Nasional

Timnas Indonesia VS Uzbekistan Malam Ini, Tentukan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Senin, 29 April 2024 | 20:08 WIB

Timnas Indonesia VS Uzbekistan Malam Ini, Tentukan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

(Ilustrasi: Aceng Darta/NU Online)

Jakarta, NU Online
Timnas Indonesia U-23 akan menghadapi Uzbekistan U-23 pada semifinal Piala Asia U-23 2024 yang akan berlangsung di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Senin (29/4/2024) pukul 21.00 WIB.


Piala Asia U-23 2024 juga berfungsi sebagai ajang kualifikasi zona Asia untuk Olimpiade Paris 2024. Peraih juara pertama, kedua, dan ketiga Piala Asia U-23 2024 otomatis lolos ke Olimpiade Paris 2024, sementara peringkat keempat harus melakukan play off melawan peringkat keempat Piala Afrika U-23 2024, Guinea guna memperebutkan satu tiket tersisa.


Timnas Indonesia pernah tampil sekali di ajang pesta  olahraga internasional tersebut, tepatnya di Olimpiade 1956 di Melbourne. Saat itu Timnas Indonesia diisi oleh nama-nama seperti Rusli Ramang, Maulwi Saelan, Ramlan, Endang Witarsa, Thio Him Tjiang, dan lain-lain. Mereka dibesut pelatih bernama Antun Toni Pogacnik, yang ketika itu masih aktif bermain sepak bola membela Yugoslavia dan Kroasia. Ia melatih Timnas Indonesia dari tahun 1954-1964.


Sebelum tampil di Olimpiade 1956, Timnas Indonesia harus melewati kualifikasi terlebih dahulu melawan China Taipe. Namun China Taipe menolak untuk bertanding dengan menggunakan lambang FIFA. Karena itulah Timnas Indonesia menang walk out dan meraih tiket Olimpiade 1956.


Saat itu sistem cabang olahraga sepak bola di Olimpiade belum menggunakan fase grup seperti sekarang, tetapi langsung fase gugur.


Pada Olimpiade 1956 ini terdapat 16 tim yang tampil pada cabang olahraga sepak bola, yaitu Yugoslavia, Amerika Serikat, Australia, Jepang, India, Indonesia, Uni Soviet, Tim Persatuan Jerman (Gabungan Jerman Barat dan Jerman Timur), Bulgaria, Inggris Raya, Thailand, China (RRC), Mesir, Turki, Vietnam Selatan, dan Hongaria. Namun, lima tim yaitu China (RRC), Mesir, Turki, Vietnam Selatan, dan Hongaria mengundurkan diri.


Di babak 16 besar seharusnya Timnas Indonesia bertemu dengan Vietnam Selatan, namun karena negara tersebut mengundurkan diri maka Timnas Indonesia otomatis lolos ke perempat final dan berhadapan dengan Uni Soviet, yang saat itu masih diperkuat oleh sang legenda Lev Yashin.


Pertandingan melawan Uni Soviet dilaksanakan pada tanggal 29 November 1956 dan Timnas Indonesia berhasil menahan imbang 0-0. Karena waktu itu belum ada penalti, dilaksanakan kembali pertandingan pada 1 Desember 1956, hasilnya Uni Soviet menang telak atas Indonesia dengan skor 4-0.


Selain keberhasilan menahan imbang 0-0 Uni Soviet, Timnas Indonesia di bawah asuhan Antun Toni Pogacnik berhasil masuk semifinal Asian Games 1954 di Manilla, medali perunggu Asian Games 1958 di Tokyo, dan meraih juara di Merdeka Games 1961 di Malaysia.


Kiper Timnas Indonesia Maulwi Saelan mengatakan bahwa kegagalan Toni Pogacnik di Asian Games Manilla karena persiapan waktu yang minim.


"Baru tiga tahun kemudian Tony berhasil melambungkan PSSI dalam babak penyisihan Olimpiade Melbourne 1956, serta pada tahun 1958 berhasil meraih medali perunggu Asian Games III," ujarnya dalam wawancara yang dimuat di Harian Fajar, Jumat (7/2/1986) hal. 4 pada berita berjudul Ketua Dewan Pelatih Nasional: Pelatih Asing Sebaiknya Penasihat Teknis Saja. Di tahun tersebut mantan ajudan Presiden Soekarno itu memang menjabat sebagai Ketua Dewan Pelatih Nasional.


Toni Pogacnik mengundurkan diri setahun usai Asian Games 1962, saat itu Indonesia menjadi tuan rumah. Pada ajang tersebut Timnas Indonesia gagal meraih medali. Kegagalan tersebut katanya disebabkan karena sejumlah terlibat skandal suap yang di kemudian hari disebut dengan Skandal Senayan 1962.


Pada wawancara di Kompas dengan Mantan Pemain Timnas Indonesia Sunarto berjudul Berjumpa dengan Sunarto Bekas Poroshalang PSSI 1960-1962 hal. 6, terbit pada 23 Maret 1973, Tanu Trh menanyakan alasan mengapa Sunarto memutuskan hubungan dengan dunia sepakbola.


"Mengapa begitu tandas, memutuskan hubungan dengan dunia sepak bola? Adakah sesuatu, barangkali yang menyakitkan hatinya? Barangkali yang dinamakan Skandal Senayan tahun 1962, dimana ia pun turut diskors, membuatnya jemu dengan permainan sepak bola?"


"Oh, tidak," jawabnya spontan. "Hanya sekonyong-konyong tidak ada minat lagi. Mengenai peristiwa Senayan sebaiknya dilupakan saja."


Masih dalam tulisan yang sama Tanu Trh menulis Seandainya menjelang Asian Games IV tidak terjadi skandal Senayan yang dimaksudkan di atas, Indonesia pasti menjuarai seluruh Asia. Kesemua itu hanya kenangan manis belaka."


Di bawah kepelatihannya pula Timnas Indonesia nyaris tampil di Piala Dunia ke-6 tahun 1958 di Swedia. Waktu itu Timnas Indonesia melaju mulus di babak prakualifikasi setelah menang walk out (WO) atas Taiwan dan berhak masuk kualifikasi putaran pertama.


Pada kualifikasi putaran pertama Timnas Indonesia tergabung di Grup 1 bersama dengan China (RRC) dan Australia, namun Negeri Kanguru mengundurkan diri sehingga hanya ada dua negara saja. Pertandingan melawan China berlangsung pada tanggal 12 Mei 1957 di Stadion Ikada, hasilnya Timnas Indonesia menang 2-0.


Sebulan kemudian tepatnya pada 2 Juni 1957 di Peking, China, Timnas Indonesia kalah dengan skor 4-3. Karena keduanya sama-sama menang, diadakanlah kembali pertandingan di tempat netral yaitu Yangon, Myanmar pada 23 Juni 1957, hasilnya 0-0. Saat itu belum ada adu penalti, maka menggunakan selisih gol, sehingga Timnas Indonesia berhasil lolos ke putaran berikutnya.


"Saat itu, Asia Afrika menjadi satu dibagi empat grup, Indonesia di grup 1 hanya dengan RRC. 12 Mei 1957, di Jakarta, Indonesia vs RRC 2-0. 2 Juni, di Peking, RRC vs Indonesia 4-3. 23 Juni, di Rangon, Indonesia vs RRC 0-0. Grup 2, Israel menang WO, karena Turki mundur. Grup 3, Mesir menang WO, setelah Cyprus mundur. Grup 4, Sudan lolos atas Syria (1-0, 0-1). Babak kedua Sudan vs Israel (Israel lolos, karena Sudan mundur), Indonesia vs Mesir (Indonesia lolos, karena Mesir mundur). Babak ketiga, Indonesia mundur karean melawan Israel, dan babak ketiga Israel vs Wales (wakil Eropa, play off) 0-2, 2-0," dalam tulisan berjudul PSSI Pra Piala Dunia di Berita Yudha, hal.2 terbit Minggu, 22 Juni 1997.