Warta

Visualisasi Sejarah yang Coba Mengangkat Citra NU

Selasa, 26 September 2006 | 13:29 WIB

Pemahaman yang mudah dicerna oleh siapa pun, baik anak-anak maupun orang dewasa dengan tanpa celah, melahirkan pikiran untuk memvisualisasikan sejarah dalam bentuk sesuatu yang disenangi. Jadilah, komik berjudul: “NU You Know? Cikal Bakal dan Kelahiran.”

Seperti apakah Nahdlatul Ulama (NU) itu? Sosok Lolo yang orang kota mencoba menggambarkannya. “NU itu hebat ya, tidak hanya menembus dinding asrama saja, melainkan juga pesantren. Selain itu, orang-orang NU itu sangat dihormati dan disegani siapa saja,” paparnya.

<>

Lolo adalah salah satu tokoh utama dalam serial komik sejarah NU terbitan Bedug Aswaja. Ia diceritakan pergi ke Bali dan mendapat masalah sewaktu menabrak ayam di sekitar pesantren.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

Selain Lolo, ada tokoh lain dalam serial komik berjudul, NU You Know ? Cikal Bakal dan Kelahiran. Komik ini mengupas secara detil cikal bakal dan kelahiran NU, yakni Lola Acun, anak Kiai Tabrani di salah satu Pondok Pesantren.

Contoh-contoh itu mengilhami tokoh muda NU, yang dimotori oleh Arif Junaidi selaku Ketua Dewan Pembina Bedug Aswaja, untuk memberitahukan tentang NU secara utuh kepada generasi muda.

"Masyarakat dan anak-anak Indonesia umumnya dan Jawa Timur (Jatim) khususnya, yang dengan mudah mencerna, memahami, dan menyukai sesuatu ketika diwujudkan secara visual," ungkap Arif Junaidi di sela peluncuran komik sejarah NU di Gedung Museum NU, Jalan Gayungsari Timur, Surabaya, Minggu (17/9) lalu.

Visualisasi itu sekaligus menepis citra bahwa masyarakat NU itu tradisional, yang secara gaya berpikir kalah atau tertinggal dibanding kelompok lain. Bersama enam orang lainnya, terdiri dari tiga peneliti dan pengumpul data, satu komikus, satu penulis narasi dan satu bagian umum, mereka mulai mencetuskan ide pada bulan Agustus 2004.

ADVERTISEMENT BY OPTAD

“Banyak buku-buku tentang NU di pasaran yang bahasanya sulit dicerna masyarakat umum. Untuk itu, kami bekerja keras dan berpikir untuk membuat sebuah bacaan tentang NU yang digambarkan melalui media komik. Ini supaya mudah dipahami, baik dari kalangan muda maupun tua,” ujar Arif mengisahkan awal mula dibuatnya komik tersebut.

Tidak terlalu mudah untuk menuangkan gagasan cemerlang tersebut. Kendala pun mulai datang, seperti bagaimana memvisualisasikan sejarah dari perkataaan satu tokoh dengan tokoh lainnya. Rentang masa yang sangat jauh, antara pembuatan komik dengan sejarah yang diangkat juga menjadi masalah berikutnya yang cukup serius.

Hal tersulit yang dihadapi tim adalah proses penggambaran suasana pondok pesantren dan visualisasi Mekah sebelum tahun 1926. “Tim pembuat komik rela duduk berjam-jam dan berhari-hari di beberapa Ponpes di Jombang. Ponpes Tebuireng, Tambak Beras, Denanyar, sehingga bisa menggambarkan suasana pada masa itu. Sedangkan untuk kondisi Mekah didapat dari Habaib di Surabaya yang punya gambar Mekah tahun 1900-an,” lanjut Arif yang juga anggota DPRD Jatim.

Ia menambahkan, komik hasil karya Media Komunikasi Nahdliyin yang tergabung dalam ‘Bedug Aswaja’ ini tidak seperti komik pada umumnya yang banyak menonjolkan khayalan. Komik NU justru membutuhkan data, referensi yang valid dan interview berbagai tokoh NU.

“Komik NU ini bukan sembarang komik. Sebab proses pembuatannya membutuhkan waktu yang cukup panjang dan membutuhkan data, referensi yang valid. Bahkan untuk literaturnya saja banyaknya sa-gledekan. Selain itu, data juga diperkuat dengan interview dengan tokoh NU dan keturunan Hadratus Syekh KH Hasyim Asyari, yakni Pak Ud,” terangnya.

Untuk komik edisi pertama, pihaknya mengetengahkan tentang cerita sejarah NU mulai sebelum berdiri hingga kemerdekaan. "Edisi kedua, kami mengangkat NU pada masa kemerdekaan sampai NU menjadi partai tahun 1952," terang Arif yang tengah menyiapkan seri komik tersebut hingga edisi keenam, sampai NU kembali ke khittah. (bersambung/Arief Hidayat)