Warta

Pesantren-pesantren di Jepara Jadi Pusat Penanaman Pohon Jarak

Selasa, 12 Februari 2008 | 04:27 WIB

Jepara, NU Online
Pesantren-pesantren di wilayah Kabupaten Jepara menjadi pusat penanaman pohon jarak untuk bahan baku biofuel. Sedikitnya 80 hektar lahan yang merupakan tanah milik pesantren dan masyarakat akan berubah menjadi perkebunan pohon jarak.

Program ini merupakan hasil kerjasama antara Pusat Informasi Pondok Pesantren (PIPP) Hubbur Rasul Jepara dengan PT Pura Kudus. PIPP akan mendistribusikan program ini kepada 120 pesantren yang ada di Jepara.<>

Sebelumnya telah diadakan pelatihan dan sosialisasi penanaman pohon jarak yang diikuti oleh 58 pondok pesantren se-Kabupaten Jepara. Masng-masing pesantren mewakilkan dua orang, yakni kiai pengasuh pesantren dan santri yang bergelut di bidang koperasi pesantren (kopontren)

Ketua Pelaksana program KH Hisyam Zamroni kepada NU Online di Jepara, Senin (11/2), menyatakan, pesantren-pesantren yang telah diikutkan dalam sosialisasi pertama dalah pesantren yang mempunyai basis lingkungan hidup, yakni kehutanan, perkebunan dan pertanian. Acara telah terselenggara pada 10 Februari lalu di pondok pesantren Rodlotul Mubtadi'in, Bale Kambang, Nalumsari Jepara.

Acara sosialisasi itu sekaligus ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Pimpinan PT Pura Jatropha Mandiri Kudus, Agung Wiboeo dan Direktur PIPP Hubbur Rasul Jepara KH Hisyam Zamroni, disaksikan oleh Bupati Jepara Drs. H HendroMartojo, MM dan Kakandepag Jepara Drs. H. Ali Murtadlo, M.Pd.I.

Dalam MoU itu tertulis disebutkan bahwa bibit dan benih pohon jarak telah disediakan oleh PT Pura Kudus dan ada jaminan pembelian hasil panen jarak oleh PT Pura sendiri, serta ada pembianaan khusus terhadap para petani binaan ponpes se-Kabupaten Jepara. Sementara harga hasil panen jarak disepakati pihak PT, petani dan pesantren.

“Kemarin disepakati bahwa harga akan dirembug bersama, tidak bisa ditentukan jauh-jauh hari karena harga hari ini berbeda dengan yang akan datang. Tapi dijamin tidak akan merugikan kedua belah fihak karena ada transparansi dana antara PT, petani dan pondok pesantren,” kata Hisyam Zamroni.

Ditambahkannya, tujuan diselenggarakan program itu adalah untuk meningkatkan peran serta pesantren dalam memberdayakan masyarakat sekitar dengan memanfaatkan lahan kritis dan penanggulangan kerusakan lingkungan.

“Dengan begitu pesantren telah menjadi agent of change bagi masyarakat. Kami tetap menerima masukan dan kerjasama dengan lembaga sejenis maupun dari lembaga lain demi terwujudnya konservasi lingkungan hidup secara terarah dan terprogram,” kata Hisyam Zamroni yang juga pengasuh Pondok Pesantren Kelautan di pulau-pulau kecil Karimun Jawa. (nam)