa 

Foto Kenangan Zastrouw Al-Ngatawi bersama Gus Dur dan Mantan Presiden Soeharto. (Foto: Instagram/Zastrouw Al-Ngatawi).

Jombang, NU Online 
Budayawan Nahdlatul Ulama (NU) Zastrouw Al-Ngatawi menyebut pesantren memiliki peran besar dalam proses transformasi gerakan mahasiswa. Sayangnya, peran tersebut tidak tercatat dalam sejarah.


Demikian disampaikan Kang Zastrouw saat mengisi ceramah dalam acara tahlil hari ke-5 Nyai Hj Zubaidah Nasrullah dan KH Abdullah Yazid Sulaiman yang disiarkan melalui kanal YouTube Pondok Pesantren As-Sa’idiyyah 2 Jombang, Rabu (3/8/2021) malam.


Dikisahkan, pada awal tahun 1990-an, nyawa para aktivis gerakan mahasiswa terancam karena berhadapan langsung dengan satu kekuatan besar atau hegemoni. Dalam situasi tersebut, Gus Dur memberi perlindungan kepada para aktivis yang sedang diincar oleh aparat keamanan dengan mengirim mereka ke beberapa pesantren.


“Saat itu, Gus Dur meminta saya menemui kiai Nasrullah di Jombang, padahal saya tidak kenal dan tidak tahu alamat lengkapnya. Namun, bermodal keyakinan, karena saat itu saya harus mencari tempat berlindung dari ancaman dan pertaruhan saya sudah diambang hidup-mati,” kata Kang Zastrouw.

 

Singkat cerita, Kang Zastrouw yang saat itu rambutnya gondrong dan pakai celana robek datang ke Pesantren Tambak Beras Jombang untuk menemui Kiai Nasrullah. Kedatangannya disambut baik oleh Kiai Nasrullah dan Nyai Zubaidah tanpa rasa curiga dan prasangka apapun.

 

“Ketika saya menyampaikan salamnya Gus Dur kepada Kiai Nas, ia langsung menyambut saya dengan baik, tidak cek atau bertanya dulu kepada Gus Dur, tapi langsung percaya dengan apa yang saya sampaikan hingga membuat saya terenyuh,” ujar dia.

 

Dikatakannya, Nyai Zubaidah adalah sosok istimewa dalam melakukan transformasi, sebab saat Kang Zastrouw tinggal di pesantren, Nyai Zubaidah merawatnya sebagaimana anak yang sedang butuh perlindungan dan diperlakukan sebagai santri yang sedang belajar. 

 

Mantan asisten pribadi KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menceritakan, di pesantren Kiai Nasrullah, Kang Zastrouw diijazahi Hizib Ghazali untuk diamalkan setiap hari sesudah shalat subuh dan ashar. Sejak saat itu, ia mengaku sering sowan ke Jombang untuk meminta nasehat Kiai Nas dan Nyai Zubaidah.

 

“Tidak hanya saya yang mengalami semua itu, Ajengan Mimih dari Tasikmalaya yang saat itu sedang diincar oleh aparat pun dilindungi Gus Dur di Pesantren asuhan Kiai Jalil Tulungagung,” terang dia.


Kisah ini, Kata dia, membuktikan bahwa peran pesantren dalam proses transformasi menuju reformasi sangat besar, namun hal ini tidak tercatat dalam sejarah. Padahal, pesantren sangat berperan dalam melindungi para aktivis yang terancam nyawa, studi dan kehidupannya.

 

Dosen Unusia Jakarta tersebut berharap agar para santri, mahasiswa bisa meneliti dan menuliskan peran pesantren dalam hal ini peran kiai dan ibu nyai yang memberikan perlindungan kepada para aktivis mahasiswa yang saat itu kehidupannya sedang terancam.

 

Kontributor: Suci Amaliyah
Editor: Aiz Luthfi