Warta

Ekonomi Lambat, Pertumbuhan Penduduk Cepat

Selasa, 13 Februari 2007 | 08:05 WIB

Denpasar, NU Online
Kondisi perekonomian dan kependudukan di Indonesia adalah dua hal yang saling berlawanan. Perkembangan dua bidang tersebut seakan berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling mendukung.

“Kita ini seperti lari di eskalator (tangga berjalan, Red), karena ekonomi lambat dan laju pertembuhan penduduk cepat. Karena itu jadi tidak seimbang," kata Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rozy Munir.

<>

Hal itu disampaikan Rozy di sela-sela Konferensi Internasional Pemimpin Muslim untuk Mendukung Program Kependudukan dan Pembangunan, di Inna Grand Bali Beach Hotel, Denpasar, Bali, Selasa (13/2).

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia, menurutnya, adalah 1,35 persen. Angka tersebut patut diwaspadai. "Yang laju pertumbuhan penduduknya 1 persen bakal jadi 2 kali lipat dalam 70 tahun, jadi kita harus waspada juga,” imbuh Rozy, demikian panggilan akrabnya.

Sementara itu, menurut Direktur UNFPA Asia Pasifik Sultan Azis, Indonesia telah sukses melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Meski demikian, kualitas sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia.

“Jumlah penduduk muda di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar. Jadi kualitasnya harus ditingkatkan karena Indonesia harus bersaing dengan Korea dan Jepang," ujar Azis.

Menurut dia, dalam program KB, pengendalaian jumlah penduduk bukan satu-satunya hal yang penting, namun juga kualitas hidup manusia. Kini jumlah penduduk Indonesia sekitar 220 juta. Artinya, dengan KB Indonesia berhasil menghemat 8 juta penduduk.

Pembatasan Kelahiran dalam Islam

Pengaturan kelahiran diperbolehkan dalam Islam. Namun pembatasan kelahiran hanya boleh dilakukan bila situasinya mendesak atau force majeure.

"KB di Islam harus dijalankan dengan nilai ke-Islam-an. Dan ini dipengaruhi
kultur dan sistem pemerintahan negara. Pembatasan dan pengaturan itu beda," kata Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi.

Direktur Jenderal Bimbingan Islam Islam Departemen Agama Nazarudin Umar menambahkan, agama telah dijadikan dalil untuk menolak KB oleh beberapa orang. Karena itu, pemuka agama berperan besar dalam menggunakan bahasa agama untuk menjaga kesehatan reproduksi.

"Dan dari pengalaman program KB di Indonesia, negara kita punya posisi strategis untuk bridging dalam dunia ide dan kultur," ujarnya. (dtc)