Warta

MUI Minta Masyarakat Tak Tanggapi Pernyataan Gus Dur Soal Al-Qiyadah

Sabtu, 3 November 2007 | 00:22 WIB

Jakarta, NU Online
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta masyarakat tak perlu menanggapi pernyataan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) terkait heboh aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Pasalnya, pernyataan yang mengatakan bahwa Al-Qiyadah Al-Islamiyah tidak sesat, tapi salah itu hanya sebatas wacana yang dilontarkan Gus Dur.

"Pernyataan (Gus Dur, Red) itu hanya wacana saja. Tidak perlu ditanggapi," kata Sekretaris Umum MUI, Ikhwansam, usai bertemu Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (2/11).<>

Sementara itu, Ketua Komisi Fatwa MUI Ma'ruf Amin menjelaskan, aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah dinyatakan sesat karena aliran tersebut sudah menyimpang dari paham yang disepakati kaum ulama. "Tidak ada lagi rasul setelah Nabi Muhammad. Kalau ada rasul lagi, SK(Surat Keputusan)-nya sudah tidak ada lagi," ujarnya.

Sebelumnya, Gus Dur yang juga Ketua Umum Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa, menyatakan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah tidak sesat, tetapi salah. "Kalau menurut umat Islam, rasul terakhir Nabi Muhammad. Nah, itu mereka pemimpinnya malah ngaku rasul," ujar Gus Dur di kantor PBNU pada Rabu, 31 Oktober lalu.

Presiden RI ke-4 itu juga meminta kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Front Pembela Islam (FPI) agar tak campur tangan dalam urusan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah. Menurutnya, aliran yang dinilai ‘sesat’ itu seharusnya diserahkan kepada Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem).

"Saya lihat MUI dan FPI sudah turut campur dalam masalah ini. Padahal, kan sudah ada Pakem. MUI dan FPI nggak usahlah ikut-ikutan, serahkan saja pada yang mengurusi," kata Gus Dur.

Sementara itu, di Depok Timur, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (2/11), puluhan anggota Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang tinggal di Sleman dan sekitarnya mendatangi Markas Kepolisian Sektor (Polsek) setempat. Mereka yang sebagian besar mahasiswa itu meminta perlindungan dari kemungkinan intimidasi dan kekerasan dari kelompok lain.

Mereka datang ke Mapolsek tersebut secara bergelombang. Anggota yang sebagian besar adalah mahasiswa berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di DI Yogyakarta itu datang berkelompok menggunakan sepeda motor, berboncengan maupun sendiri-sendiri.

Kapolsek Depok Timur, AKP Dodo Hendrajaya, mengatakan, kedatangan mereka untuk meminta perlindungan kepada pihak kepolisian. Mereka datang ke kantor polisi setelah beberapa pimpinan Al-Qiyadah Al-Islamiyah di DI Yogyakarta meminta perlindungan ke Mapolda pada hari Kamis (1/11) kemarin.

Berbeda dengan di DI Yogyakarta, di Jawa Timur, Polda Jatim menangkap pimpinan dan anggota Al-Qiyadah Al-Islamiyah di Jatim. Penangkapan ini berawal dari informasi yang diperoleh tim khusus pemantau aliran sesat yang beranggotakan 11 orang.

Ari Cahyo, pimpinan Al-Qiyadah Al-Islamiyah di Jatim atau Ma'laulula serta 1 anggota jamaah berinisial AP ditangkap petugas saat berada di rumah di kawasan perbatasan Surabaya-Sidoarjo. "Kini, keduanya sudah ditahan dan menjalani proses penyidikan secara intensif di Polres Sidoarjo," kata Direktur Reserse Kriminal Polda Jatim, Kombes Pol Rusli Nasution. (rif)