Daerah

Prodi Teknologi Hasil Pertanian ITSNU Kembangkan Kopi Pasuruan

Selasa, 30 Juni 2020 | 23:30 WIB

Prodi Teknologi Hasil Pertanian ITSNU Kembangkan Kopi Pasuruan

Proses kerja sama antara Prodi Teknologi Hasil Pertanian ITSNU Pasuruan dengan Asosiasi Petani Kopi setempat. (Foto: NU Online/Makhfud S)

Pasuruan, NU Online
Indonesia kaya dengan sumber daya alam. Bila dikelola dengan benar, hasilnya bisa dioptimalkan untuk keberlangsungan ekosistem dan tentu saja menghasilkan. Dan hal itu juga yang berlaku di Kabupaten Pasuruan  Jawa Timur dengan kopinya.  

 

Di kawasan ini, potensi kopinya yang luar biasa. Tahun 2019, yang berhasil dihasilkan mencapai 1.365,43 ton. Terlebih, perhatian pemerintah daerah setempat juga cukup membanggakan, mulai dari rebranding hingga adanya hari wajib minum kopi pun ada. 

 

Menyadari hal tersebut, Program Studi (Prodi) Teknologi Hasil Pertanian (THP) Institut Teknologi dan Sains Nahdlatul Ulama (ITSNU) Pasuruan meneguhkan komitmennya dalam mengawal dan mendukung produk unggulan daerah di bidang pertanian, khususnya kopi tersebut.

 

“Alhamdulillah secara formal sudah ditandatangani, kerja sama Prodi THP dengan Asosiasi Petani Kopi atau Apeki, yakni kerja sama perkuliahan teknologi pengolahan kopi,” kata Anis Nurhayati, Selasa (30/6).
Kaprodi THP ITSNU Pasuruan tersebut menjelaskan dari kerja sama tersebut dilakukan proses pendirian kafe sebagai laboratorium praktik dan memproduksi kopi khas ITSNU Pasuruan. 

 

Dijelaskan Anis bahwa program studi di kampusnya juga akan mendampingi pengembangan kopi Pasuruan agar terus berkembang. “Sehingga memberikan dampak positif bagi petani kopi dan secara umum untuk kemajuan industri pengolahan kopi di Pasuruan,” imbuh alumnus pascasarjana Teknologi Hasil Perkebunan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta tersebut.

 

Abdul Karim, selaku ketua Apeki Pasuruan menjelaskan bahwa ITSNU sebagai ilmuan diharapkan bisa terus mendampingi petani kopi. Hal tersebut penting agar hasil produksi dan olahannya semakin berkualitas dan memiliki daya saing.

 

Apeki sebagai wadah petani kopi yang setiap hari berkutat di budi daya. Tentu pemahaman bercocok tanam kopi meski dengan belajar secara otodidak, banyak mengalami kejadian di lapangan yang terkadang tidak pas dengan teori yang ada.

 

“Nah ITSNU sebagai lembaga pendidikan tinggi tentunya bisa mengembangkan sains terkini dengan mengikuti dan memanfaatkan perkembangan tekhnologi terbaru,” kata Cak Karim, sapaan akrabnya.

 

Dirinya yakin perpaduan dua hal yakni akademisi maupun praktisi akan menghasilkan sesuatu yang sangat berharga. “Juga bisa dimanfaatkan oleh kedua belah pihak untuk kemaslahatan umat,” pungkasnya.

 

Kontributor: Makhfud Syawaludin
Editor: Ibnu Nawawi