Pengamat Timur Tengah Sebut Israel Langgar Aturan PBB Soal Negara Berhak Bela Diri
Jumat, 20 Juni 2025 | 20:00 WIB

Pengamat Timur Tengah Dina Y Sulaeman saat berbicara pada Forum Kramat bertajuk Perang Iran–Israel: Sekadar Ancaman Kawasan atau Ancaman Global? yang digelar di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (20/6/2025). (Foto: NU Online/Suwitno)
Jakarta, NU Online
Pengamat Timur Tengah Dina Y Sulaeman menyampaikan, penyerangan Israel terhadap Iran pada 13 Juni 2025 melanggar aturan Pasal 51 Piagam PBB. Aturan tersebut mengatur hak negara untuk membela diri jika terjadi serangan bersenjata, hingga Dewan Keamanan PBB mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Ia menyebut, langkah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggunakan taktik preventive strike atau perang pencegahan dengan menyerang Iran lebih dahulu, karena menganggap Iran menembakkan rudal terlebih dahulu adalah sebuah kekeliruan.
"Sekarang posisinya Israel kalau nanti Iran menyerang, daripada (Iran) menyerang duluan, kami (Israel) serang duluan. Berarti kan belum terjadi serangannya. Jadi, dari sisi hukum internasional itu menyalahi," katanya dalam Forum Kramat bertajuk Perang Iran–Israel: Sekadar Ancaman Kawasan atau Ancaman Global? yang digelar di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Jumat (20/6/2025).
Terlebih lagi, kata Dina, menurut laporan terakhir Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) atau lembaga PBB yang mengurus proyek nuklir seluruh dunia kecuali Israel, belum menemukan tanda-tanda Iran membuat senjata maupun bom nuklir.
"Yang terbaru diwawancarai televisi, Rafael Grossi Direktur IAIE (mengatakan) 'ya kami tidak menemukan bukti bahwa Iran akan membuat senjata nuklir'," jelasnya.
"Berarti kan tuduhan Netanyahu ini tidak ada buktinya dan tuduhan yang sama sebenarnya udah dikeluarkan pada 1996. Sejak 96 sudah berbicara seperti itu Iran itu sebentar lagi akan membuat senjata nuklir, sekarang sudah 2025," lanjutnya.
Dina mengatakan, kemelut Iran dan Israel merupakan sebuah rekayasa untuk menekan opini publik dunia atas serangan Israel ke Palestina.
"Dengan perang ini Netanyahu ingin mengalihkan opini publik dunia dari Gaza," katanya.
Kabar terbaru, Iran kembali menembakkan rudalnya ke wilayah Beersheba, Israel Selatan, pada Jumat (20/6/2025). Media lokal menyebut bahwa sistem pertahanan udara lapis terakhir Israel, Iron Dome diduga mengalami malfungsi.
Sementara itu, usaha mendorong perdamaian diserukan oleh banyak pihak, termasuk Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya). Ia menyerukan agar perdamaian kemanusiaan antara Israel dan Iran, agar tidak mengalami eskalasi berkepanjangan. PBNU mendorong agar perperangan yang terjadi dapat dihentikan melalui jalur diplomasi.
Gus Yahya menyampaikan bahwa PBNU memahami langkah Iran yang mempertahankan diri atas serangan yang dilakukan oleh Israel. Ia juga menyatakan dukungan terhadap Iran dan berharap konflik tidak meluas ke kawasan Timur Tengah.
Hal itu ia sampaikan saat menerima kunjungan Duta Besar Republik Islam Iran untuk Indonesia Mohammad Boroujerdi di Gedung PBNU Lantai 3, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta Pusat pada Jumat (20/6/2025).