Jakarta, NU Online
Setelah bersidang selama tiga hari (20-22 Juni 2006), para ulama dan cendekiawan muslim dari 53 akhirnya menyepakati 37 butir kesepakatan. Konferensi Internasional ke-2 Cendekiawan Islam (ICIS II) di Jakarta bertema “upholding islam as rahmatan lil alamin toward global justice and peace” ditutup Kamis (22/6) pagi.

Ketua PBNU KH. Muzadi selaku Sekretaris Jenderal ICIS berharap, pada ICIS III yang akan diadakan dua tahun lagi sudah ada kemajuan-kemajuan kongkret sebagai hasil dari pelaksanaan kesepakatan-kesepakan ICIS II itu.

<>

Ulama asal Indonesia KH. Thalkhah Chasan memberikan kata penutup. Para cendekiawan muslim yang hadir dalam konferensi itu, menurut Kiai Thalchah, telah meneguhkan kembali posisi Islam sebagai agama ammatan lil alamin.

“Islam bukanlah agama yang menebarkan permusuhan. Islam membela hak-hak kaum lemah dan perempuan. Para ulama dan cendekiawan muslim ingin meneguhkan kembali bahwa Islam sebagai rahmat bagi ala mini,” kata Kiai Thalkhah.

Di hadapan para cendekiawan Islam sedunia, Wakil Rais Am PBNU itu menyatakan, organisasi Nahdlatul Ulama (NU) akan selalau memegang prinsip-prinsip Islam rahmatan lil alamin. “Untuk itu kami akan bekerjasama dengan organisasi yang lain, entah behaluan Syiah atau yang lainnya, sepanjang tidak menyimpang dari ajaran al-Aquran dan hadits-hadits shohih,” katanya.

Sebelumnya, Syeikh Salim Alwan Al-Husni Pemimpin Darul Fatwa, Australia, dipersilahkan mengucapkan pesan dan kesannya, dilanjutkan Dr. Syakir Syeikh dari Guinea Carribian Muslim Association, Canada, bersyair untuk para ulama dan cendekiawan muslim sedunia. ICIS ditutup dengan doa yang dipimpin oleh Syeh Tamin dari Ukraina.

Sementara itu 37 butir kesepakan ICIS II (baca di Taushiyah: Red) berkaitan dengan 4 hal penting yakni soal respon para ulama dan cendekiawan muslim dari 53 negara atas paradoks-paradoks globalisasi, konflik internasional, pemberdayaan ekonomi dan pendidikan, serta tentang agenda-agenda praksis ICIS. (nam)