Warta

Para Artis Ngadu ke PBNU, Prihatinkan Tayangan Televisi

Kamis, 29 November 2007 | 06:17 WIB

Jakarta, NU Online
Sejumlah artis, tokoh dan insan film dan sinetron, mendatangi kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kamis (29/11) siang kemarin. Mereka mengadukan kepada PBNU karena memprihatinkan kondisi tayangan televisi, baik film maupun sinetron yang dinilai banyak tidak mendidik.

Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi. Ia mengatakan hal itu dalam ceramahnya di hadapan warga NU pada istigosah yang digelar Pimpinan Pusat (PP) Lembaga Dakwah NU di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (29/11) malam.<>

Menurut Hasyim, tayangan televisi memang sudah benar-benar rusak dan merusak umat, utamanya para generasi muda. “Sinetron atau film, semua isinya tentang perselingkuhan, konflik rumah tangga, dan lain-lain. Anak-anak sekolah pacaran di sekolah, pakai seragam sekolah juga,” paparnya.

“Belum lagi, para ibu-ibu, tiap hari disuguhi tayangan infotainment yang isinya selalu ghibah; mempergunjingkan orang lain, membicarakan keburukan atau kejelekan orang lain,” Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, itu.

Penilaiannya itu, kini semakin diperkuat dengan pengaduan para artis, tokoh dan insan film dan sinetron kepadanya. Dengan demikian, perkembangan dunia pertelevisian memang sudah mencapai tahap mengkhawatirkan.

“Kalau yang ngomong itu ustaz atau kiai, sudah biasa. Tapi, kalau yang ngomong bintang filmnya sendiri, yang tidak lain para pelakunya atau orang dalam, maka, kondisinya memang benar-benar memprihatinkan,” terang Hasyim.

Ia menyatakan, harus segera ada langkah-langkah konkret untuk mengatasi pengaruh buruk dari tayangan televisi, pun untuk menyelamatkan generasi bangsa. Pasalnya, yang dihadapi saat ini adalah kekuatan pemodal. Sementara, negara sendiri tak bisa berbuat banyak jika harus berhadapan dengan modal.

Hal itu, ungkapnya, bisa dilihat dari sejumlah tayangan televisi yang digemari banyak pemirsa dan tinggi rating-nya (faktor yang bisa mengukur banyaknya pemirsa yang menyaksikan sebuah program pada satu waktu, Red). Namun, hal tersebut tidak berarti mesti membawa pengaruh baik bagi para penontonnya.

“Semakin tinggi rating-nya atau semakin banyak ditonton, maka semakin tidak mendidik itu tayangan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah rating-nya, maka nilai pendidikannya semakin baik,” papar mantan Ketua Pengurus Wilayah NU, Jatim, itu. (rif)


Terkait