Pustaka

Mengenal Kitab Sabilul Iddikar wal I’tibar dan 5 Fase Umur Manusia

Ahad, 11 Agustus 2024 | 20:00 WIB

Mengenal Kitab Sabilul Iddikar wal I’tibar dan 5 Fase Umur Manusia

Kitab Sabilul Iddikar wal I’tibar bima Yamurru bil Insan wa Yanqadhi Lahu minal A’mar. (Foto: NU Online)

Manusia diciptakan oleh Allah swt menjadi sebaik-baik ciptaan-Nya. Mulai sebelum ia di alam dunia sampai di alam akhirat, Allah swt telah mengatur fase-fasenya sedemikian rupa. Mengetahui dan mengenal fase kehidupan kita di pentas takdir Allah swt ini tentunya akan membawa kita lebih banyak bersyukur kepada-Nya.


Salah satu cara agar kita lebih mengetahui fase-fase tersebut adalah dengan membaca literatur yang secara komperehensif membahas tentangnya, yakni kitab karya Sayyid Abdullah al-Haddad yang berjudul: Sabilul Iddikar wal I’tibar bima Yamurru bil Insan wa Yanqadhi Lahu minal A’mar.


Latar Belakang Penulisan

Sayyid Abdullah al-Haddad dalam mukadimah kitabnya ini mengatakan bahwasanya alasan beliau menulis kitab ini adalah agar menjadi bahan renungan atas umur manusia yang telah berlalu. 


Selain itu, lanjut beliau, juga sebagai bahan renungan akan perubahan yang dialami dari satu fase ke fase lain sejak perpindahannya dari shulbi ke dalam rahim sampai ia menempati salah satu tempat, yaitu surga atau neraka.


Isi Kitab Sabilul Iddikar

Secara garis besar, Sayyid Abdullah al-Haddad membagi pembahasan kitabnya ini menjadi 5 fase umur manusia. Berikut adalah paparan kelima fase tersebut:


1. Fase Umur Pertama

Fase umur pertama manusia ini dimulai sejak Nabi Adam as diciptakan oleh Allah swt. Saat itu juga dalam punggung Nabi Adam as terdapat anak-cucunya. Hal ini sebagaimana penjelasan Sayyid Abdullah Al-Haddad (hal. 13) sebagai berikut:


العمر الأول منها: من حين خلق الله أدم عليه السلام، وضمَّن ظهرَه الذرية 


Artinya: “Fase umur pertama manusia adalah sejak Allah menciptakan Nabi Adam as dan dalam punggungnya dibekali anak-anak keturunannya.”  


Lebih lanjut, dijelaskan bahwa sebelum Allah swt menyimpan semua anak cucu Adam as di tulang punggungnya. Allah mengeluarkan mereka untuk diambil kesaksian atau pengakuannya atas ketuhanan Allah swt. 


Mereka semua menjawab sebagaimana bunyi penggalan Surah Al-A’raf,  ayat 172, sebagai berikut:


أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا  


Artinya: “Bukankah Aku ini Tuhan kamu? Mereka menjawab: ‘Ya, kami menjadi saksi’.”  (QS. Al-A’raf: 172)


Jadi, jauh sebelum manusia lahir ke dunia mereka sesungguhnya sudah beriman kepada Allah swt dan inilah yang disebut fitrah sebagaimana dimaksud dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa setiap anak lahir ke dunia dalam keadaan fitrah.


2. Fase Umur Kedua

Fase umur kedua ini dimulai sejak kelahiran manusia ke alam dunia ini hingga ia meninggal dunia. Hal ini merupakan tahapan pertengahan di antara semua umur sebagaimana penjelasan Sayyid Abdullah Al-Haddad sebagai berikut:


والعمرالثاني: من حين خروج الإنسان من بين أبويه الى الدنيا، إلى وقت موته، وخروجه من الدنيا.  


Artinya: “Fase umur kedua dimulai sejak manusia dilahirkan ke dunia dari perkawinan kedua orang tuanya hingga mati meninggalkan dunia ini.”  


Dalam fase umur kedua ini, berlaku taklif dimana manusia dibebani kewajiban-kewajiban tertentu ketika telah mencapai usia baligh dengan keharusan menunaikan perintah-perintah Allah swt dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. 


Adapun maksud dari konsekuensi taklif adalah manusia mendapatkan pahala atas kewajiban-kewajiban yang dilaksanakan dan mendapatkan hukuman atas dosa-dosa yang dilakukannya. 


3. Fase Umur Ketiga

Fase umur ketiga ini dimulai sejak manusia mati sebagaimana penjelasan Sayyid Abdullah Al-Haddad (hal. 14) sebagai berikut:


والعمرالثالث: من حين خروج الإنسان من الدنيا.بالموت، إلى ان يبعثه الله بالنفخ في الصور، وتلك مدة البرزاخ. 


Artinya: “Fase umur ketiga dimulai sejak manusia meninggalkan alam dunia ini hingga ia dibangkitkan oleh Allah dari kubur dengan tiupan sangkakala. Dan inilah masa tunggu manusia di alam barzakh.”  


Penjelasan tersebut sejalan dengan firman Allah dalam Surah Al-Mukmin, ayat 100, sebagai berikut:


وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ 


Artinya: “Dan di belakang mereka ada Barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukmin: 100)


Jadi, alam barzakh adalah saat di mana manusia meninggal dunia lalu dibaringkan di dalam kubur hingga dibangkitkan dengan ditiupnya terompet sangkakala untuk pertama kali oleh Malaikat Israfil di hari Kiamat. 


4. Fase Umur Keempat


Fase umur ke empat dimulai sejak manusia dibangkitkan dari kuburnya sebagaimana penjelasan Sayyid Abdullah Al-Haddad sebagai berikut:


العمر الرابع: : من حين خروج الإنسان من قبره، أو من حيث شاء الله بالنفخ في الصور، ليوم البعث والنشور، إلى الحشر إلى الله، والوقوف بين يديه للوزن والحساب، والمرور على الصراط وأخذ الكتاب، الى غير ذالك من مواقف القيامة واحوالها وشدائدها وأهوالها. 


Artinya: “Fase umur keempat dimulai sejak dikeluarkannya manusia dari kubur, atau tempat lain yang Allah kehendaki; sejak ditiupkan sangkakala pada hari kebangkitan, hingga tibalah hari ketika seluruh manusia dikumpulkan di Makhsyar untuk diadili di hadapan Allah swt dengan ditimbang semua amalnya untuk dihisab. Sesudah itu meniti jalan kecil (shirath), menerima buku catatan amal masing-masing dan hal-hal lain tentang berita hari kiamat, keadaan-keadaannya dan bermacam-macam kesulitan serta hal-hal yang menakutkan.” 


Penjelasan itu sejalan dengan perintah Allah kepada Malaikat Israfil untuk meniup sangkakala yang kedua kalinya. Allah berfirman dalam Surat Yasin, ayat 51:


 وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَإِذَا هُمْ مِنَ الْأَجْدَاثِ إِلَى رَبِّهِمْ يَنْسِلُونَ 


Artinya: “Dan ditiuplah sangkakala, maka merekapun bangkit dari kubur masing-masing, lalu datang bergegas menuju Tuhan mereka.” (QS. Yasin: 51)


5. Fase Umur Kelima


Fase umur kelima ini dimulai dari saat masuknya manusia ke dalam surga dan kekal di dalamnya sebagaimana penjelasan Sayyid Abdullah Al-Haddad sebagai berikut:


والعمر الخامس: من وقت دخول الإنسان في الجنة إلى الأبد. وهذا هو العمر الذي لا انقضاء له غاية، أو من حين دخول أهل النار إلى النار  


Artinya: “Fase umur kelima dimulai sejak dimasukkannya manusia ke surga sampai selama-lamanya atau abadi. Inilah fase umur yang takkan berakhir, atau sejak masuknya ahli neraka ke neraka.” 


Artinya, fase umur kelima merupakan fase terakhir dan abadi. Fase ini dimulai sejak ahli surga masuk ke surga dan ahli neraka masuk ke neraka dengan keadaan yang berbeda-beda sesuai dengan catatan amal masing-masing. Mereka yang masuk neraka ada yang kekal dan ada pula yang tidak. Orang-orang kafir akan kekal di dalam neraka. Sedangkan orang-orang Mukmin yang berdosa tidak kekal di neraka sehingga pada saatnya akan masuk surga dan kekal di dalamnya.  


Kelebihan Kitab Sabilul Iddikar

Salah satu kelebihan kitab Sabilul Iddikar ini terletak pada kepiawaian penulis dalam memaparkan satu per satu umur manusia sesuai dengan waktu dan tempat tanpa bertele-tele, namun juga tidak terlalu singkat, hingga kosong dari faedah-faedah utama yang dapat menimbulkan pertanyaan dan penjelasan lebih lanjut. Mengingat tema ini adalah termasuk tema yang jarang sekali ada penulis yang membahasnya, apalagi dijadikan menjadi satu karya yang utuh.


Selain itu, kitab ini juga mempunyai kelebihan berupa dalil-dalil otoritatif dari Al-Qur’an dan hadits Nabi saw yang dijadikan sebagai argumentasi atas keterangan mengenai fase-fase umur manusia tersebut.


Komentar mengenai Kitab Sabilul Iddikar

Penulis berpendapat, model penulisan Sayyid Abdullah al-Haddad dalam kitab ini terkesan kurang sistematis. Karena setiap pasal yang beliau tulis tidak disertai dengan sub-judul setelah pasal tersebut disebutkan. Hal ini, hemat penulis, mungkin karena Sayyid Abdullah al-Haddad termasuk ulama klasik, sehingga beliau juga mengikuti cara para ulama pada waktu itu dalam model penulisannya. 


Berbeda dengan model penulisan ulama kontemporer yang terkesan lebih sistematis, sehingga bagi para pembaca masa kini juga akan lebih mudah untuk memahami paparan isinya.


Identitas Kitab    


Judul: Sabilul Iddikar wal I’tibar bima Yamurru bil Insan wa Yanqadhi Lahu minal A’mar
Penulis: Sayyid Abdullah bin Alawi Al-Haddad
Tahqiq: Ibnu Harjo Al-Jawi (Mbah Riyan)
Penerbit: Maktabah At-Turmusi lit Turats 
Kota Terbit: Depok
Tahun Terbit: 2019
Tebal: 99 halaman
Peresensi: M. Ryan Romadhon, Alumnus Ma’had Aly Al-Iman Bulus Purworejo, Jawa Tengah