Konflik India-Pakistan Memanas: Perang Dua Negeri Saling Balas di Tapal Batas
Senin, 12 Mei 2025 | 22:30 WIB

Kashmir, wilayah yang menjadi medan pertempuran India Pakistan. (Foto: Institute for Geopolitics, Economy, and Security)
Jakarta, NU Online
Ketegangan antara India dan Pakistan mencapai titik kritis setelah serangkaian serangan militer dan perang narasi yang semakin sengit. Konflik terbaru ini menjadi salah satu yang paling memanas dalam beberapa dekade terakhir antara kedua negara yang memiliki senjata nuklir itu. Keduanya saling tuduh dan menggiring opini publik melalui media lokal maupun media sosial.
Pada Rabu dini hari (7/5/2025), India melancarkan Operasi Sindoor dengan menargetkan sembilan lokasi di Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan. 31 orang meninggal dunia dan puluhan luka-luka akibat serangan rudal India.
Melansir The Guardian, militer India mengatakan serangan Rabu dini hari itu menargetkan teroris dan kamp pelatihan teroris untuk dua kelompok militan Islam, Lashkar e Taiba (LeT) dan Jaish e Mohammed (JeM). Keduanya telah lama dituduh beroperasi secara bebas di Pakistan dan terlibat dalam beberapa serangan teror paling mematikan di India. Mereka mengklaim operasi dilakukan secara bertanggung jawab, proporsional, dan tidak eskalatif.
Dalam pidato larut malam kepada rakyat pada hari yang sama, Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, mengaku berjanji membalasnya. “Kami berjanji, bahwa kami akan membalas setiap tetes darah para martir ini.” dikutip dari The Guardian.
Serangan ini merupakan balasan atas ledakan bom di Kashmir India pada 22 April 2025 yang menewaskan 26 wisatawan.
Pemerintah India menuduh Pakistan melindungi kelompok militan di balik serangan tersebut. Pakistan sendiri membantah dan menyebut insiden itu sebagai "operasi bendera palsu" yang dirancang India untuk memicu konflik.
Meski tidak ada kelompok yang secara resmi mengaku bertanggung jawab, Kelompok Perlawanan LeT muncul dengan klaim di media sosial sebagai pihak yang bertanggung jawab. Hal ini semakin memicu ketegangan, di mana kedua negara saling menuduh memanipulasi fakta.
Melansir Council on Foreign Relations, setelah peristiwa di Kashmir tersebut, hubungan bilateral kedua negara memburuk. India merespons dengan langkah-langkah keras seperti menangguhkan Perjanjian Perairan Indus (1960), yang mengatur pembagian aliran sungai antara kedua negara. India juga menghentikan perjalanan bebas visa dengan Pakistan dan menutup perbatasan Attari.
Atas hal tersebut, Pakistan memberikan respons yang tak kalah keras, antara lain menolak penangguhan perjanjian air dengan menyebut setiap tindakan pengubahan aliran Sungai Indus sebagai "tindakan perang".
Pakistan juga menutup wilayah udara mereka bagi semua maskapai komersial India, menghentikan visa khusus untuk warga India, dan membekukan perdagangan bilateral.
Perang narasi: pertempuran di media sosial
Selain pertempuran yang memanas setelah Operasi Sindoor, kedua negara juga terlibat perang informasi untuk menguasai narasi.
Melansir Al Jazeera, setelah serangan pada Rabu dini hari tersebut, perang narasi terus terjadi antara kedua belah pihak. Baik otoritas Pakistan atau India mengeluarkan klaim-klaim atas situasi yang terjadi dengan berbagai sarana komunikasi, termasuk memperkuat pernyataan via berbagai platform media sosial.
Klaim-klaim tersebut terus dilancarkan baik oleh India atau Pakistan untuk mengendalikan narasi yang dianggap akan menguntungkan mereka.
Pada Kamis (8/5/2025) India mengklaim sistem pertahanan udaranya telah mencegat delapan rudal yang ditembakkan oleh Pakistan. Rudal tersebut disinyalir berupaya menargetkan stasiun militer di Jammu dan wilayah Kashmir lebih luas yang dikelola India.
Sementara itu, Pakistan mengatakan bahwa lima jet India jatuh dan India belum menanggapi klaim tersebut sebagaimana dilaporkan Al Jazeera.
Namun ada klaim lain yang bersumber dari pejabat India secara anonim menyebut bahwa tiga jet jatuh di wilayah Kashmir yang dikelola India tetapi tidak mengonfirmasi apakah itu pesawat India atau Pakistan.
Dalam akun X resminya, pemerintah Pakistan juga mengatakan tentara India telah mengibarkan bendera putih, simbol umum penyerahan diri, di sebuah pos militer di sepanjang Garis Kontrol (Line of Control/LoC), perbatasan de facto yang membagi Kashmir yang dikelola India dan yang dikelola Pakistan.
Situasi terkini
Pada Sabtu sore (10/5/2025) India dan Pakistan telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat.
The Guardian menulis gencatan senjata disepakati setelah memakan waktu 48 jam diplomasi antara India dan Pakistan, yang dimediasi oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Wakil Presiden JD Vance.
Gencatan senjata diumumkan pertama kali oleh Presiden AS Donald J Trump di platform Truth Social miliknya: “Setelah perundingan panjang yang dimediasi oleh Amerika Serikat, saya dengan senang hati mengumumkan bahwa India dan Pakistan telah sepakat untuk melakukan GENCATAN SENJATA PENUH DAN SEGERA. Selamat kepada kedua Negara karena telah menggunakan akal sehat dan kecerdasan yang hebat. Terima kasih atas perhatian Anda terhadap masalah ini!”
India dan Pakistan masing-masing mengklaim kemenangan ada di pihaknya usai gencatan senjata diumumkan. Akan tetapi, kesepakatan yang rapuh itu dipertanyakan setelah penembakan lintas perbatasan kembali terjadi antara tentara India dan Pakistan pada Sabtu malam.
Selain itu ledakan hebat dari proyektil yang melesat melintasi perbatasan juga mengguncang Srinagar, kota utama di Kashmir yang dikelola India.