Nasional

Tinggi Hilal Minus 4 Derajat, PBNU: Tunggu Hasil Rukyat Syawwal 1442 H

Senin, 10 Mei 2021 | 14:00 WIB

Tinggi Hilal Minus 4 Derajat, PBNU: Tunggu Hasil Rukyat Syawwal 1442 H

Rukyatul Hilal. (Foto: NU Online)

Jakarta, NU Online
Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU) akan menggelar Rukyatul Hilal pada Selasa Pahing 29 Ramadhan 1442 H yang bertepatan dengan tanggal 11 Mei 2021 M. Berdasarkan data hasil menggunakan sistem hisab jama’i (tahqiqy tadqiky ashri kontemporer), ketinggian hilal pada Selasa (11/5) pada posisi minus 4 derajat tepatnya -4º 22’ 28”. Markaz nasional ditentukan di Gedung PBNU Jl. Kramat Raya Jakarta Pusat dengan koordinat 6º 11’ 25” LS 106º 50’ 50” BT.  


Berdasarkan data hisab di markaz nasional tersebut dan titik-titik ibukota propinsi/kabupaten di seluruh Indonesia, maka diperhitungkan hilal terbenam lebih dulu dibanding Matahari di seluruh Indonesia pada saat pelaksanaan rukyatul hilal.  Namun kapan Idul Fitri 1442 H atau tanggal 1 Syawwal 1442 H, akan diketahui setelah sidang itsbat dan ikhbar yang akan dilaksanakan pada Selasa (11/5) setelah pelaksanaan rukyatul hilal rampung.


Kedudukan hisab dalam Nahdlatul Ulama adalah sebagai alat bantu pelaksanaan rukyatul hilal. Nahdlatul Ulama menghormati penggunaan metode hisab. Tetapi Nahdlatul Ulama berpedoman bahwa metode rukyatul hilal–lah yang lebih tepat digunakan berdasarkan perspektif fiqh. Mengingat sandarannya cukup banyak, mulai dari teks hadits Nabi Muhammad SAW hingga pendapat para ulama salafus shaalih.


“Secara formal keputusan Nahdlatul Ulama untuk bersandar pada rukyatul hilal dapat dilihat misalnya pada hasil Muktamar NU ke–30 tahun 1999,” kata Wakil Sekretaris Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFPBNU) Ma’rufin Sudibyo, Senin (10/5).


“Dalam pandangan Nahdlatul Ulama, penggunaan hisab (hitungan numerik–matematik) untuk menetapkan awal bulan Hijriyyah (terutama untuk menetapkan awal Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan hari raya Idul Adha) adalah tidak cukup jika dilakukan tanpa verifikasi faktual (rukyatul hilal),” imbuhnya dalam keterangan tertulisnya.


Sehingga hisab hanya bermakna sebagai hipotesis verifikatif yang belum konklusif. Meskipun menjadi piranti untuk menalar-logiskan sebuah benda langit yang kita kenal sebagai Bulan, namun Bulan itu sendiri memiliki hukum-hukum kehidupannya sendiri yang bisa lepas dari piranti matematis yang menghitungnya.


Dalam sudut pandang ilmiah, hisab yang tanpa verifikasi faktual tidak dapat dianggap memenuhi asas berfikir ilmiah yang bersifat siklik. Pada sudut pandang ilmu pengetahuan pula, telah diketahui bahwa persamaan kriteria visibilitas apapun yang telah ada pada saat ini bukanlah kriteria rigid karena masih menyertakan batas toleransi (uncertainty) sebagai sebuah keniscayaan statistik.


Karena itu hilal yang berada di bawah nilai sebuah kriteria visibilitas masih memiliki peluang untuk bisa dilihat meski nilai peluangnya lebih kecil (kurang dari 50 %). Sebaliknya hilal yang berada di atas nilai sebuah kriteria visibilitas juga masih memiliki peluang untuk tak bisa dilihat meski nilai peluangnya juga kecil (kurang dari 50 %).


“Dalam kerangka demikian, Nahdlatul Ulama memosisikan hisab sebagai alat bantu dalam pelaksanaan rukyatul hilal. Rukyatul hilal tidak akan bisa diselenggarakan tanpa hisab yang baik. Untuk itu Nahdlatul Ulama memiliki sistem hisab jama’i (tahqiqy tadqiky ashri kontemporer), yang memperhitungkan segenap sistem hisab yang berkembang di tubuh Nahdlatul Ulama,” katanya.


Berikut data hasil hisab yang dilakukan LFPBNU di beberapa lokasi di Indonesia yang menunjukkan parameter hilal terkecil terjadi di kota Jayapura Propinsi Papua yakni dengan tinggi –5º 28’dan parameter hilal terbesar terjadi di kota Pelabuhan Ratu Propinsi Jawa Barat dengan tinggi –4º 19’:
1. Aceh Banda Aceh –4° 37‛
2. Sumatera Utara Medan –4° 38‛
3. Sumatera Barat Padang –4° 29‛
4. Riau Pekanbaru –4° 35‛
5. Kepulauan Riau Tanjungpinang –4° 41‛
6. Jambi Jambi –4° 32‛
7. Bengkulu Bengkulu –4° 23‛
8. Sumatera Selatan Palembang –4° 30‛
9. Bangka Belitung Pangkalpinang –4° 35‛
10. Lampung Bandar Lampung –4° 23‛
11. DKI Jakarta Jakarta –4° 22‛
12. Banten Serang –4° 22‛
13. Jawa Barat Bandung –4° 21‛
14. Jawa Tengah Semarang –4° 25‛
15. DIY Yogyakarta –4° 22‛
16. Jawa Timur Surabaya –4° 28‛
17. Bali Denpasar –4° 27‛
18. NTB Mataram –4° 28‛
19. NTT Kupang –4° 33‛
20. Kalimantan Barat Pontianak –4° 46‛
21. Kalimantan Tengah Palangka Raya –4° 47‛
22. Kalimantan Selatan Banjarmasin –4° 45‛
23. Kalimantan Timur Samarinda –4° 58‛
24. Kalimantan Utara Tanjungselor –5° 07‛
25. Sulawesi Selatan Makassar –4° 46‛
26. Sulawesi Tenggara Kendari –4° 55‛
27. Sulawesi Barat Mamuju –4° 53‛
28. Sulawesi Tengah Palu –5° 01‛
29. Gorontalo Gorontalo –5° 10‛
30. Sulawesi Utara Manado –5° 16‛
31. Maluku Ambon –5° 05‛
32. Maluku Utara Ternate –5° 18‛
33. Papua Barat Manokwari –5° 23‛
34. Papua Jayapura –5° 28‛

 

Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Aryudi AR