Pustaka

Kitab Hasyiyah An-Nafahat, Masterpiece Ushul Fiqih Nusantara

Ahad, 11 Agustus 2024 | 18:00 WIB

Kitab Hasyiyah An-Nafahat, Masterpiece Ushul Fiqih Nusantara

Cover Kitab Hasyiyah An-Nafahat. (Foto: Ist.)

Kitab Hasyiyah An-Nafahat ala Syarhil Waraqat adalah buah karya seorang ulama Nusantara yang bernama Asy-Syaikh Ahmad Khathib bin Abdul Lathif bin Abdullah bin Abdul Aziz al-Minangkabawi yang dilahirkan pada 26 Juni 1860 di Kuto Tuo Minangkabau dan wafat pada 19 Okrober 1914 di Makkah. Beliau juga termasuk salah satu ulama yang mengajar di Masjidil Haram yang mengajar dua ulama pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan.


Penulis sendiri mempunyai kesan tersendiri terhadap kitab ini, penulis mengenal kitab ini ketika masih menjadi santri di Pesantren Al-Anwar sewaktu mempelajari kajian Ushul Fiqih pertama kali di pesantren itu. Penulis merasakan bahwa kitab ini sangat memberikan banyak sekali insight (pemahaman yang jelas dan detail) kepada penulis dan tidak terasa waktu itu penulis sangat tertarik dengan kajian Ushul Fiqih berkat kitab ini.


Kedalaman analisis Syekh Khathib Minangkabau sangat penulis rasakan ketika membedah kata demi kata dari kitab Syarh Waraqat karya Asy-Syaikh Jalaluddin al-Mahalli. Tidak hanya memberikan literasi tentang referensi otoritatif terkait Ushul Fiqih, Kiai Khatib juga memberikan pendekatan analisis logis terhadap setiap komentarnya, dan juga menyajikan dialektika dan perdebatan yang menunjukkan kepada kedalaman keilmuan beliau.


Kitab Hasyiyah An-Nafahat ini menjadi salah satu bukti arkeologis terkait genealogi keilmuan ulama Nusantara dengan Timur Tengah, khususnya Makkah al-Mukarramah. Kitab ini juga merupakan kontribusi khazanah keilmuan Islam di kancah Internasional, mengingat Makkah pada era abad ke-18 menjadi salah satu pusat pendidikan keislaman internasional selain al-Azhar Kairo. 


Syekh Khathib Minangkabau menyebutkan dalam prolognya (halaman 8) bahwa beliau sangat menaruh perhatian terhadap kajian Ushul Fiqih sehingga beliau mengajarkan kajian ini di Masjidil Haram dekat dengan Baitullah dengan membacakan Syarh Jalaluddin al-Mahalli terhadap kitab al-Waraqat karya tulis Asy-Syaikh Abdul Malik bin Yusuf al-Juwaini yang terkenal dengan Imam Haramain. 


Syekh Khathib Minangkabau juga menyebutkan bahwa kronologi beliau menulis Hasyiyah An-Nafahat adalah untuk menambahkan keterangan yang mendalam terkait kitab Syarh Waraqat yang beliau ajarkan di Masjidil Haram dengan bahasa yang tidak bertele-tele dan juga tidak terlalu singkat dan dengan penulisan yang mampu memberikan berbagai asupan pemahaman yang mendalam terhadap redaksi kitab Syarh al-Waraqat.


Syekh Khathib sendiri masih menisbatkan dirinya dengan al-Jawi yakni termasuk masyarakat Jawa sebagaimana dalam pengantarnya di kitab ini (halaman 7). Hal ini menurut penulis berdasarkan beberapa kemungkinan. 


Penulis memandang hal itu berdasarkan letak geografis kepulauan Sumatera dan Jawa masih tersambung sebelum meledaknya gunung Krakatau pada Tahun 1883 saat Syekh Khathib masih berusia 23 tahun. Ditambah juga pada era Syekh Khathib tinggal di Makkah, terdapat suatu komunitas intelektual yang terkenal dengan sebutan Jamah al-Jawiyyin yang mencakup tidak hanya orang Jawa, tapi juga orang Minang, melayu dan seluruh Nusantara yang sangat terkenal sebagaimana reportase Snouck Hurgronje.


Kitab ini selesai ditulis oleh Syekh Khathib pada tanggal 25 Ramadhan tahun 1306 Hijriyah atau bertepatan dengan tanggal 25 Mei tahun 1889 Masehi sebagaimana keterangan di halaman akhirnya (halaman 322). Kitab ini selesai direstorasi atau disalin ulang oleh Jadullah bin Muhammad Badawi pada hari Jumat tangga 8 Rabiul Awal tahun 1308 atau 18 November 1890 yakni dua tahun setelah selesainya penulisan kitab itu.


Terdapat endorsment di bagian akhir kitab ini dari Asy-Syaikh Hafidz Utsman Dedeh al-Moushuli al-Maulawi (1271-1341 H.). Ia mengatakan bahwa kitab ini adalah buah karya Ushul Fiqih yang sangat membuatnya kagum terhadap susunan dan sistematikanya. Redaksi dan unsur intrinsik serta ekstrinsiknya patut untuk dibanggakan, bahkan al-Maulawi memuji kitab ini dengan sebuah syair sebagai berikut:


لِأَحْمَدَ مَرَاقِي الْمَجْدِ فَضْلُ # بَدْرُ عُقُوْدٍ مَنْطِقُهُ تَحَلَّى
لَهُ شَهِدَتْ تَآلِيْفُ عِظَامُ # وَذَا لَقَبُ الخَطِيْبِ عَلَيْهِ دَلَّا


Artinya:  “Ahmad (al-Minangkabawi) mempunyai keunggulan dalam tingkatan kemuliaan. Untaian indah bagai rembulan yang menghias mengikati diri. Baginya bersaksi karya-karya agung. Cukup dengan sebutan al-Khathib bisa menunjukkan siapa dirinya. "


Kitab ini masih eksis dicetak oleh beberapa percetakan terkenal seperti Darul Kutub Ilmiyah Beirut Lebanon, dan masih juga menjadi pilihan utama bagi para santri maupun pengajar sebagai pendamping untuk memahami redaksi dari kitab Syarh al-Waraqat, dan tentunya kitab ini sudah tidak diragukan lagi keberkahannya dan pengaruhnya bagi khazanah keilmuan keislaman. Wallahu a'lam bis shawab


Identitas Kitab:
Judul Kitab : Hasyiyah An-Nafahat ala Syarhi Al-Waraqat
Penulis: Ahmad bin Abdul Lathif Al-Khathib Al-Minangkabawi Al-Jawi
Penerbit: Darul Kutub Ilmiyah 
Tempat Terbit: Beirut Lebanon
Tahun : 2020
ISBN: 978-2-7451-4274-0
Jumlah Halaman 328


Peresensi: Muh Fiqih Shofiyul Am, Tim LBM MWC NU Tannggulangin  dan Tim Aswaja Center PCNU Sidoarjo