Warta RUKYAT AWAL TAHUN

Hilal Berhasil Dilihat

Jumat, 19 Januari 2007 | 15:16 WIB

Jakarta, NU Online
Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LFNU) menetapkan tanggal 1 Muharram 1428 Hijriyah jatuh pada hari Sabtu, tanggal 20 Januari 2007. Rukyatul hilal bil fi’li yang dilakukan di Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Jum’at (19/1) petang, berhasil melihat bulan yang berada di sebelah selatan matahari dengan posisi miring ke selatan. Sementara matahari sendiri terbenam pada posisi selatan titik barat.

Bulan berhasil dirukyat selama satu menit oleh KH Ma’mur (50 tahun) dan KH. M Yahya (36), Pengasuh Pondok Pesantren Darul Hikam Sukabumi, bulan disaksikan oleh H. Siraj dan Duduh, keduanya warga setempat.

<>

Berdasarkan hasil hisab atau perhitungan astronomis yang dilakukan oleh LFNU, ijtima’ (bulan baru) yakni peristiwa sebidangnya pusat bulan dan pusat matahari dari pusat bumi telah terjadi pada Jumat (19 Januari 2007) pada pukul 11:03 WIB.

Secara astronomis pada saat demikian bulan dan matahari memiliki bujur ekliptika atau bujur astronomi yang sama ditandai fraksi iluminasi atau persentase penampakan cahaya hilal terhadap cahaya bulan penuh minimum. Sementara peristiwa terjadinya awal bulan harus ditandai dengan rukyatul hilal bil fi’li pada saat matahari terbenam di hari yang sama sebagai pengesahan hasil perhitungan.

Himbauan

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menghimbau warga Nahdliyyin dan umat Islam di Indonesia untuk melakukan puasa sepuluh hari, terhitung mulai tanggal satu Muharram besok dan diakhiri pada tanggal sepuluh Muharram yang biasa disebut sebagai hari Asyura. Hari Asyura adalah hari istimewa yang sangat dianjurkan untuk melakukan puasa.

“Melihat konsisi yang semacam ini, dimana bencana datang bertubi-tubi di Indonesia, sepertinya yang kita butuhkan bukan sekedar berdoa atau istighotsah, tetapi juga riyadlah atau tirakat, seperti puasa,” kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi.

Meski begitu, umat Islam tetap diharapkan memperbanyak bacaan istighfar (astagfirullahhal adzim) sebagai permohonan ampun kepda Allah SWT dan bacaan hauqolah (la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim) sebagai pengakuan atas ketikberdayaan manusia di hadapan Tuhannya. (nam)