Warta

BPR Nusumma Targetkan Miliki 80 Outlet pada 2012

Sabtu, 26 Mei 2007 | 09:02 WIB

Jakarta, NU Online
Jaringan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Nusumma yang dimiliki oleh PBNU berencana akan melakukan ekspansi usaha sehingga pada tahun 2012, sudah memiliki 80 outlet dari 12 outlet yang saat ini dimiliki.

Direktur Utamar PT Nusumma Utama Ir. Mustofa Zuhad Mughni mengungkapkan rencana strategis tersebut dalam workshop strategic planning masa depan BPR Nusumma yang diselenggarakan di Gd. PBNU, Jum’at malam.

<>

Cak Mus, panggilan akrab Ir. Mustofa Zuhad juga menjelaskan bahwa BPR Nusumma diharapkan tidak hanya memiliki orientasi bisnis, tetapi juga memiliki orientasi sosial dengan melakukan transformasi sosial ekonomi masyarakat pedesaan.

Dihadapan para direktur yang hadir, Cak Mus juga menjelaskan bahwa saat ini BPR Nusumma masih perlu mengembangkan dan memperkuat corporate culture yang nantinya menjadi nilai-nilai unggul dari Nusumma. Dijelaskannya bahwa proses ini memerlukan waktu yang panjang. Ia mencontohkan Bank BRI memerlukan waktu 15 tahun untuk memiliki budaya korporasi.

Cak Mus yang juga salah satu ketua PBNU ini berharap berkembangnya sinergi antara lembaga keuangan yang dikembangkan oleh institusi-institusi dibawah NU seperti antara BPR Nusumma, Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan Koperasi simpan pinjam yang dikembangkan oleh Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU).

Sementara itu Komisaris Nusumma H. Muhammad Amin menjelaskan saat ini BPR tengah menghadapi situasi yang sulit. Akibat diterapkannya pacto 2006 berupa kewajiban Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) untuk menutup risiko kerugian telah menyebabkan banyak BPR harus ditutup karena tidak memenuhi kecukupan modal.

Dikatakannya, pada awal tahun 2006 lalu, terdapat 2300 BPR yang beroperasi di seluruh Indonesia, namun jumlah itu menyusut tinggal menjadi 2000 pada akhir tahun 2006 dan saat ini jumlahnya terus berkurang tinggal 1767.

Amin yang juga salah satu pengurus MUI DKI Jakarta ini berharap pada suatu saat, BPR Nusumma dapat beralih menjadi BPR Syariah untuk membantu mengembangkan sector keuangan syariah yang masih sangat kecil di Indonesia. Dikatakannya saat ini, sektor keuangan syariah baru memiliki total asset sebesar 1.5 persen sementara bank konvensional masih menguasai asset sebanyak 98.5 persen. Situasi ini jauh ketinggalan dengan sektor keuangan syariah di Malaysia yang sudah menguasai asset sebanyak 25 persen. Dari sisi nasabah, bank-bank syariah saat ini hanya menguasai 3.49 persen. (mkf)