Wawancara HARDIKNAS

Upaya LP Ma'arif Siapkan Generasi NU

Kamis, 3 Mei 2018 | 16:57 WIB

Beberapa waktu lalu, Rais Aam PBNU KH Ma’ruf Amin menyampaikan amanat kepada lembaga-lembaga NU agar berupaya membangun generasi yang kuat aqidah, pemikirannya, dan fisiknya. Jangan sampai meninggalkan generasi yang lemah karena Allah sudah memperingatkan di dalam Al-Qur’an, hendaknya mereka khawatir meninggalkan keturunan lemah. Menurut Kiai Ma’ruf, lemah di situ tidak hanya fisik, tetapi lemah aqidah, ekonomi, kesehatannya, dan lain sebagainya. 

Ia mengingatkan bahwa sebentar lagi NU akan memasuki abad kedua. Untuk itu, NU harus memikirkan dan mempraktikkan bagaimana caranya bisa lebih mengabdi kepada umat dengan yang lebih besar dan luas lagi. 

Setidaknya ada empat jalur yang harus diperkuat NU. Pertama jalur dakwah untuk penguatan aqidah nahdliyah, fikrah nahdliyah, amaliyah nahdliyah.

Kedua, memperkuat jalur pendidikan. Ketiga, pelayanan kesehatan dan pelayanan publik. Keempat, ekonomi, sektor keuangan riil, budi daya, maupun jasa. 

Di antara keempat jalur itu, rais aam menekankan pendidikan di lingkungan NU, sebagai hal yang sangat strategis, untuk lebih diperkuat. Ia menyebut Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlaltul Ulama (RMINU) atau asosiasi pesantren, perguruan tinggi NU, dan LP Ma’arif sebagai yang bertugas untuk itu. 
 
Untuk mengetahui bagaimana persiapan NU di jalur pendidikan dasar dan menengah, Abdullah Alawi dari NU Online mewawancarai Ketua LP Ma’arif NU KH Arifin Junaidi. Berikut petikannya:

Bagaimana pendidikan Ma’arif NU mempersiapkan generasinya?

Kita sekarang ini sekarang mau memasuki periode bonus demografi. Bunus demografi itu, usia produktif lebih banyak dari usia nonproduktif. Nah, dalam kondisi seperti itu maka seharusnya negara kita ini memperoleh berkah dari bonus demografi.

Nah, negara-negara yang pernah mengalami bonus demografi, misalnya Jepang, dulu setelah dibom atom sama Amerika, Hiroshimma dan Nagasaki, habis itu ada baby booming. Setelah itu kan kelahiran tinggi sekali. Tingkat kelahiran yang tinggi itu kemudian dalam kurun waktu tertentu kemudia menjadi bonus demografi bagi negara Jepang. Mereka mmengalami pertumbuhan ekonomi yang sanagat tinggi. Lalu yang mmengalami bonus demografi itu Korea. Itu juga mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, presentasinya saya lupa. Ada dalam catatan saya. 

Nah, kami Ma’arif seabgai bagian dari NU ingin bonus demografi yang kita dapat itu bisa menjadi berkah karena kita khawatir seperti sumber daya alam yang melimpah, itu tidak menjadi berkah buat kita. Karena apa? Karena ketidakmampuan kita mengolah sumber daya alam itu. Karena itu kita mengantisipasi bagaimana supaya ini jadi berkah, apa yang harus kita persiapkan. Apa yang harus kita siapkan itu maka bareng-bareng dengan wilayah yang ada wilayah, apa yang harus dipersiapkan.  

Kita sekarang ini memerlukan sumber daya manusia, satu yang memiliki skill, keterampilan yang tinggi. tidak ada tempat lagi bagi orang yang tidak punya keterampilan. Maarif NU mengantisipasi ini dengan membentuk LSP Lembaga Sertifikasi Profesi di SMK-SMK Ma'arif. Karena apa? Karena MEA mulai Desember mulai 2015 yang lalu, semua profesi harus punya sertifikat. Dan ini terbuka untuk semua ASEAN. 

Sertifikat itu bisa dipercaya?

Karena itu kita menggandeng lembaga sertifikat terpercaya, BNSP supaya sertifikat yang dikeluarkan itu benar-benar terpercaya. Kemudian yang kedua, penguasaan bahasa asing. Kita ini rendah sekali. Kenapa TKI di Arab Saudi jauh lebih rendah dari Filipina karena mereka punya kemampuan bahasa asing. 

Kemudian yang ketiga penguasaan IT. Sekarang era digital kan. Kalau tidak menguasai itu akan ketinggalan. Keempat networking, punya jaringaan yang luas. Kalau tidak punya jaringan yang tidak bisa bersaing di dunia global. 

Sistem pendidikan di Ma’arif untuk mencapai itu bagaimana?

Untuk yang pertama, kita meningkatkan kapasitas guru. Ketika mengajar guru itu guru benar-benar terampil. Kemampuan berbasaha berbahasa Inggris. Kerja sama dengan kedutaan Australia. Saya sering mengungkapkan kekecewaan saya, guru-guru bahasa asing Ma’arif NU bergelar SAg. Jadi, tidak match dengan jurusannya karena adanya memang itu. Bagaimana gurunya tidak menguasai bahasa Inggris tidak menguasai bahasa Inggris? Sama halnya dengan guru matematika. Soal kemampuan bahasa Arab tidak masalah di Ma’arif. Untuk meniggkatkan bahasa Inggris kita bekerja sama dengan Kedutaan Australia. Itu skill tadi membentuk lembaga sertfikasi. Untuk bahasa kerja sama dengan kedutaan. Nanti menyusul kerja sama dengan kedutaan Korea, menyusul dan jepang. Dengan Arab sudah pernah. 

Lalu untuk IT, antara lain kita bekerja sama dengan Universitas Mustopo untuk meningkatkan kemampuan guru-guru kita di dalam penguasan IT yang saat ini sudah begotu luas cakupannya, bagaimana caranya menggunakan IT secara sehat, bagaimana menggunakan komputer untuk tujuan-tujuan tertentu. Kita juga menggandeng AVES yagg tadi kita tanda tangani MoU-nya yang terkait dengan materi teknologi informasi, di antaranya animasi, film pendek untuk menanamkan nilai karakter kepada anak-anak kita. Satu skill, bahasa, ketiga, IT. Keempat networking. Kelima, ini adalah karakter. Saya tidak ingin, Ma’arif itu hanya unggul di karakter saja, karakter Maarif sekarang sudah unggul, nah, akan diunggulkan yang lain itu.