Obituari

Ajengan Kharismatik dari Purwakarta, KH Adang Badrudin Tutup Usia

Senin, 3 Agustus 2020 | 06:24 WIB

Ajengan Kharismatik dari Purwakarta, KH Adang Badrudin Tutup Usia

Pengasuh Pondok Pesantren Alhikamusslafiyah Cipulus KH Adang Badrudin

Bandung, NU Online 

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un..., warga NU Jawa Barat, khususnya Kabupaten Purwakarta kehilangan salah seorang ulama kharismatiknya, yakni KH Adang Badrudin. Pengasuh Pondok Pesantren Alhikamusslafiyah Cipulus tersebut tutup usia pada Senin (3/8) sekitar pukul 10.10 WIB. 

 
Menurut salah seorang keponakan almarhum, Agus Muhammad Arif Affandi, Ajengan Adang menderita sakit komplikasi selama setahun. “Selama setahun itu, kadang jagjag (sehat), kadang sakit,” katanya ketika dihubungi NU Online dari Bandung, “beliau akan dimakamkan di kompleks pesantren Cipulus, 25 km dari Kota Purwakarta.”

 

KH Adang Badrudin, hingga wafatnya merupakan Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Barat. Selain itu, dia juga merupakan Dewan Syuro DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Barat. Pesantren yang diasuhnya, Alhikamusalfiyah, merupakan salah satu pesantren tua di Purwakarta. Pesantren yang saat ini memiliki 5 ribu santri  didirikan 1840. “Pelanjut sekarang itu generasi kelima,” kata Agus Muhammad Arif Affandi.  

Ketua PWNU Jawa barat KH Hasan Nuri Hidayatullah menyampaikan duka mendalam atas wafatnya Ajengan Adang. “Atas nama keluarga besar PWNU Jawa barat kami ucapkan turut berduka cita atas wafatnya beliau. Semoga wafat beliau dalam keadaan husnul khatimah, segala amal salehnya di terima oleh Allah dan keluarga besar yang di tinggalkan di berikan oleh Allah kesabaran...,” jelasnya. 

 

Kiai yang akrab disapa Gus Hasan ini mengaku pernah sowan kepada almarhum. Setiap sowan, Gus Hasan mengaku selalu banyak mendapat pelajaran dan hikmah dari perjalanan kehidupan almarhum.

 

“Yang patut di tiru diantaranya adalah beliau concern membangun fondasi perjuangan mempersiapkan pejuang-pejuang Ahlussunnah wal Jamaah di masa depan dengan serius mengurus langsung pondok pesantren yang didirikan oleh sesepuh beliau sehingga hari ini kita semua menyaksikan ponpes Cipulus begitu pesat perkembangannya,” katanya. 

 

Kedua, kata Gus Hasan, Ajengan Adang adalah sosok yang sangat mahabbah kepada NU. Hal itu dibarengi keluarga besarnya. “Anak bahkan mantunya beliau juga digerakkan untuk aktif dalam ber-NU di berbagai lini, bahkan tidak hanya di struktur tapi juga kultur,” lanjutnya. 

 

Dengan demikian, wafatnya Ajengan Adang merupakan duka NU Jawa Barat. “Wafatnya beliau tidak hanya menjadi duka bagi keluarga besar Cipulus Purwakarta saja, tapi juga duka bagi keluarga besar NU Jabar semua, kita sangat kehilangan sosok yang selama ini menjadi sepuh dan rujukan keluarga besar NU,” pungkasnya. 

 

Pewarta: Abdullah Alawi 
Editor: Alhafiz Kurniawan