JOGJA, NU Online
Mantan Presiden RI ke-4 KH Abdurrahman Wahid yang juga Ketua Dewan Syuro DPP Partai Kebangkitan Bangsa(PKB), Jumat (10/10) kemarin melakukan pertemuan tertutup dan singkat dengan Taufik Kiemas, suami Presiden Megawati Soekarnoputri di Hotel Quality Jalan Laksda Adisucipto Jogja.
Lantas, apa isi pertemuan itu? Kiemas saat ditanya wartawan usai pertemuan itu, menyatakan, bahwa pertemuan tersebut hanya silahturrahmi biasa. "Ini silahturrahmi biasa, kok pada ribut," kata Kiemas yang selalu menggandeng tokoh yang akrab di sapa Gus Dur mulai dari turun lift hotel hingga memasuki mobil.
<>Sekadar diketahui, setelah bertemu Gus Dur Kiemas langsung menuju Masjid Syuhada untuk menunaikan shalat Jumat. Usai shalat Jumat Kiemas sempat berdialog dengan ratusan jamaah masjid.
Pada kesempatan itu, Kiemas memberikan bantuan dana untuk renovasi masjid sebesar 10 ribu dolar US. Saat dialog, salah seorang jamaah masjid mengusulkan agar di istana juga dilakukan pengajian rutin supaya moral dan akhlak para pemimpin bangsa tetap terjaga.
Menjawab pertanyaan jamaah tersebut, Kiemas menyatakan akan menyampaikan kepada Megawati supaya digelar pengajian rutin entah seminggu sekali atau sebulan sekali. Setelah dari masjid Taufik transit sekitar satu jam di Gedung Agung Jalan Ahmad Yani.
Selanjutnya, Taufik menghampiri Gus Dur di Hotel Quality yang lokasinya berjarak sekitar 8 km dari tempat Kiemas Transit. Mantan ketua umum PBNU itu berada satu mobil dengan kiemas yang mengendarai Mercedez Benz bernomor polisi B 3 menuju Imogiri, untuk melakukan ziarah ke Makam Raja-Raja Keraton Imogiri Bantul. Gus Dur dan Kiemas beserta rombongan tiba pukul 13.31.
Sekitar 20 menit kemudian, Gus Dur dan Taufik tiba di Makam Imogiri melalui pintu Barat. Setelah turun dari mobil mewah berwarna hitam, Gus Dur yang mengenakan batik warna coklat muda itu masuk gerbang makam. Taufik yang mengenakan stelan kemeja dan celana warna hitam itu ikut memapah Gus Dur yang membawa tongkat. Di sebelahnya, tampak antara lain Kapolda DIJ Brigjen Drs Sudirman, Danrem 072/Pamungkas Kolonel Suwarno, Ketua PDIP DIJ H Djuwarto, Bupati Bantul Drs HM Idham Samawi. Juga tampak Kapolres Bantul AKBP Dedi Munazat, mantan Ketua Dewan Bantul H Agus Wiyarto serta sejumlah pengurus Nahdatul Ulama DIJ.
Setelah melewati gerbang barat, Gus Dur dan Taufik memasuki kompleks makam raja dari trah Paku Buwono Surakarta. Di tempat ini, keduanya hanya mengenakan pakaian abdi dalem Keraton Jogjakarta motif lurik warna biru tua.
Sekitar 15 menit kemudian, keduanya keluar dari gapura pintu masuk dan berjalan ke timur menuju makam Raja Sultan Agung yang berjarak sekitar 200 meter dari makam Raja Keraton Surakarta.
Kedatangan dua tokoh nasional itu mengundang daya tarik penduduk dan pengunjung makam. Mereka berusaha mendekati Gus Dur dan Taufik. Namun, karena pengawalan ekstra ketat dari aparat TNI dan polisi, penduduk dan para wisatawan hanya bisa melihat dari kejauhan. "Kulo sampun seneng saget ningali Pak Taufik kalian Gus Dur" tutur seorang ibu yang berdiri di tangga pintu masuk.Sepuluh menit kemudian, Gus Dur dan Taufik tiba di makam Raja Sultan Agung. Penduduk, para pedagang dan pengunjung menunggu di sekitar pintu masuk.
Sementara itu, puluhan wartawan dari berbagai surat kabar, televisi dan radio juga tak beranjak dari tempat duduknya. Lantas, ada apa dan mengapa Gus Dur dan Taufik ziarah bersama? Gus Dur kepada wartawan menegaskan tetap pada pilihannya untuk golput, meski sejak siang hingga sore bersama Taufik Kiemas yang notabene merupakan suami capres Megawati Soekarnoputri. "Saya tetap netral. Saya tetap golput"; tandas cucu pendiri NU itu.
Lebih lanjut, Gus Dur mengatakan, ziarah adalah kegiatan yang biasa ia lakukan.Selain di Imogiri, dia juga ziarah ke banyak tempat makam di Pulau Jawa. Hanya saja, pada ziarah kemarin, Gus Dur sempat sambat. Kata Gus Dur, ziarah di makam Sultan Agung agak susah. "Di sini ngrekoso (agak berat)," kata Gus Dur yang tampak lelah setelah menaiki tangga. Sementara itu, menjawab pertanyaan wartawan tentang pemboman di depan Kantor Kedutaan Besar Australia, Gus Dur secara tegas mengutuk perbuatan yang dilakukan seorang pengecut dan biadab. "Pengecut yang ingin komplain tapi tidak bisa menggerakkan massa. Bisanya hanya dengan bom".katanya. (mar)