Daerah

NU Maluku Sebar Tali Kasih Lewat Daging Kurban

Selasa, 13 Agustus 2019 | 02:30 WIB

NU Maluku Sebar Tali Kasih Lewat Daging Kurban

Hewan kurban PWNU Maluku.

Jakarta, NU Online
Mengasihi merupakan hal yang perlu dilakukan setiap manusia lewat kebaikan-kebaikan. Idul Adha adalah salah satu momen yang dapat mewujudkan tali kasih lewat pembagian daging hewan kurban sebagai ibadah yang dapat mencapai ketakwaan kepada Allah.

Lewat pembagian daging kurban tersebut, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Maluku berupaya mengeratkan tali kasih antar-sesama.

Ketua PWNU Maluku H Karnusa Serang menjelaskan bahwa pihaknya menyalurkan daging hewan kurban yang berasal dari dua ekor sapi.

“Daging-daging tersebut telah dibagikan kepada masyarakat yang berhak dan membutuhkan,” ujar Karnusa Serang kepada NU Online, Senin (12/8).

Selain menyebar tali kasih lewat pembagian daging hewan kurban, PWNU Maluku juga menerapkan program desa/negeri Aswaja. Saat ini Negeri Liang, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu desa atau negeri percontohan untuk menyebarkan prinsip dan ajaran Aswaja An-Nahdliyah.

Di desa itu pula PWNU melaksanakan doa tahlil hari ketujuh wafatnya KH Maimoen Zubair. Dalam kesempatan tahlilan tersebut, Karnusa menegaskan bahwa Mbah Maimoen adalah ulama besar sekaligus politisi yang memiliki rekam jejak membanggakan dan patut dicontoh oleh para pemangku kebijakan di negeri ini.

Di bidang keulamaan, sambungnya, Kiai Maimoen Zubair memiliki segudang ilmu agama yang mambawa dirinya menjadi Musytasar PBNU sedangkan karir dibidang politik menjadikan dirinya sebagai tokoh berpengaruh bagi perpolitikan bangsa ini.

“Kewibawaannya sebagai ulama mampu membawa PPP tetap lolos ke Senayan meskipun dalam goncangan politik yang luar biasa,” ucap Karnusa.

Dia juga menyebut bahwa Mbah Maimoen memiliki integritas yang luar biasa baik, karena posisi beliau yang juga sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, Jawa Tengah.

“Karaketernya yang kuat dalam memprakitikan nilai-nilai ke-Islaman-an dalam berpolitik menjadikan beliau sebagai kiai dan sekaligus politisi karismatik. Penampilan inilah yang membuat kita semua mengenang akan masa hidup beliau,” ungkapnya.

Memang kita di Maluku tidak secara langsung betrsentuhan dengan Mbah Maimoen, namun jasa-jasa dan teladannya mampu menembus ruang dan waktu sehingga seluruh warga NU dapat merasakan kharisma Mbah Maimoen.

“Sebagai ulama dan juga politisi, pemikirannya sangat bijak dalam menjaga keberlangsungan NKRI,” terang Karnusa. (Fathoni)