Warta KOMUNITAS BERBASIS PESANTREN BANTU KORBAN GEMPA

Bangun 6 Masjid dan Musholla untuk Korban Gempa Jogja

Kamis, 14 September 2006 | 11:16 WIB

Jakarta, NU Online
Bencana bisa datang kapan saja dan dimana saja. Namun persoalan bisa terasa lebih ringan jika banyak saudara yang membantu. Hal yang sama juga dilakukan oleh penduduk disekitar Ponpes Darussalam Watucongol Magelang. Mereka secara sukarela dengan bergotong royong membantu mendirikan masjid dan musholla darurat untuk korban gempa di Jogjakarta.

“Kita berhasil membikin 6 buah masjid dan musholla dari bambu yang kita kirimkan ke daerah bencana di Bantul dan sekitarnya,” ungkap M. Ridwan, salah satu pengurus PP Darussalam Watucongol Magelang dalam acara Penanganan Bencana Berbasis Pesantren yang diselenggarakan oleh Lembaga Pelayanan Kesehatan NU (LPKNU) di Bandung, Rabu.

<>

Seluruh proses pembuatan musholla dan masjid tersebut dibuat pada malam hari setelah para sukarelawan tersebut pulang kerja. Setiap malam tak kurang dari 15 orang yang bekerja. “Kita cukup menyediakan minuman dan makanan kecil ala kadarnya,” katanya

Masing-masing bangunan membutuhkan waktu sekitar 15 hari untuk siap dikirim. Setelah semuanya siap dikirim dengan truk dan sekalian dipasang di lokasi yang sebelumnya memang bekas masjid atau musholla yang roboh.

Para penduduk pun merelakan menyumbangkan 1-2 bambunya untuk pembuatan masjid. Namun untuk keperluan bambu dalam jumlah besar, akan dibeli. Setiap musholla berukurang 13 X 7 meter persegi membutuhkan sekitar 35 bambu. Untuk atap digunakan seng yang praktis. Total dana yang digunakan untuk membangun satu masjid atau musholla sekitar 6 juta rupiah.

“Kita memiliki tim khusus yang bertugas untuk mencari dana untuk mensuplai seluruh kebutuhan yang diperlukan tukang,” tambahnya.

Pola lain yang digunakan untuk membantu pembangunan masjid adalah tukang dikirimkan ke daerah lokasi bencana dan kebutuhan sehari-hari mereka dipenuhi oleh masyarakat di lokasi pembangunan.

Namun diingatkannya bahwa bangunan tersebut memang sifatnya sementara karena bambu tidak bisa bertahan lama. “Janji adanya sumbangan biaya rekonstruksi sebesar 30 juta sampai sekarang juga tidak jelas,” tambahnya.

Saat ini NU melalui LPKNU sedang mengembangkan program penanggulangan bencana berbasis komunitas. Pesantren dengan segala keunggulannya berupa kohesifitas menjadi basis dari program ini. (mkf)