Daerah

Ini Kunci Perdamaian di Indonesia

Senin, 19 Juni 2017 | 14:09 WIB


Banyuwangi, NU Online
Wakil Ketua Pengurus Pusat Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (PP Lakpesdam NU) Ahmad Baso mengatakan konflik persaudaraan di banyak negara sering dibalut dengan isu agama. Padahal mayoritas negara konflik diatas adalah muslim.

Demikian yang dikatakan Ahmad Baso saat menjadi narasumber dialog publik dengan tema "Islam dan Kebangsaan". Dialog digelar di Aula lantai II Kantor PCNU Banyuwangi, Jl. Ahmad Yani No. 59 Banyuwangi. Minggu (18/6) sore hingga petang.

"Bersyukur negara kita yang memiliki keberagaman agama, suku, dan ras ini masih terjalin persaudaraan dan perdamaian. Kesemuanya berkat eksistensi organisasi Nahdlatul Ulama bersama ulama-ulama Nusantara yang mengajarkan dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang ramah, bukan marah, ini kuncinya,” tuturnya.

Kiai Baso dalam kesempatan itu, juga mengajak seluruh peserta untuk mengambil hikmah dan poin terpenting dalam rangkaian video "Mahatma Gandhi 1982 in Hindi". 

Sebuah video berdurasi tiga jam sebelas menit yang mengupas perjuangan Gandhi yang turut terlibat memperjuangkan kemerdekaan India dari cengkraman Inggris.

Dan pada akhirnya perjuangan Gandhi saat remaja mulai awal hingga akhir, berakhir luluh lantak, nyaris tanpa bekas. “ Ketika dihadapkan pada konflik yang berbalut dengan isu agama. Perang antar sesama pun tak dapat dibendung, ini sebagai pembelajaran," ungkap Kiai Baso.

Untuk itu, Ia mengajak kader-kader muda NU untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produktivitas tulis-menulis khazanah islam yang mengajarkan kedamaian dalam versi bahasa inggris ataupun bahasa arab. Agar pemikiran dan hasil karya mampu memberikan rahmat bagi semesta alam.

"Saya berfikir, ada berapa persen seluruh Indonesia kader-kader NU yang suka membaca ?. Dari mereka yang suka membaca, berapa persen yang dapat menulis ,  dari mereka yang suka membaca dan menulis, berapa persen yang mampu menulis dengan bahasa inggris ataupun bahasa arab ?

Dikatakan, Kiai Baso, kader NU yang mampu membaca dan menulis bahasa Inggris ataupun bahasa arab hanya tinggal 0,000000 sekian persen. Namun dirinya tetap optimis, penulis-penulis handal yang menyuarakan islam penuh kedamaian, akan muncul dalam waktu dekat akan lahir dari bumi Blambangan Banyuwangi.

“Karena hakikinya kalian yang hadir adalah warisan cucu dari Sunan Giri. Masak kalah dengan saya, tanpa kuliah mampu menobatkan profesor Belanda dengan buku yang saya tulis versi Inggris berjudul "The Intellectual Origins Of Islam Nusantara," pungkasnya.

Sementara itu, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Banyuwangi,  Haikal Kafili mengharapkan, dengan kehadiran Kiai Baso selama dua hari di Kabupaten Banyuwangi menjadikan kader-kader NU yang berkualitas ungulan.

"Saya harap perantara dedikasi Kiai Baso, kalian menjadi kader NU yang militan, bukan kader-kader NU peletan. Karena Kiai Baso disini mengajarkan khazanah originalitas islam Nusantara yang mengajak kepada perdamaian bukan perpecahan," katanya.(M Sholeh Kurniawan/ Muslim Abdurrahman)