Internasional

Pengalaman Dakwah Ramadhan di Jerman

Selasa, 28 Mei 2019 | 21:00 WIB

Setelah dua mingguan dakwah di Negeri Kincir Angin Belanda, safari dakwah saya berlanjut ke Jerman, pada Sabtu 18 Mei 2019. Jarak antara Den Haag dengan Bremen Jerman sekitar 400 kilometer. Perjalanan menuju Bremen Jerman, dari rumah Masjid Al-Hikmah PS Indonesia di Den Haag menuju halte Flixbus di Den Haag Sentraal Station, sekitar 15 menit. Saya diantar oleh Pak Idris, menggunakan mobil pribadi dia. 

Selanjutnya dari Den Haag Sentraal Station, Schedeldoekshaven ini saya naik Flixbus menuju Bremen Jerman, tepatnya di Centraal Station Breitenweg. Tiket Flixbus ini telah dipesan terlebih dahulu, melalui sistem online. Pada tiket ini ada tanda barcode-nya, dan telah di-print out-kan, yang kemudian saat akan naik bis ini barcode tersebut di-scan oleh sang supir. Tiket yang ada barcode-nya bisa ditunjukkan melalui smartphone atau kertas print out kepada sang supir.

Perjalanan bus ini tepat sesuai jadwal yakni selama tujuh jam, keberangkan dari jam 10:35 CET sampai jam 17:20 Dalam perjalanan menggunakan bis ini, bus yang kami tumpangi berhenti dua kali. Pertama berhenti di suatu halte masih dalam kota Den Haag untuk menaikkan penumpang yang akan ke Jerman. Kedua, berhenti untuk istirahat, selama 20 menit. Saat berhenti ini, semua penumpang harus keluar dari bus.

Sampai di Bremen saya dijemput oleh Ustadz Gery menggunakan mobil pribadi menuju Mushala Ar-Raudhah. Mushala Ar-Raudhah Bremen ini terletak di Woltmershauser Str 466, 28179 Bremen Deutschland (Germany).

Bremen adalah ibukota dan kota otonom (Kreisfreie Stadt) di negara bagian Jerman, Jerman Barat Laut. Bremen yang merupakan negara bagian dari Jerman terdiri dari dua kota, kota Bremen dan Bremenhaven. 

Di Mushalla Ar-Raudhah Bremen pada Sabtu hari ke-13 puasa Ramadhan 1440 ini, saya mengisi pengajian Ramadhan. Pengajian Ramadhan ini sekaligus dirangkai dengan buka bersama, dilanjutkan dengan shalat Maghrib berjamaah. Inilah momen dakwah dan bukber pertama saya di Jerman.

Dalam pengajian yang dihadiri sekitar 50 an jamaah umumnya terdiri dari bapak-bapak, ibu-ibu dan para pemuda dan pemudi ini, saya menyampaikan materi khusus tentang Fiqih Al-Fatihah dan Fiqih Doa. Hal ini penting mengingat Ramadhan adalah bulan diturunkannya kitab suci Al-Qur'an Al-Karim. Dan, Al-Fatihah itu adalah induk Al-Qur'an, yang di dalamnya berisi ajaran penting tentang berdoa. Dan berdoa itu langsung diperintahkan dalam Al-Qur'an.

Al-Fatihah sangat penting dikaji dan dipahami dengan mendalam dan seluas mungkin, karena ia merupakan induk Al-Quran (Umm al-Qur'ân, Umm al-Kitâb), sekaligus sebagai As-Sab' al-Matsânî, yakni tujuh ayat yang dibaca berulang kali dalam shalat lima waktu, sebagai rukun shalat.

Al-Fatihah mempunyai derajat dan kedudukan yang agung dalam Al-Qur'an. Kedudukan Al-Fatihah yang agung ini ditunjukkan pula oleh begitu banyak sebutan (nama) lain dari surat ini. Ada yang menyebutkan dua puluh bahkan tiga puluh nama Al-Fatihah.

Dari tiga puluh nama Al-Fatihah itu, dalam kesempatan pengajian ini, saya uraikan tujuh. Ketujuh nama itu, pertama adalah Fâtihat al-Kitâb, yakni pembuka mushaf kitab suci Al-Qur'an, karena mushaf Al-Qur'an dibuka dan diawali dengan surat Al-Fatihah, juga karena shalat diawali dengan bacaan surat Al-Fatihah.

Kedua, Al-Sab' al-Matsânî, yakni tujuh ayat yang dibaca berulang kali dalam setiap shalat, minimal dalam shalat lima waktu (17 kali). Ketiga, Al-Syifâ (obat), karena Al-Fatihah bisa digunakan untuk obat dari segala racun atau penyakit.

Keempat, Umm al-Qur'an atau Umm al-Kitab, yakni surat Al-Fatihah adalah induk kitab suci Al-Qur'an. Kelima, al-Shalah, yakni shalat, karena berdasarkan hadits yang menyebutnya sebagai shalat, yang dalam shalat (bacaan surat al-Fatihah) terbagi kepada dua bagian, bagian Allah Swt dan bagian hamba, dan bagi hamba-Nya apa pun kebaikan yang ia mohonkan. 

Keenam, al-Qur'an al-'Azhim, yakni Al-Qur'an yang agung, karena Al-Fatihah meskipun sedikit ayat dan lafaznya, tetapi memuat tujuan Al-Qur'an itu sendiri, berupa ajaran keimanan (tauhid), kenabian (nubuwah), hari akhir, dan ibadah. Ketujuh, Asas al-Qur'an, yakni fondasi Al-Qur'an.

Perihal doa, ia ajaran Islam, terutama karena al-du'â' mukhkh al-'ibâdah, yakni inti atau pusat ibadah.  

Penjelasan lebih rinci tentang Fikih Al-Fatihah dan Fikih Doa disampaikan dalam pengajian sore, hari Selasa, Rabu dan Kamis (21-23 Mei) antara pukul 19.30 CET (00:30 WIB) hingga jelang Magbrib waktu setempat. Pengajian ini diadakan selama tiga kali di Mushalla Ar-Raudhah dan rumah Ibu Yeni, seorang jamaah mushala ini, yang langsung disiarkan langsung melalui akun facebook saya, Ahmad Ali Muslim Daroini. Di antaranya juga sudah di-upload dan bisa disimak melalui channel Youtube saya, Ahmad Ali MD. 

Momen-momen dan suasana bukber di beberapa masjid di Bremen, situasi dan kondisi serta hal-hal yang berhubungan dengan kota ini, insyaallah akan dituliskan kemudian.

Selepas dari Bremen, kota yang dahulu dikenal sebagai pusat perdagangan tembakau ini, pada Jumat pagi, saya kembali bertolak ke Den Haag. Perjalanan ini kembali menggunakan Flixbus untuk kemudian Sabtunya (tanggal 25 Mei) akan menuju di Brussel, untuk berdakwah di ibukota Belgia.

Mushala Ar-Raudhah Bremen Germany, Jumat, 19 Ramadhan 1440 H/24 Mei 2019.

Ustadz Ahmad Ali MD, mubaligh/dai Lembaga Dakwah PBNU, yang ditugaskan dakwah Ramadhan di Eropa.


Terkait