Warta

LDNU Kembangkan Dakwah di Kawasan Transmigrasi

Selasa, 7 November 2006 | 09:22 WIB

Jakarta, NU Online
Kiprah Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) dalam meningkatkan kualitas iman masyarakat kini semakin luas. Bekerjasama dengan Depnakertrans, para dai dari berbagai pesantren NU akan dikirimkan untuk mendampingi para transmigran.

Perjanjian kerjasama tersebut ditandatangani oleh Ketua LDNU KH Nuril Huda dengan Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi Drs. Djoko Sidik Pramono, MM di Aula Serbaguna Gedung Depnakertrans, Selasa. Bertindak sebagai saksi Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi dan Menakertrans Erman Suparno.

<>

Sekretaris LDNU Khoirul Huda Baasyir mengungkapkan terdapat tiga pola dalam pemberdayaan para dai tersebut. Pola pertama adalah pengiriman para dai ke daerah transmigrasi baru dengan konsep “kota terpadu mandiri”, yaitu daerah transmigrasi baru yang dibangun dengan fasilitas yang lengkap, mulai dari jalan, sekolah, puskesmas, pasar dan prasarana publik lainnya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

“Mereka akan tinggal disitu, diberi tanah 2 hektar, rumah dan diberi biaya hidup selama satu tahun, bahkan kalau belum kawin akan dikawinkan” tandas menakertrans Erman Suparno dalam sambutannya.

Semantara itu pola kedua adalah pelatihan dai-dai lokal. Mereka akan dikirim ke Jakarta untuk dilatih selama tiga bulan penuh dalam peningkatan materi dakwah dan diberi ketrampilan sesuai keadaan daerahnya masing-masing. LDNU akan bertanggung jawab dalam pemberian materi keagamaan sementara Depnakertrans akan bertanggung jawab dalam pemberian life skill.

Ketua LDNU KH Nuril Huda menambahkan bahwa selama pelatihan tersebut, para dai tidak hanya diberi materi ilmiah saja, tetapi mereka diwajibkan untuk melaksanakan berbagai amalan seperti sholat tahajjud, puasa senin-kamis, istighotsah dan amalan ala NU lainnya.

“Kita ingin melahirkan dai seperti para wali songo. Mereka memang tak pandai berbicara, tapi dakwah mereka berhasil karena jiwa mereka bersih dan berbuat secara kongkrit kepada masyarakat,” katanya.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Pelatihan model ini akan diselenggarakan sebanyak empat kali selama setahun dengan jangka waktu program tiga tahun. Masing-masing angkatan akan berisi sekitar 40 orang.

Pola lainnya yang akan dikembangkan adalah pemberian beasiswa belajar kepada para penduduk lokal untuk dididik di pesantren sampai mereka pandai dengan jangka waktu sekitar 6 tahun. selanjutnya mereka akan kembali dan berdakwah di daerahnya masing-masing. (mkf)


Terkait