Warta

NU-Muhammadiyah Bertemu Samakan Penentuan Idul Fitri, Besok

Senin, 1 Oktober 2007 | 12:47 WIB

Jakarta, NU Online
Dua organisasi kemasyarakatan Islam besar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah akan menggelar pertemuan untuk membahas penyamaan metode penentuan 1 Syawal atau Hari Raya Idul Fitri. Pertemuan yang bakal diikuti ulama falak (ahli ilmu kaji bintang) NU dan ulama hisab Muhmmadiyah itu digelar di Kantor Pengurus Besar NU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Selasa (2/10) besok.

"Besok tanggal 2 ada pertemuan ulama falak NU dan ulama hisab Muhammadiyah di kantor PBNU untuk mendekatkan metodologi dalam menentukan awal bulan," kata Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin, di kantor Center for Dialogue and Corporation Among Civilization di Jl Kemiri, Jakarta, Senin (1/10).<>

Menurut Din, bila dalam pertemuan tersebut tidak terjadi kesepakatan, maka masyarakat harus saling menghormati satu sama lain. "Perbedaan Idul Fitri yang masih mungkin terjadi perlu diatasi dengan terus menerus mendekatkan metodologi. Namun, bila belum bisa disatukan, mari kita bertoleransi dalam perbedaan," jelas Din.

Hal yang sama dikatakan Ketua Pengurus Pusat Lajnah Falakiyah NU, KH Ghozalie Masroerie. Menurutnya, pertemuan yang dijadwalkan akan dimulai pada pukul 10.00 WIB itu dilakukan guna menyamakan kriteria antara kedua ormas yang bisa dijadikan landasan bagi penentuan awal bulan Syawal.

Selain itu, katanya, pertemuan tersebut juga diharapkan dapat menghasilkan rumusan dan landasan baku yang disepakati kedua ormas yang bisa digunakan untuk menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah untuk tahun berikutnya, agar tidak ada lagi perbedaan.

“Selama ini ‘kan kita berharap, misal, Ramadhan dan Lebaran harus sama. Tapi kriteria dan landasannya apa, kan tidak ada. Maka dari itu, pertemuan besok diharapkan tercipta sebuah kesepakatan mengenai kriteria dan landasannya itu,” terang Kiai Ghozalie, begitu panggilan akrabnya.

Kiai Ghozalie meminta umat Islam Indonesia, khususnya warga Nahdliyin (sebutan untuk warga NU) dan warga Muhammadiyah, bisa bersikap dewasa bila nantinya tidak tercapai kesepakatan tentang penyamaan Idul Fitri antara NU dan Muhammadiyah. “Disikapi secara dewasa. Tidak perlu jadi masalah,” pungkasnya.

Muhammadiyah, melalui metode hisab (perhitungan astronomi) menetapkan 1 Syawal jatuh pada Jumat 12 Oktober 2007. Sementara, NU masih akan menentukannya pada Kamis 11 Oktober 2007 setelah melalui proses rukyat (melihat bulan) dan sidang isbat (penentuan) yang digelar Departemen Agama. Bila pada Kamis itu proses rukyat tidak tercapai, maka NU akan mengikuti keputusan pemerintah. (rif/dtc)


Terkait