Warta PESANTREN MAHASISWA AL HIKAM II

KH Hasyim: Saya Diperintah Guru Ngajari Anak Sekolahan

Ahad, 15 April 2007 | 12:20 WIB

Depok, NU Online
Pendirian Pesantren Mahasiswa Al Hikam II yang lokasinya berdampingan dengan Kampus UI Depok kini tinggal selangkah lagi. Masjid sebagai pusat kegiatan sebentar lagi akan dipakai dan rumah miliki KH Hasyim Muzadi telah ditempati dengan menggelar syukuran bersama tetangga sekitar, Minggu (15/4).

Kiai Hasyim dalam sambutannya mengungkapkan mengapa dirinya ingin mendirikan pesantren mahasiswa? Karena memang pernah diminta oleh salah satu kiainya untuk mendidik anak sekolahan atau para mahasiswa yang pintar tapi kurang memahami agama.

<>

“Dulu saya diberi tahu sama kiai saya, kamu besok ngatur anak-anak sekolah saja.  Karena tidak semua kiai sabar ngajar anak mahasiswa yang nakal-nakal. Kalau kamu kan pengalaman nakal sehingga tahu bagaimana liku-liku kenakalan itu,” tuturnya

Dijelaskannya sangat penting untuk membuka wawasan keagamaan bagi kaum intelektual yang cerdas, tapi kurang tahu masalah ketuhanan. “Bagaimana yang wawasannya luas tapi tidak ngerti tuhan itu diajari tentang tuhan. Orang dulu banyak yang bener sekalipun tidak pinter, kalau sekarang banyak yang pinter tetapi tidak bener,” tuturnya.

Sebelumnya ia telah mendirikan Pesantren Mahasiswa Al Hikam I di Malang pada tahun 1991. Saat ini terdapat sekitar 200 mahasiswa dari berbagai universitas di Malang yang nyantri. Kini pesantren ini juga telah memiliki Ma’had Aly yang dimaksudkan untuk mencetak para kiai.

“Kalau itu diperuntukkan bagi lulusan pesantren yang mau jadi kiai. Supaya tidak nanggung, sebab kalau orang hampir kiai, itu berbahaya, nantinya marah-marah terus dan kalahan,” katanya menjelaskan tentang program Ma’had Aly.

Kepindahannya ke Jakarta pada tahun 1999 karena terpilih sebagai ketua umum PBNU membuatnya harus bolak-balik Malang-Jakarta tiap minggu. Pada hari Senin sampai Kamis ia akan berada di Jakarta dan Jum’at sampai Minggu di Malang untuk mengajar ngaji. Kondisi ini menginspirasinya untuk membuat pesantren serupa di Jakarta.

Akhirnya, ia bertemu dengan Ibu Meilani, penganut Katolik yang bersedia menjual tanahnya di samping kampus UI dengan hanya sangat murah, hanya 225 ribu rupiah per meter persegi dan boleh dicicil. Kini harga tanah dilokasi itu berkisar 1.5 jutaan

Tanah yang dibeli seluas 1.7 hektar di area tersebut akan dibuat masjid, asrama santri, 5 rumah bagi para ustadz dan lapangan olah raga. Kompleks bangunan masjid yang kini hampir jadi juga dilengkapi dengan poliklinik, supermarket, dan perpustakaan.

Semenatar itu untuk rumah pribadinya, ia membeli tanah seluas 1100 meter persegi. Sebelumnya, saat berada di Jakarta, Ia selalu menginap di penginapan di gedung PBNU. “Rumah saya dibikin cukup luas agar bisa dipakai untuk pengajian ibu-ibu. Mengapa pengajian tidak, karena karena tidak semua mereka suci,” paparnya.

Masjidnya sendiri akan difungsikan sebulan lagi setelah bagian dalam dicat dan dipasang sound system. “Saya kan mengajar di masjid situ. Nanti kalau orang sudah ngumpul banyak baru bicara bagaimana pesantren ini didirikan,” tandasnya.

Dikatakannya pesantren merupakan bayang-bayang masjid, bukan masjid yang bayang-bayang pesantren. “Dimulai dari ibadah, munuju ke ilmu kemudian ke dunia, kemudian berputar ke dunia lagi yang selanjutnya kembali ke Allah,” tambahnya.

Dijelaskannya Pesantren didirikan pelan-pelan setelah masjidnya jalan karena pesantren harus ada orangnya dulu baru bangunannya. Ini berbeda dengan sekolahan atau real esteate yang dibangun dulu semua fasilitasnya.

“Kalau pesantren dibangun dulu baru cari santri, nantinya malah tak ada santrinya karena pesantren itu membangun perguruan, bukan hanya membangun keilmuan. yang paling sukar bukan mengajar ilmu, tetapi membangun akhlak. Kalau ilmu pasti pinter kalau diajari, tapi membangun karakter kehidupan seseorang itu tidak mungkin tanpa hidayah Allah,” jelasnya.

Kiai Hasyim tak lupa meminta dukungan dari masyarakat sekitar terhadap keberadaan pesantren dan masjid tersebut. “Saya tidak bisa menyulapnya sendiri. kehadiran pesantren harus bisa memberi manfaat kepada masyarakat dan agama,” katanya.

Beberapa fasilitas seperti lapangan olah raga, supermarket dan klinik nantinya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bentuk hubungan kemanfaatan dan kerohanian. “Kalau ada sesautu yang perlu dibantu, sepanjang saya bisa, insyaallah saya akan membantu,” katanya. (mkf)