Kesehatan

Jamu Kuat Kiai Bisri Musthofa pada Masa Kemerdekaan

Rabu, 27 Agustus 2025 | 21:00 WIB

Jamu Kuat Kiai Bisri Musthofa pada Masa Kemerdekaan

Ilustrasi racikan jamu. (Foto: NU Online/Freepik)

Bila ada kiai ahli tafsir yang juga ahli jamu, maka KH. Bisri Musthofa adalah orangnya. Betapa tidak, kiai penulis Tafsir Al-Ibriz itu pernah berjualan jamu pada masa kemerdekaan. Selain itu, dalam kitab tafsirnya terdapat ramuan jamu yang tertulis sebagai penjelas ayat tentang madu. Menariknya, jamu yang pernah dijualnya maupun diresepkan dalam Tafsir Al-Ibriz adalah jamu kuat untuk tenaga muda.

 

Mengapa ada jamu kuat dalam kisah kehidupan Kiai Bisri dan dalam Tafsir Al-Ibriz? Bagaimana detail resep untuk jamu kuat tersebut? Bagaimana relevansi resep yang ditulis oleh KH Bisri Musthofa sebagai jamu kuat untuk para pejuang kemerdekaan? Bagaimana pula relevansi jamu ini untuk masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan?

 

Penulis Tafsir Al-Ibriz, yaitu KH Bisri Musthofa adalah sosok pejuang yang pernah tergabung dalam Pasukan Hizbullah untuk mempertahankan NKRI. Ketika terjadi agresi milter II oleh Belanda pada tahun 1949, beliau mengungsi ke Sarang. Pendaratan kembali Belanda membuat keluarga Bisri mengungsi dari satu desa ke desa lainnya, seperti ke Sulang, Cabeyan, Trembes, Sedan, dan Sarang.

 

Selama pengungsian itu beliau sempat membuat jamu makjun atau jamu kuat dan dijual kepada masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (Mursidi, 2020, Corak Adab Al-Ijtima’I dalam Tafsir Al-Ibriz: Mengungkap Kearifan Lokal dalam Penafsiran KH Bisri Musthofa, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: halaman 33).

 

Makjun atau Ma’jun(معجون) dalam bahasa Arab berarti adonan atau pasta. Secara khusus, istilah ini mengacu pada jamu yang terbuat dari rempah-rempah yang dibuat kental, dibulatkan, lalu dimakan. Beliau meramu adonan jagung dan merica yang sudah digoreng lalu ditumbuk sampai halus dengan gula serta minyak kelapa sampai rata sehingga menjadi jamu kuat dengan sebutan jamu Ma’jun. (Musyarrofah, 2019, Eklektisisme Tafsir Indonesia [Studi Tafsir al-Ibriz Karya Bisri Musthofa, Disertasi, Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya: halaman 142).

 

Uniknya, bahan yang digunakan oleh Kiai Bisri yaitu jagung, gula, merica, gula, dan minyak kelapa memang secara farmakologi memiliki khasiat sebagai penguat. Dari keempat bahan tersebut, bahan aktif yang berfungsi sebagai penguat terdapat pada merica atau lada. Jagung berfungsi sebagai bahan pengisi karena banyak mengandung amilum atau pati jagung, sedangkan gula dan minyak kelapa sebagai bahan tambahan agar adonan tersebut dapat membentuk massa serupa pasta.

 

Sebagai jamu kuat dalam arti yang khusus, lada juga telah terbukti secara ilmiah sebagai rempah-rempah penambah stamina pria. Penelitian review yang dilakukan oleh Hasbullah dan timnya mengungkap bahwa lada hitam terbukti mengatasi disfungsi ereksi melalui berbagai uji farmakologi pada hewan coba (Hasbullah dkk, 2024, Potensi Lada Hitam sebagai Obat Herbal Terstandar untuk Disfungsi Ereksi: Literature Review, Medula, Volume 14 Nomor 9: halaman 1771).

 

Situasi perang nampaknya membuat rakyat bersama tentara Hizbullah dan laskar Sabilillah harus mengungsi dengan berjalan kaki dalam jarak jauh. Banyak di antara pejuang yang mengungsi bersama dengan istri dan anaknya. Oleh karena itu, kebutuhan terhadap energi ekstra baik untuk menafkahi keluarga secara lahir maupun batin mutlak diperlukan agar dapat menyelamatkan diri dan keluarganya sambil terus berjuang melawan penjajah. Maka tidak mengherankan bila Kiai Bisri memandang bahwa masyarakat membutuhkan jamu kuat.

 

Selain itu, Kiai Bisri memiliki pengalaman perang pada masa-masa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya. Bersama para kiai lainnya, Kiai Bisri terlibat langsung dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Ketika itu, Laskar santri menjadi bagian penting dalam perjuangan bangsa. Barisan santri yang tergabung dalam Laskar Hizbullah dan Sabilillah telah dibentuk di beberapa daerah. (Ridho, KH. Bisri Mustofa: Jejak Kebangsaan Kyai Pesisiran, [Banyuwangi:Shafiyah Publisher: 2025], halaman 6).

 

Pengalaman perjuangan memberikan wawasan bahwa kesehatan kaum muslimin sangat penting dalam berbagai kondisi. Misalnya ketika mengalami luka, seorang muslim wajib mengobati lukanya dengan bahan-bahan yang tersedia. Bila memungkinkan, maka bahan-bahan yang direkomendasikan Al-Qur’an menjadi bahan terbaik untuk berobat.

 

Dalam faidah Tafsir al-Ibriz, ketika membahas surat An-Nahl ayat 69 Kiai Bisri menyebutkan madu sebagai obat luka. Selain itu madu dikombinasikan dengan bahan lainnya juga menjadi suplemen agar seorang muslim memperoleh tenaga yang kuat atau istilah beliau adalah “tenaga muda.”

 

ثُمَّ كُلِيْ مِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِ فَاسْلُكِيْ سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًاۗ يَخْرُجُ مِنْ بُطُوْنِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُهٗۖ فِيْهِ شِفَاۤءٌ لِّلنَّاسِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

 

Tsumma kulî ming kullits-tsamarâti faslukî subula rabbiki dzululâ, yakhruju mim buthûnihâ syarâbum mukhtalifun alwânuhû fîhi syifâ'ul lin-nâs, inna fî dzâlika la'âyatal liqaumiy yatafakkarûn

 

Artinya: “Kemudian, makanlah (wahai lebah) dari segala (macam) buah-buahan lalu tempuhlah jalan-jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perutnya itu keluar minuman (madu) yang beraneka warnanya. Di dalamnya terdapat obat bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS An-Nahl ayat 69)

 

Tafsir Al-Ibriz dalam bahasa Jawa untuk ayat tersebut adalah sebagai berikut:

 

Banjur tawon didhawuhi supaya mangan saking sakabehane wernane woh-wohan lan supaya ngambah dalane Allah Ta'ala sarana lapang. (Papan kan angel-angel, kang ora bisa ditekani manungsa bisa diambah dening tawon tanpa ngerusak kiwa tengen, lan senajan adoh kaya apa, tawon bisa bali marang sarange). Saking wetenge tawon-tawon iku bisa metu umben-umben (iya kaya madu) kang beda-beda wernane, ana kang putih, kuning, lan abang. Madu mau ngandung obat kanggo tambane manungsa. Saktemene kang mengkono Iki cukup kanggo ayat tandha kekuwasaane Allah Ta'ala tumerap kaum kang gelem mikir.

 

Artinya: “Setelah lebah diberi wahyu agar mengonsumsi segala macam buah-buahan dan supaya menempuh jalan yang telah ditetapkan Allah Ta’ala dengan rela. (Tempat yang sulit dan tidak bisa dijamah oleh manusia bisa dihuni oleh lebah tanpa merusak lingkungan di sekitarnya, serta meskipun telah terbang jauh lebah bisa kembali ke sarangnya). Dari perut lebah-lebah itu bisa keluar zat-zat minuman (yaitu seperti madu) yang berbeda-beda warnanya, ada yang putih, kuning, dan merah. Madu itu mengandung obat bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda kekuasaan Allah yang cukup bagi kaum yang mau berpikir.”

 

Pada tafsir ayat tersebut juga diberi tambahan faidah dan mujarab sebagai berikut:

 

Tatu anyar yen ditambani madu, insya Allah enggal waras

 

Artinya: “luka baru apabila diobati dengan madu, insya Allah akan cepat sembuh.”

 

Mujarab: Madu yen dicampur karo peresan jahe kena kanggo tamba lara weteng. Madu, samin, lan endhok pitik, taker pada nuli diedang kaya surekaya, bisa nambah tenaga muda. Lan liya-liyane maneh

 

Artinya: “Madu apabila dicampur dengan perasan jahe bisa untuk obat sakit perut. Madu, minyak samin, dan (kuning) telur ayam, dicampur dengan takaran yang sama lalu dipanaskan seperti sarikaya, bisa menambah tenaga muda. Dan lain-lainnya.”

 

Kombinasi madu dengan kuning telur merupakan perpaduan bahan alami untuk vitalitas pria. Dalam kitab klasik Thibbun Nabawi , telur merupakan bahan yang relevan dikonsumsi oleh kaum laki-laki untuk meningkatkan keharmonisan rumah tangga.

 

Selanjutnya, jahe juga dapat meningkatkan keharmonisan pasangan suami istri dalam rumah tangga. Selain untuk pria, jahe juga disebutkan dapat dikonsumsi oleh wanita dalam konteks pasangan suami istri yang sudah berumah tangga agar kualitas hubungan keduanya lebih harmonis.

 

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Kiai Bisri terhadap khasiat madu, merica, jahe, dan bahan-bahan lainnya maka semuanya masih relevan untuk umat Islam pada masa kini. Setelah Indonesia merdeka, banyak kaum muslimin merupakan pejuang pencari nafkah yang memerlukan energi ekstra. Selain bekerja, mereka juga bertanggungjawab dalam nafkah lahir dan batin bagi keluarganya di rumah.

 

Dengan bahan-bahan seperti madu, telur, dan rempah-rempah, selayaknya kaum muslimin mengambil manfaat dari apa yang diajarkan oleh KH Bisri Musthofa di era kemerdekaan saat ini. Manfaat kesehatan dari bahan-bahan tersebut telah sesuai dengan penelitian terkini dan dapat dibaca dalam kitab Tafsir Al-Ibriz yang menjadi karya monumental Beliau. Wallahu a’lam bis shawab. Lahul Fatihah.

 

Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan Peneliti Farmasi.