Nasional

Kebon Jambu Cirebon, Perwujudan Kesetaraan di Dunia Pesantren

Senin, 27 Januari 2020 | 04:15 WIB

Kebon Jambu Cirebon, Perwujudan Kesetaraan di Dunia Pesantren

Nyai Masriyah Amva (memegang mikrofon) pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Cirebon.

Cirebon, NU Online
Peace Train kesepuluh juga mengunjungi Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Cirebon, Sabtu (25/1). Jika biasanya pimpinan pesantren adalah seorang kiai laki-laki, maka pesantren ini dipimpin oleh seorang perempuan, yaitu Nyai Masriyah Amva. 

Para peserta disambut dengan bacaan ayat suci Al-Qur'an yang dilantunkan oleh salah seorang santriwati. 

Nyai Masriyah Amva, selaku pimpinan pesantren menceritakan bahwa dahulunya, saat dipimpin suaminya, pesantren ini sangat patriarki.
 
"Santri laki-laki selalu muncul di permukaan,  di depan dan perempuan hanya di belakang. Jumlah santrinya sekitar tiga ratus lima puluh orang kala itu," ucap Nyai Masriyah Amva.

Ketika suami Masriyah meninggal, pesantren ini sempat ditinggal para santrinya. Hal tersebut membuat Masriyah merasa kecewa. Kenapa perempuan begitu direndahkan? Kenapa pesantren hanya dipimpin lelaki, pikirnya. 

Melalui perenungan yang mendalam dari kekecewaannya sekaligus kedudukan perempuan di pesantren, ia mulai bangkit. Masriyah mengangkat Tuhan langsung sebagai 'pasangan' dan 'pemimpinnya'. Bukan lagi pada suami, bukan lagi pada lelaki.
 
"Karena Tuhan lebih hebat,  lebih kuasa, lebih memimpin," terangnya di depan Peserta Peace Train Indonesia.
 
Masriyah juga mengungkapkan, jika kita hanya bersandar dan bergantung kepada Tuhan maka posisi laki-laki dan perempuan dengan demikian menjadi setara. Jika kita memuliakan Tuhan maka kita juga harus memuliakan semua makhluknya. Pemikirannya tersebut membuat ia sering dianggap sebagai tokoh feminis, pluralis hingga ulama.
 
Selain Masriyah, anaknya yaitu Awwaliyah Amva juga turut serta memimpin berbagai kegiatan di pesantren. Di bawah pimpinan perempuan-perempuan tersebut, Pesantren Kebon Jambu terus berkembang. Bahkan kini jumlah santrinya sudah lebih dari seribu enam ratus orang. Santri terdiri dari laki-laki dan perempuan. 

Hal ini membuat Pesantren Kebon Jambu menarik perhatian banyak kalangan. Dikunjungi berbagai macam lapisan masyarakat, dari rakyat biasa, artis, ulama, aktivis hingga pejabat publik. Pengunjung dari dalam dan luar negeri. "Dukungan terus mengalir tiada henti, kepada saya, kepada Pesantren Kebon Jambu," pungkasnya.
 
 
Editor: Kendi Setiawan