Daerah

Kiai Muhyiddin Jember Ungkap Pahala Memuliakan Orang Tua

Sabtu, 19 Desember 2020 | 06:30 WIB

Kiai Muhyiddin Jember Ungkap Pahala Memuliakan Orang Tua

Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad. (Foto: tangkapan layar)

Jakarta, NU Online
Islam merupakan agama komprehensif yang turut mengatur segala aspek kehidupan. Mulai dari hubungan manusia kepada Sang Pencipta, manusia dengan sesama manusia, hingga hubungan manusia dengan alam.


Hal ini dikatakan oleh Rais Syuriyah PCNU Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad, saat pelepasan siswa dan siswi MTs MA Pesantren Nurul Islam (Nuris) Antirogo Jember Jawa Timur, Senin (14/12).


“Tidak terkecuali aturan syara’ terkait hubungan dengan sesama manusia yang tidak  bisa dipisahkan karena ia merupakan homo socius (makhluk sosial) yang saling bersinggungan sampai kapan pun,” ujarnya melalui video Channel Nuris seperti dilihat NU Online, Jumat (18/12). 


Dalam hal menghormati dan memuliakan orang tua, lanjut Kiai Muhyiddin, para ulama memberikan perhatian penuh bagaimana akhlak mulia seorang anak kepada orang tua seperti termaktub dalam kitab Tarbiyatu as-Shibyan.


Seraya menukil sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam ar-Rafi’i, Kiai Muhyiddin menegaskan wajibnya menghormati orang tua dengan cara yang ma’ruf yaitu dengan pandangan penuh kasih sayang.


“Hadits ini mendorong kita semua untuk memuliakan orang tua yang pahalanya bagaikan orang yang hajinya diterima oleh Allah,”ungkap pendiri Pesantren Nurul Islam Jember ini.


Ia juga menceritakan bagaimana penghormatan seorang sahabat di zaman Nabi Muhammad SAW bernama Uwais al-Qarni yang mewaqafkan seluruh hidupnya untuk melayani dan mewujudkan keinginan ibunya yang lumpuh dan buta untuk melaksanakan ibadah haji.


Keinginan tersebut yang membuat Uwais terus berpikir hingga akhirnya ia membeli seekor lembu dan membuatkannya sebuah kandang di atas bukit. Di kemudian hari, ia gunakan untuk berlatih menggendong lembu tersebut untuk naik-turun bukit hingga orang-orang di sekelilingnya menganggap dirinya gila.


Setelah beberapa waktu, sampailah musim haji dan lembu tersebut sudah mencapai 100 kilogram tidak lain ketahanan tubuh Uwais tersebut semakin bertambah kuat. Akhirnya ia menggendong ibunya dari Yaman menuju Makkah dengan perjalanan kaki. 


Sesampainya di Kota Makkah, alangkah terkejutnya sang ibu ketika ia mendengarkan do’a Uwais ketika thawaf.


“Ya Allah ampunilah semua dosa ibuku,”kata Uwais.


Lalu sang ibu bertanya,”Bagaimana dengan dosamu nak?”


“Aku mendoakan ibu agar ibu masuk surga. Karena jika ibu diampuni oleh Allah dan masuk surga, maka Allah akan ridla terhadap diriku dan memasukkanku ke surga,”ujar Uwais.


Demikian cerita yang disampaikan oleh Kiai Muhyiddin kepada para santri sebelum saat mereka pulang ke kediamannya masing-masing. 


Ia menambahkan, khidmat seorang anak kepada orang tuanya akan terlihat ketika mereka sedang sakit atau sedang mendapatkan ujian seberapa sabarkah ia menghadapi orang tuanya.


Selain itu, beliau berpesan kepada wali santri untuk tetap membimbing anak-anaknya ketika di rumah. Jangan sampai ketika anak-anak di rumah diberi kebebasan tanpa batas.


“Karena di pesantren ini mereka sudah dijaga sedemikian rupa dalam pelbagai aktivitas dari mulai ubudiyah hingga kedisiplinannya. Semoga para santri menjadi anak yang berbakti, membahagiakan orang tuanya di dunia dan akhirat,” pungkasnya.


Kontributor: A Rachmi Fauziah
Editor: Musthofa Asrori