Stigma NU tak Bisa Bangun Perguruan Tinggi harus Diubah
NU Online · Sabtu, 4 Agustus 2007 | 05:57 WIB
Jakarta, NU Online
Stigma atau pandangan bahwa warga NU tidak bisa membangun dan mengembangkan perguruan tinggi tetapi hanya bisa membangun pesantren harus diubah.
Demikian dikatakan oleh Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Jakarta Drs. HM Mujib Qolyubi dalam halaqah pendidikan dan pelepasan mahasiswa lulusan program akta IV Sabtu (4/8).
<>Dikatakannya bahwa untuk membangun lembaga pendidikan yang bermutu diperlukan kemauan dan kerja keras. Salah satu kendala yang dihadapi adalah orientasi politik yang berlebihan dari warga NU.
“Kita harus merubah syahwat politik yang berlebihan menjadi syahwat membangun pendidikan,” paparnya.
Menurutnya, konsep pendidikan yang harus dikembangkan di lingkungan NU adalah pendidikan yang unggul, tangguh dan humanis. Unggul dalam hal ini terkait dengan kualitas yang dimiliknya, tangguh adalah kemampuan menghadapi berbagai tantangan sedangkan humanis adalah pendidikan yang terjangkau oleh rakyat.
“Biasanya kalau pendidikan unggul dan tangguh, itu terkesan mahal yang tidak terjangkau oleh masyarakat. Kita ingin memberikan pendidikan berkualitas tapi terjangkau,” katanya.
Mujib menyayangkan saat ini masih banyak lembaga pendidikan yang malu-malu mengungkapkan identitasnya sebagai lembaga pendidikan Maarif NU atau dimiliki oleh NU. (mkf)
Terpopuler
1
Kemenag Tetapkan Gelar Akademik Baru untuk Lulusan Ma’had Aly
2
LKKNU Jakarta Perkuat Kesehatan Mental Keluarga
3
Mahasiswa Gelar Aksi Indonesia Cemas, Menyoal Politisasi Sejarah hingga RUU Perampasan Aset
4
3 Alasan Bulan Kedua Hijriah Dinamakan Safar
5
Anggapan Safar sebagai Bulan Sial Berseberangan dengan Pandangan Ulama
6
Kopri PB PMII Luncurkan Beasiswa Pendidikan Khusus Profesi Advokat untuk 2.000 Kader Perempuan
Terkini
Lihat Semua