Warta

Diminta Bantu Bebaskan Sandera Taliban, Hasyim ‘Digilir’ Tiga Dubes

Rabu, 1 Agustus 2007 | 18:21 WIB

Jakarta, NU Online
Luar biasa. Tidak lebih 3 jam, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi ‘digilir’ tiga Duta Besar (Dubes) negara sahabat untuk Indonesia, antara lain, Kuasa Usaha Dubes Pakistan Ali Baz Khan, Dubes Afganistan Zherazamin Kunary dan Dubes Korea Selatan (Korsel) Mr Lee Sun Jin.

Para utusan negara masing-masing tersebut menemui Hasyim di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Rabu (1/8) siang kemarin. Pertemuan tersebut dilakukan untuk membicarakan upaya pembebasan 23 (2 di antaranya sudah ditembak mati) warga Korsel yang disandera gerilyawan Taliban di Afganisatan sejak 19 Juli lalu.<>

Ali Baz yang datang lebih awal pada pukul 14.10 WIB diterima Hasyim didampingi Ketua PBNU Rozy Munir dan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Iqbal Sullam di ruangannya. Keduanya langsung menggelar pertemuan tertutup selama kurang lebih 1 jam.

Para wartawan dari berbagai media cetak dan elektronik yang sudah menunggu sejak pukul 13.00 WIB tidak diperkenankan masuk. Hanya para fotografer saja yang diperbolehkan mengambil gambar. Itu pun tidak lebih 3 menit saja.

Usai pertemuan, Ali Baz yang saat itu mengenakan kemeja batik warna hijau, langsung meninggalkan ruangan dan tak memberikan keterangan sedikit pun kepada wartawan tentang agenda pertemuan.

Tak lama kemudian, Zherazamin muncul dan langsung ditemui Hasyim di ruangannya. Sama seperti sebelumnya, pertemuan berlangsung secara tertutup dan wartawan tidak diperbolehkan masuk.

Pertemuan Hasyim dan Zherazamin berlangsung lebih singkat dari sebelumnya. Zherazamin langsung meninggalkan tempat setelah pertemuan selesai dan tak memberikan komentar apapun.

Giliran berikutnya Mr Lee. Lagi-lagi pertemuan digelar secara tertutup. Pertemuan keduanya berlangsung lebih lama daripada dua dubes lainnya. Pukul 16.45 WIB Mr Lee meninggalkan ruangan dan sama seperti pendahulunya, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut pria berkaca mata dan berjas warna hitam itu.

“Khusus masalah yang berkaitan dengan 23 sandera yang sekarang tinggal 21 orang, kita sudah mengerti peta dan duduk masalahnya. Perlu kehati-hatian dan langkah cermat untuk mengatasi masalah ini. Jika tidak, salah-salah, akan membuat masalah baru dan membahayakan keselamatan orang lain,” ujar Hasyim kepada wartawan usai pertemuan.

Dari pertemuan dengan para utusan resmi tiga negara tersebut, menurut Hasyim, dapat disimpulkan bahwa penyanderaan warga sipil Korsel itu tak kaitannya dengan agama. Seluruhnya merupakan persoalan kepentingan politik dan kekuasaan.

Namun demikian, Hasyim mengatakan, pihaknya akan berusaha berkomunikasi dengan para ulama di sejumlah negara yang berdekatan dengan Afganistan dan memiliki hubungan khusus dengan Taliban. (rif)


Terkait