Nasional SOSOK

Taufiq Widjanarko, Nahdliyin di Inggris yang Mendalami Holografi

Selasa, 23 Februari 2021 | 08:05 WIB

Taufiq Widjanarko, Nahdliyin di Inggris yang Mendalami Holografi

Tauifq Widjanarko, Nahdliyin di Inggris, Peneliti di Advanced Manufacturing Technology Research Group, Fakultas Teknik, Universitas Nottingham. (Foto: dok. istimewa)

Jakarta, NU Online

Bentangan alam raya yang demikian luas begitu menarik di mata Taufiq Widjanarko. Ketertarikannya itu dimulai dari pengenalan ayahandanya pada sebuah program televisi mengenai sains popular. Salah satu yang paling berkesan adalah penjelajahan laut dari Oseanografer Perancis Jacques Cousteau dan timnya dengan kapal Calypso ‘Cousteau Odyssey’ di awal 1980-an.


Meskipun demikian, ia justru menaruh minat pada astronomi. Pasalnya, bidang itu memberikan padanya pelajaran mengenai bentangan alam raya sedemikian besar dan luasnya, tetapi tetap patuh pada hukum tertentu sehingga memiliki pola dan keteraturan.


Ketakjubannya pada keteraturan alam semesta itu semakin menguat mana kala ia membaca Bibel, Quran, dan Sains Modern karya Maurice Bucaille yang diterjemahkan H M Rasjidi. Ayat-ayat kauniyah yang dijelaskan para ilmuwan di abad 20 ternyata sudah digariskan kitabullah 14 abad sebelumnya, tak terkecuali bidang astronomi yang begitu ia gemari.


Tekadnya pun membulat untuk mendalami studi di bidang fisika saat duduk di SMA Negeri 5 Surabaya, Jawa Timur dan meneruskannya di Institut Teknologi Bandung (ITB), tepatnya di jurusan Teknik Fisika. Taufiq semakin menyelam di kedalaman sains yang tak pernah mangkir dari hukum yang berlaku.


Karena kecintaannya pada astronomi, walaupun studinya dalam teknik, Taufiq mengerjakan skripsi S1 tentang instrumentasi untuk astronomi di Observatorium Bosscha ITB di Lembang 1993-95, lalu dilanjutkan sebagai asisten peneliti di sana hingga tahun 1997.


Ia membayangkan makrokosmos meliputi bintang, planet, galaksi, nebula hingga alam di level nano dan kuantum berjalan dalam garis yang teratur dan mengikuti hukum-hukum yang telah ditentukan. Betapa Sang Pencipta, begitu di benaknya, teramat kuasa dengan segala kemahaannya.


Baginya, sains yang digelutinya itu mengantarkannya pada kebesaran Allah swt. “Mungkin orang lain punya jalan lain untuk memahami alam ini melalui disiplin ilmu lain. Namun, buat saya pribadi, ilmu sains alam dan rekayasa adalah jalan yang paling jelas untuk memahami alam semesta-Nya,” katanya.


Keteraturan yang begitu memikatnya itu bermula dari kegemarannya pada bidang matematika sejak duduk di bangku SMP. Menurutnya, pelajaran perhitungan itu layaknya seni yang memiliki nilai estetik karena ada pola, metode, dan keteraturannya di balik simbol dan persamaan yang terdapat di dalamnya.


Meneliti Holografi


Saat ini, Taufiq bekerja sebagai insinyur di VividQ Ltd, sebuah perusahaan riset dan pengembangan holografi digital 3D untuk display, AR/VR, di Cambridge, Inggris. Di lembaga tersebut, ia bersama koleganya tengah melakukan penelitian mengenai pembuatan prototipe holografi yang dihasilkan dari proses komputasi menggunakan komputer (Computer Generated Holography/CGH) untuk Augmented Reality (AR). AR adalah metode penyediaan informasi dari komputer yang dapat ditambahkan (augmented) pada apa yang kita lihat nyata (real) saat itu.


“Gambar 3D yang diperoleh dari prototipe yang dikembangkan dihasilkan oleh metode holografi sehingga efek 3D yang diperoleh alami dan asli seperti seolah-olah kita melihat langsung obyeknya, termasuk efek akomodasi yang tidak dapat dihasikan oleh display konvensional berbasis stereoscopic yang sering salah kaprah disebut 3D,” ujarnya.


Selain aplikasi AR yang menggunakan headset, Taufiq juga merencanakan pengerjaan prototipe CGH untuk Heads Up Display (HUD) yang tidak dikenakan di kepala, tapi diletakkan dekat dengan medan pandang mata. HUD biasanya dipakai di kendaraan, pesawat, kapal, dan moda transportasi untuk menampilkan informasi di dalam medan pandang pengendara atau pilot untuk memberikan informasi panduan dan navigasi saat mengendalikan kendaraannya. “AR HUD yang kami kembangkan masih dalam tahap uji di laboratorium,” ujarnya.


Beda dengan AR headset, pada HUD, peralatannya tidak dikenakan di kepala tapi akan diletakkan di dasbor mobil dekat dengan kaca depan pengemudi. Namun pada kedua peralatan ini, AR Headset dan AR HUD, informasi yang dapat diperbarui secara langsung akan ditampilkan dalam medan pandang pemakai sehingga bisa memberi informasi panduan dan navigasi yang diperlukan dalam perjalanan.


Ia juga pernah tercatat sebagai peneliti di Advanced Manufacturing Technology Research Group, Fakultas Teknik, Universitas Nottingham, Inggris (2017-2019). Sebelum itu, ia mengenyam studi doktornya di EPSRC Centre for Innovative Manufacturing in Intelligent Automation, Wolfson School of Mechanical and Manufacture, Universitas Loughborough, Inggris (2006-2011). Sebelum kembali lagi ke Loughborough sebagai peneliti (2013-2016), ia juga mengambil pengalaman sebagai peneliti di Centre in Through-life Engineering Services, Universitas Cranfield (2011-2012).


Taufiq juga sempat memperdalam keilmuannya dengan mengambil studi master di Universitas Dayton, Ohio, Amerika Serikat (1998-2000). Di Negeri Paman Sam juga, ia melakukan riset di Institut Politeknik dan Universitas Negeri Virginia (2001-2002) pada bidang Electrical & Computer Engineering/Optical Image Processing. Lalu, Taufiq juga mengambil studi di Universitas Memphis, Tennessee, Amerika Serikat (2002-2003). Ia sempat mengabdikan diri di almamaternya, ITB, sebelum bertolak ke Inggris sampai sekarang.


Setidaknya, Taufiq sudah menghasilkan 24 tulisan ilmiah yang terindeks Google Scholar dan sudah dikutip lebih dari 100 kali.


Menghimpun Donasi untuk Kemanusiaan


Di tengah kesibukannya sebagai peneliti, ia mengkhidmatkan diri untuk aktif sebagai Ketua Lembaga Amil Zakat, Infak, dan Sedekah Nahdlatul Ulama (LAZISNU) Inggris, atas permintaan Rais Syuriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) KH Didik S Wiyono.


Ikatannya pada NU tentu bukan karena ia lahir tepat pada Harlah ke-44 organisasi Islam terbesar di Indonesia itu. Guru mengajinya yang dipanggil oleh orang tuanya ke rumah itulah yang memberikan pengantar pemahaman mengenai tasawuf, sebuah pengetahuan yang dipraktikkan kalangan Nahdliyin.


“Bagi saya, ilmu baru lebih memberi isi dan seperti ‘ruh’nya ilmu agama karena agama tidak lagi tampak sebagai sekumpulan ibadah ritual secara ‘mekanis’ tapi ini adalah jalan-jalan menuju ridha Tuhan. Karena apapun yang kita lakukan sekarang, tujuan akhirnya hanya satu: menjemput keridhaan Gusti Allah Azza wa Jalla swt, di dunia dan akhirat nanti,” katanya.


Ramadhan tahun lalu, Taufiq bersama Nahdliyin di Negeri Elizabeth berhasil mengumpulkan zakat, infak, dan sedekah hingga Rp85 juta. Dana tersebut disalurkan kepada WNI yang terdampak pandemi Covid-19 di Inggris.


"NU Care-LAZISNU UK berkomitmen untuk memberi manfaat, membantu para saudara kita, para WNI dan TKI di UK yang terdampak Covid-19. Sebagian di antara mereka kehilangan pekerjaan, akses dana, dan kesulitan bahan pangan," ungkap Taufiq pada Sabtu (30/05/2020).


Pewarta: Syakir NF

Editor: Fathoni Ahmad