Temui Gus Yahya, Lembaga Kebebasan Beragama AS Bahas Perlindungan Minoritas di Indonesia
NU Online · Kamis, 8 Mei 2025 | 21:00 WIB

Komisioner Lembaga Kebebasan Beragama AS saat melakukan pertemuan dengan Gus Yahya beserta jajaran di Gedung PBNU, Jakarta, pada Kamis (8/5/2025). (Foto: NU Online/Aji)
Haekal Attar
Penulis
Jakarta, NU Online
United State (US) Commission on International Religious Freedom atau Lembaga Kebebasan Beragama Amerika Serikat (AS) menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) di Lantai 3 Gedung PBNU, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, pada Kamis (8/5/2025).
Ketua PBNU Ahmad Suedy mengatakan bahwa pertemuan yang diikuti sekitar delapan orang itu membahas mengenai perlindungan minoritas di Indonesia.
"Jadi mereka itu dari lembaga kebebasan beragama di Amerika memang setiap tahun melakukan review dari berbagai negara untuk dilaporkan bagaimana perkembangan human right di bidang kebebasan beragama," katanya seusai pertemuan itu.
Melalui Suaedy, Gus Yahya mengungkapkan bahwa tidak menutup kemungkinan di setiap negara luput dari permasalahan keagamaan, terutama berhubungan dengan minoritas. Namun di Indonesia masih relatif aman.
"Masalah tentang minoritas ini sebenarnya pengaruh dari desentralisasi Indonesia dan juga merebaknya kepentingan mayoritas dan minoritas," katanya.
Tak hanya itu, Suedy menjelaskan bahwa di setiap wilayah Indonesia sangat beragam kelompok minoritasnya. Bisa jadi di Indonesia bagian barat mayoritas Muslim dan bagian Timur Indonesia mayoritas Kristen, Hindu, dan Buddha.
"Kita hanya ingin imbang. Memang kita ada masalah tapi NU berusaha untuk mencegah dan melindungi mereka. Misalnya tadi disinggung tentang fatwa atau hasil pembahasan Munas 2019 hasil dari bahtsul masail bahwa dalam fiqih keputusan NU itu kategori kafir tidak relevan lagi dengan politik," katanya.
"Jadi kesetaraan itu tuntas tidak ada lagi Muslim dan non-Muslim, minoritas dan mayoritas," tambahnya.
Usaha untuk menormalisasi perbedaan juga diwujudkan dengan pertemuan-pertemuan keagamaan untuk menjelaskan visi kesetaraan warga negara dan nasionalisme
"Mereka menerima dengan data-data itu dan mengakui ada masalah ini tapi tidak juga berarti itulah ciri Indonesia tapi itulah masalah-masalah yang terus diusahakan (perbaiki)," jelasnya.
Sementara itu, Komisioner Lembaga Kebebasan Beragama AS Mohamed Elsanousi mengapresiasi nilai-nilai dari NU yang tidak hanya bermanfaat untuk Indonesia, tetapi juga dunia untuk membuat harmoni dan perdamaian.
"Ini adalah organisasi yang unik dengan banyak pengikutnya dan mereka senantiasa mengabdikan diri pada level bawah," jelasnya.
Dalam percakapannya bersama Gus Yahya, ia merasa sangat menikmati perbincangan mengenai kontekstualisasi Islam di Indonesia
"Kami juga membicarakan tentang cara Nahdlatul Ulama mengakomodir komunitas agama yang minoritas karena Indonesia mengakui banyak agama, seperti Kristen, Protestan, komunitas Ahmadiyah," terangnya.
Terpopuler
1
Fantasi Sedarah, Psikiater Jelaskan Faktor Penyebab dan Penanganannya
2
Rais 'Aam PBNU Ajak Pengurus Mewarisi Dakwah Wali Songo yang Santun dan Menyejukkan
3
Kisah Levina, Jamaah Haji Termuda Pengganti Sang Ibunda yang Telah Berpulang
4
Khutbah Jumat: Lima Ibadah Sosial yang Dirindukan Surga
5
Pergunu Buka Pendaftaran Beasiswa Kuliah di Universitas KH Abdul Chalim Tahun Ajaran 2025
6
Pakai Celana Dalam saat Ihram Wajib Bayar Dam
Terkini
Lihat Semua