Daerah

Lesbumi Kabupaten Bandung Produksi Film Radio Pertama Kolonial Belanda

Kamis, 28 November 2019 | 16:30 WIB

Lesbumi Kabupaten Bandung Produksi Film Radio Pertama Kolonial Belanda

Radio Malabar (foto: Infobdg.com)

Bandung, NU Online 
Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) Kabupaten Bandung akan meluncurkan film dokumenter pendek berjudul Bandoeng 49,2 khz di Bandung Creative Hub, Kota Bandung, Jawa Barat, Sabtu 30 November.  
 
Menurut Ketua Lesbumi Kabupaten Bandung Dadan Madani film tersebut diambil dari masa Hindia Belanda yang berupaya membuat komunikasi jarak jauh antara Hindia Belanda dengan Belanda.  

“Film ini akan berbicara alat komunikasi jarak jauh pada awal abad 20 yang berfungsi untuk saling bertukar informasi dari negara ke negara lain, terkhusus bagi Bangsa Belanda untuk berhubungan secara langsung dengan Hindia Belanda," katanya. 
 
Berdasarakan sumber yang didapat Lesbumi, sambungnya, radio tersebut diupayakan untuk efektivitas. Karena, hubungan komunikasi dengan menggunakan kabel sangatlah boros. 
 
Belanda kemudian pada tahun 1916, memanggila Dr. J.C. de Groot setelah menyelesaikan studinya di HBS, Amerika, dengan disertasinya mengenai komunikasi nirkabel.

Pemerintah Hindia Belanda, kata Dadan, kemudian memulai proyek raksasa jaringan nirkabel di Bandung Selatan, tepatnya Gunung Puntang. Gunung tersebut dipilih karena de Groot berkeyakinan dengan hukum busur yang menjadi disertasinya akan berjalan lancar dan didukung dengan himpitan dari dua gunung; gunung Halimun dan Gunung Puntang akan melancarkan seluruh gelombang.

Pada tanggal 5 Mei 1925, Stasiun Radio Malabar yang dengan antena melingkar dari bukit ke bukit dan dengan tiang-tiang yang besar diresmikan oleh Gubernur Jenderal Dirk Fock.
 
"Radio tersebut merupakan yang pertama di Hindia Belanda," katanya. 

Lesbumi, kata Dadan, merekontruksi aktivitas radio tersebut dalam bentuk film dokumenter yang berdurasi 20 menit. 

Pewarta: Abdullah Alawi
Editor: Alhafiz Kurniawan