Nasional

Yenny Wahid: Perlindungan Perempuan dan Anak Jadi Fokus NU Women

Rabu, 2 November 2022 | 13:00 WIB

Yenny Wahid: Perlindungan Perempuan dan Anak Jadi Fokus NU Women

Ketua V PP Muslimat NU, Hj Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) saat berbicara dalam webinar bersama PCI Muslimat NU Jepang dan Jerman. (Foto: Tangkapan layar Zoom PCIMNU Jepang)

Jakarta, NU Online
Dalam rangka harlah 1 abad, NU membuat berbagai rangkaian kegiatan acara. Salah satunya telah dilaksanakan NU Women. NU Women memiliki fokus utama dalam hal perlindungan perempuan dan anak.


Ketua V PP Muslimat NU, Hj Zannuba Ariffah Chafsoh (Yenny Wahid) mengungkapkan perempuan NU dapat bergabung dalam platform konsolidator NU Women. Feature utama dalam NU Women berfokus kepada tiga isu, yakni perlindungan perempuan dan anak, peran aktif perempuan dalam perubahan iklim, dan pemberdayaan perempuan.


“NU Women memiliki pemegang saham utama yakni banom-banom perempuan NU seperti Muslimat NU, Fatayat NU, IPPNU, dan korpri serta ibu-ibu nyai yang ada di Nusantara. Diharapkan menjadi pelaku utamanya kelak,” kata Yenny.


Menuju abad kedua NU, Yenny Wahid mengatakan bahwa perempuan ingin melakukan perbaikan-perbaikan di masyarakat, agar menjadi sejahtera khususnya masyarakat Ahlussunnah Wal Jamaah (ASwaja) An-Nahdliyah.


Kaitannya dengan perlindungan perempuan dan anak, Yenny menerangkan bahwa Islam menjamin hak setiap individu untuk tumbuh berkembang secara sempurna dan optimal dalam mencapai potensinya sebagai khalifah di dunia. Jikalau ada upaya mengerdilkan potensi yang dimilikinya maka termasuk pelanggaran hak.


“Perundungan atau bullying sangat ditentang Islam, karena itu termasuk upaya mengkerdilkan individu sehingga melanggar HAM juga. Oleh karena itu, perlukan tindakan aktif dan kesadaran,” papar putri kedua Gus Dur ini.


Ia menambahkan bahwa perundungan adalah hal negatif di masyarakat yang harus dicegah. Apalagi jika terjadi pada anak-anak yang berakibat jangka panjang. Anak-anak akan mengalami traumatis yang bisa terjadi selama seumur hidup.


“Perundungan di kalangan anak-anak harus diatasi bersama. Kemudian anak-anak yang mengalami trauma berkepanjangan juga perlu didampingi. Kasus perundungan harus dihentikan agar anak tidak mengalami masalah di kemudian hari,” tegas Yenny.


“Para pelaku bullying bisa saja terjadi karena memiliki trauma masa kecil di mana dia melihat atau menjadi korban sendiri. Bisa saja orang terdekatnya melakukan kekerasan terhadap yang lain. Pola itulah yang dia serap menjadi caranya dalam mengekspresikan diri,” sambungnya.


Yenny menuturkan bahwa penanganan yang salah saat anak sedang marah dapat menumbuhkan sikap-sikap negatif dan dapat membuka peluang anak menjadi pelaku perundungan. Untuk menenangkan anak yang sedang marah bisa dilakukan dengan cara memvalidasi atau mengakui perasannya.


“Setelah itu, orang tua baru membantu merumuskan ekspresinya dengan baik dan apa yang harus dikerjakan anak. Meskipun terlihat sepele, namun hal tersebut sangat efektif untuk meredam emosi,” terangnya.


Menurut Yenny, efek perundungan antara lain anak jadi malas sekolah, menarik diri dari lingkungan, dan depresi. Bahkan, ada kasus sampai anak bunuh diri dikarenakan tidak mengetahui ia harus ke mana saat mengalami bullying. Ahlusunnah Wal Jamaah memberikan penekanan pada HAM,” tandasnya.


PAUD Jadi Keputusan Bersama
Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua I PP Muslimat NU Prof Sri Mulyati mengungkapkan Muslimat NU memberikan perhatian terhadap anak-anak dengan menyelenggarakan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).


Pendidikan anak usia dini, kata dia, sudah menjadi keputusan bersama dari tiga Ketua Umum, yakni Ketum PBNU, Ketum PP Muslimat NU, Ketua PP LP Ma’arif NU. Pendidikan anak usia dini telah menjadi tanggung jawab muslimat NU.


“PAUD di seluruh Indonesia diselenggarakan oleh Muslimat NU sebagaimana ketentuan yang sudah ditandatangani dalam SK bersama tiga ketua umum tersebut,” paparnya dalam Webinar Internasional dan Silaturahmi PCI Muslimat NU Jepang dan Jerman, Ahad (30/10/2022).
 

Prof Sri menambahkan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat tahun lalu telah terjadi perundungan hampir 3000 kasus dan lebih dari 1000 terjadi kepada anak-anak. Hal tersebut menjadi tanggung jawab bersama bagi kalangan Muslimat NU baik tingkat wilayah, cabang, anak cabang, bahkan ranting dan anak ranting untuk mengelola pendidikan anak usia dini dengan baik.


“Anak-anak akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Pembiasaan yang baik dalam akidah, ubudiyah, dan akhlak Ahlusunnah Wal Jamaah. Guru-guru PAUD juga perlu mendeteksi bagaimana berusaha merangsang dan mengetahui potensi-potensi yang dimiliki anak-anak,” tuturnya.


“Anak-anak memiliki kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan estetika. Nah, kecerdasan itu diperlukan agar guru-guru menjadi lebih andal,” pungkas Prof Sri Mulyati.


Kontributor: Afina Izzati
Editor: Musthofa Asrori