Warta

Beda Idul Fitri, Tak Perlu Ditanggapi Berlebihan

Sabtu, 22 September 2007 | 14:46 WIB

Bandung, NU Online
Perbedaan penentuan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri merupakan hal yang wajar. Karena itu, bila terjadi perbedaan pada tahun ini, sebaiknya tidak perlu ditanggapi secara berlebihan. Mempersoalkan perbedaan merupakan hal yang kontraproduktif.

Demikian dikatakan Direktur Penerangan Agama Islam Departemen Agama (Depag), Ahmad Jauhari. Ia mengatakan hal itu usai meluncurkan kegiatan "Roadshow 19 Kota Menuju Indonesia Sadar Zakat 2008" yang diselenggarakan Rumah Zakat Indonesia di Sabuga Bandung, Sabtu (22/9).<>

"Dari dulu juga sudah ada persoalan itu. Karena itu tidak perlu menimbulkan persoalan-persoalan yang tidak penting. Justru itu malah kontraproduktif, bakal muncul hal-hal negatif karena masalah hari raya," tandasnya.

Sebelumnya, Muhammadiyah telah menetapkan Hari Raya Idul Fitri jatuh pada tanggal 12 Oktober 2007. Tapi, ada pula kemungkinan hari raya itu jatuh pada tanggal 13 Oktober 2007. Menurut Jauhari, sebenarnya pemerintah berusaha memfasilitasi supaya tidak terjadi perbedaan. "Kalau awal puasanya sudah sama, pemerintah sih berharap ujungnya juga sama," katanya.

Dia memandang dinamika tersebut sebagai hal yang wajar. Karena itu, dia berharap semua pihak termasuk masyarakat meresponnya secara dewasa karena merupakan bagian dari perbedaan pendapat menyangkut keyakinan. Ahmad Jauhari tidak mau persoalan ini menjadi masalah yang berlarut-larut.

"Jangan diperuncing ke masalah yang besar, apalagi sampai dipolitisir. Saya kira kita semua sudah semakin dewasa. Kalau tidak sama ya saling menyadari saja adanya perbedaan pendapat ini," tegasnya.

Ditambahkan, perbedaan muncul berkaitan dengan masalah metode. Depag sendiri memakai hisab dan rukyat sementara ada yang juga yang menggunakan hisab murni. Dia mengakui bahwa dalam praktiknya tidak sejalan. "Sampai sekarang belum ada titik temu antara kawan-kawan hisab murni dengan mereka yang menggunakan metode hisab dan rukyat," jelasnya.

Menurut dia, persoalan itu dapat dicarikan jalan keluarnya dengan penggunaan teknologi yang lebih canggih agar terjadi titik temu. Meski demikian, dia menegaskan bawah penggunaan alat-alat yang selama ini dilakukan sudah memadai. (sm/rif)