Opini

Spider-Man No Way Home dan Konsep Multiverse NU

Selasa, 18 Januari 2022 | 20:11 WIB

Marvel Studio kembali menggebrak. Spider-Man, salah satu karakter superhero terlaris mereka, muncul instalmen film ketiganya dalam semesta Marvel Cinematic Universe (MCU). Desember 2021, Spider-Man No Way Home (lanjut ditulis Spider-Man NWH) rilis di bioskop seluruh dunia. Film ini adalah petulangan ketiga Spider-Man, setelah sebelumnya beraksi dalam Spider-Man Homecoming (2017) dan Spider-Man Far From Home (2019). Bagaimana kelanjutan petualangan Spidey dalam Spider-Man NWH? Perhatian, tulisan ini mengandung spoiler!


Peter Parker, remaja tanggung alter ego Spidey, galau hebat gara-gara identitasnya terungkap. Musuhnya dalam film sebelumnya, Mysterio, menyebarkan video tentang identitas asli Parker ke media Daily Buggle. Masyarakat langsung geger. Mereka menuduh Parker telah membunuh Mysterio. Tidak hanya Parker, orang-orang di sekitarnya juga turut kena getah. Ned Leeds dan Michelle Jones, sahabat dan pacarnya, gagal masuk kampus Massachusetts Institute of Technology karena jadi karib Peter Parker. Tak tahan dengan hidupnya yang makin semrawut, Parker akhirnya meminta bantuan Doctor Strange, penyihir sakti di semesta MCU.


Parker meminta Strange menghapus ingatan orang-orang di seluruh dunia tentang identitas asli Spider-Man. Strange dengan senang hati menolong Parker. Namun, saat Strange tengah berkonsentrasi merapal mantra, Parker malah mengusik dengan beberapa kali merevisi permohonannya. Akibatnya fatal, terjadi ledakan kosmik yang membuat semesta bocor. Dunia tempat Parker dan Strange hidup kedatangan orang-orang jahat dari semesta lain. Pintu multiverse telah terbuka.
 

Multiverse adalah konsep di mana semesta tidak hanya satu saja. Di luar realita yang sedang kita jalani, terdapat realita lain di mana “diri kita yang lain” sedang menjalankan hal yang lain pula. Orang-orang jahat yang masuk ke semesta Parker dan Strange adalah orang-orang jahat musuh Spider-Man di semesta lain. Ada Doc Ock, manusia dengan tentakel besi. Ada Green Goblin, manusia gila karena serum kekuatan super yang dia suntikkan ke tubuhnya. Ada Electro si manusia listrik. Ada pula Sandman dan Lizard, si manusia pasir dan si manusia kadal. Parker kini punya PR besar. Dia harus mengembalikan mereka semua ke semesta di mana mereka berasal.

 

Awalnya misi Parker seperti berjalan lancar. Namun, semua berubah kacau saat Green Goblin berusaha melawan. Para penjahat akhirnya kocar-kacir dan berkomplot untuk membunuh Parker. Di saat Parker sedang kesusahan, tiba-tiba dua Spider-Man dari semesta lain muncul! Jadilah tiga orang Spider-Man bekerja sama menaklukkan para penjahat.

 

Nahdliyin Memandang Multiverse

Rumor munculnya tiga Spider-Man di film Spider-Man NWH sudah berhembus sejak berbulan-bulan sebelum filmnya tayang. Banyak penggemar karakter ini yang sudah antisipasi, dengan cara memesan tiket di hari pertama penayangan agar tidak terkena spoiler. Bagi mereka kejutan adalah nomor satu. Bila benar Spider-Man yang muncul adalah tiga orang, mereka harus merasakan sensasi tersebut sendiri sebelum bocorannya bertebaran di internet.

 

Saya adalah salah satunya. Saya harus membayar tuntas rasa penasaran saya di hari pertama. Dan, rumor yang lama berhembus benar adanya. Selain Spider-Man utama yang diperankan Tom Holland, muncul juga Spider-Man versi Andrew Garfield dan Spider-Man versi Tobey Macguire. Saya refleks berteriak dan bertepuk tangan saat dua karakter tersebut muncul. Spider-Man-nya ada tiga! Meski berbeda semesta, Marvel Studio berhasil memunculkan tiga karakter Spider-Man secara bersamaan dan bertarung bersama. 
 

Multiverse merupakan konsep di mana terdapat lebih dari satu alam semesta. Konsep ini kondang digunakan dalam produk budaya populer, terutama film dan serial televisi. Tidak hanya Spider-Man, beberapa karya fiksi lain juga mengadopsi konsep multiverse. Misalnya, dalam Star Trek Discovery yang tayang di CBS Network. Ada juga Crisis on Infinity Wars yang tayang di saluran The CW Networks. Yang terakhir ini mempertemukan jagoan-jagoan DC Comics dari berbagai film dan serial televisi.

 

Bicara multiverse, kita bisa pakai sudut pandang yang bermacam-macam. Dari sisi saintifik, multiverse sudah diperdebatkan banyak ilmuwan. Ada yang percaya multiverse itu ada dengan berbagai macam teori yang ditawarkan. Ada juga yang masih meragukan keberadaannya karena belum bisa dibuktikan secara empiris.

 

Nah, kalau pakai sudut pandang warga nahdliyin bagaimana? Sebenarnya bicara semesta di luar semesta yang kita tinggali sekarang bukanlah hal yang asing bagi warga NU. Ketika belajar di jenjang Madrasah Diniyah, saya sudah diberi pemahaman bahwa semesta – atau dalam hal ini disebut alam – terdiri dari beberapa jenis. Ada empat macam alam, sebagaimana menurut Imam Suyuti dalam kitab Busyra al-Kasib bi Liqa' al-Habib saat mengutip Abu Al-Qasim. Yang pertama adalah alam rahim. Kedua adalah alam dunia di mana kita tinggal saat ini. Ketiga, alam barzakh. Keempat adalah alam keabadian, baik surga maupun neraka.


Bedanya orang NU tidak butuh penyihir macam Doctor Strange untuk berhubungan antar penghuni semesta. Orang NU di alam dunia biasa berhubungan dengan orang yang sudah meninggal di alam barzakh. Caranya dengan menghadiahkan doa dan istighfar. Yasinan, tahlilan, ziarah kubur, adalah kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan warga Nahdliyin untuk tetap menjalin hubungan dengan sanak atau orang terdekat yang duluan berpulang. Meski tidak berkomunikasi secara live, tapi warga Nahdliyin percaya jika keluarga yang sudah meninggal pun masih bisa melihat mereka di alam dunia.


Itu kalau kita bicara tentang Nahdliyin biasa. Kalau bicara Nahdliyin “istimewa”, tentu bahasannya bakal lebih menarik lagi. Jika orang NU biasa, komunikasi yang dilakukan tidak bisa langsung. Tapi jika orang NU “istimewa”, komunikasi bisa dilakukan secara langsung. Kita mengenalnya sebagai karamah alias kejadian luar biasa. Adalah hal yang luar biasa dan di luar adat manakala kita melihat manusia biasa bisa berdialog dengan orang yang sudah meninggal. Hanya orang-orang dengan tingkat kesalehan tinggi yang mampu melakukan model komunikasi seperti ini.

 

Mayoritas warga NU pasti sering mendengar kasus seperti ini. Orang-orang dengan tingkat kesalehan tinggi – atau ada juga yang bilang waliyullah – mampu berdialog dengan orang yang sudah meninggal. Saya kutipkan satu contoh. Adalah KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang pernah "diundang" Sunan Gunung Jati. Menurut penuturan mantan Sekretaris Jenderal PBNU, Arifin Junaidi, suatu ketika beliau ikut bersama Gus Dur menuju Pekalongan. Di tengah perjalanan, tepatnya di daerah Losari sekitar pukul 1 malam, Gus Dur meminta putar balik dan menuju ke makam Sunan Gunung Jati di kompleks Astana Gunung Sembung Cirebon. Kata Gus Dur, "Saya baru saja dipanggil Sunan Gunung Jati."


Sesampainya di makam, Gus Dur beserta rombongan sudah disambut oleh para juru kunci makam. Usai berdzikir dan tahlil, Gus Dur tertunduk dan diam saja. Saat melanjutkan perjalanan, Arifin yang penasaran bertanya kepada Gus Dur, kapan dipanggil oleh Sunan Gunung Jati. Jawab Gus Dur, "Ya tadi, di waktu perjalanan baru dipanggil, disuruh mampir. Ke Cirebon kok nggak mampir." Gus Dur lanjut menjelaskan bahwa saat dirinya terdiam usai tahlil, ia sedang berdialog dengan Sunan Gunung Jati tentang berbagai masalah yang dihadapi umat.


Apa yang dilakukan Gus Dur, meskipun khoriqul ‘adat alias di luar normal, banyak sekali terjadi di lingkungan masyarakat NU. Itulah kenapa, saya rasa warga Nahdliyin tak perlu kaget dengan konsep multiverse. Bila nanti nonton film Marvel kemudian muncul karakter superhero dari dimensi yang berbeda muncul, warga NU cukup menanggapinya dengan santai. “Ah, ini sih kayak cerita wali. Di daerahku juga banyak!”

 

Muhammad Daniel Fahmi Rizal, Dosen dan Komikus. Alumni Pesantren Nailul Ula Center Yogyakarta