Warta

250 Guru TPQ Ikuti Kajian Aswaja

Selasa, 18 September 2007 | 06:38 WIB

Sidoarjo, NU Online
Sebanyak 250 guru Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) dari Sidoarjo, Pandaan, Pasuruan dan Surabaya, Ahad (16/9) lalu, mengikuti kajian akidah Ahlussunnah wal Jamaah Aswaja (Aswaja) An-Nahdliyah di Masjid Agung Sidoarjo.

H Masyhudi Muchtar, penyusun buku Aswaja NU, saat menjadi narasumber mengatakan, pemahaman Aswaja ada tiga hal penting: akidah, syariat dan akhlak. Khusus untuk akidah, syaratnya harus benar-benar rasional, memiliki metode pendekatan dan sangat toleran. “Prinsip ini sesuai dengan jiwa jamaah Nahdliyah,” katanya.<>

Untuk itu, sebagai jamaah Nahdliyah atau umat NU, sudah selayaknya bila bisa mengamalkan Aswaja dalam bentuk akidah, di antaranya memahami asma Allah yang kesehariannya disebut asma’ul husna. “Melalui pemahaman tersebut dengan sendirinya jamaah Nahdliyah tidak akan gampang tergoda dari keyakinan lain,” jelasnya.

Kepada para guru TPQ, ia meminta untuk benar-benar memahami buku Aswaja An-Nahdliyah yang telah disusunnya berasama para kiai lain di Pengurus Wilayah NU sebagai pegangan bagi para umat NU.

“Terus terang saja, saya sebagai penyusunan buku bertanggung jawab dunia sampai akhirat. Sebab, buku tersebut telah melalui berbagai kajian yang sangat komprehensif,” tegasnya.

Sementara itu, Soleh Qosim, dari Lembaga Takmir Masjid Indonesia LTMI mengatakan, yang boleh dikata sebagai orang lapangan dalam pemantapan aqidah sebenarnya para kiai NU terlebih dahulu sudah melaksanakan. “Di antaranya adanya pujian setelah azan magrib sebelum melakukan salat seperti wujud, qidam, baqo dan seterunya itu tiada lain adalah sebutan sifat wajib Allah,” terangnya.

Anehnya, lanjut dia, akhir-akhir ini para umat NU juga para kiai utamanya di desa sempat dibuat pusing dan resah sebab tiba-tiba pujian dilarang dan dikatakan bid’ah dlalalah. Ini yang tidak benar dan harus diluruskan.

Untuk itu, tegasnya, sudah benar bila para kiai NU, utamanya H Mashudi Muchtar bersama timnya menyusun buku Aswaja An-Nahdliyah, sahut Soleh, karena sekarang ini tengah muncul berbagai kelompok yang mengaku sebagai golongan Ahlussunnah Waljamaah.
 
“Yang sangat aneh kelompok tersebut kenyataannya meski sebagai golongan Ahli Sunnah Waljamaah, ternyata selalu menuduh kelompok lain sebagai ahli bid’ah, khurafat, syirik dan yang lainnya. Lebih repot lagi ternyata berperilaku radikal, penuh kekerasan dan mengaku paling benar dan paling Islam,” terang Sholeh Qosim. (duta/sbh)


Terkait