Nasional

Trilogi Ukhuwah Jadi Resep Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Sabtu, 29 Mei 2021 | 14:00 WIB

Trilogi Ukhuwah Jadi Resep Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

H Ahmad Helmy Faishal (Foto: Tangkapan layar)

Jakarta, NU Online
Saat ditanya oleh para tamu luar negeri yang berkunjung ke Kantor PBNU tentang resep terjalinnya kerukunan umat beragama di Indonesia, Sekretaris  Jendral (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) H Ahmad Helmy Faishal Zaini menjawab bahwa trilogi ukhuwah menjadi kuncinya.


"Yang pertama ialah ukhuwah Islamiyyah, di mana agamanya sama namun mazhabnya berbeda. Ada yang shalat tarawih dengan 23 rakaat dan ada pula yang 11 rakaat. Ada pula shalat subuh nya memakai doa qunut, ada pula yang tidak. Jadi mazhabnya beda, agamanya sama, ada ukhuwah Islamiyyah," jelasnya.


Lalu, jika mazhab dan agamanya berbeda, maka masih ada tali persaudaraan yang disebut ukhuwah wathaniyah atau persaudaraan kebangsaan.  Namun, jika sudah bangsanya sama, namun negaranya berbeda, berlakulah yang ketiga yaitu ukhuwah insyaniyah atau persaudaraan kemanusiaan.


Ia memberi contoh jika seorang terkena musibah kecelakaan lalu lintas, maka yang ditanyakan pertama kali bukanlah agamanya, ormasnya, ataupun pilihan politiknya. "Jika dalam persaudaraan hanya didasarkan atas adanya kesamaan asal-usul, maka tidak akan pernah lahir yang disebut dengan persaudaraan," jelasnya.


Helmy mengutip perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang menegaskan bahwa mereka yang bukan saudaramu dalam satu iman, adalah saudara dalam kemanusiaan. "Maka pada hakikatnya kita ini merupakan saudara," tegasnya dalam Forum Dialog Antar Umat Beragama di Gedung Sopo Marpikir HKBP, Jakarta Timur, Jumat (28/5).


Oleh karenanya dalam berbagai kesempatan bertemu dengan orang luar negeri, Helmy sering mengungkapkan kerukunan dan keragaman yang ada di Indonesia dengan contoh nyata.


"Makanya, ketika saya ditanya orang bule, apa salah satu kehebatan Indonesia? Saya tidak berbicara primordial ataupun sektarian, ada Masjid Istiqlal, ada pesantren yang bagus. Tapi saya katakan Indonesia punya Candi Borobudur. Ini menunjukkan toleransi kita yang luar biasa," tuturnya.


Kontributor : Disisi Saidi Fatah
Editor: Muhammad Faizin